Tanpa aba-aba Boy langsung mendaratkan bibirnya pada wanita itu, membuat kedua netra milik Vita membulat kaget, karena ia tak menyangka dengan keberanian pria tersebut.Merasa dilecehkan Vita pun tidak terima, dia menginjak kaki Boy dengan keras lalu menonjok perutnya dengan begitu kuat, hingga membuat akhirnya Boy tersungkur ke lantai dan melepaskan bibirnya.Dada Vita naik turun, dia menatap marah ke arah Boy. "Berani lo mencium gue, hah? Dasar kau pria breng-sek! Badjingan!" bentaknya dengan suara yang cukup tinggi."Berani lo mendorong gue!" kesal Boy yang cukup kaget dengan reaksi Vita."Kenapa? Seharusnya bukan sebuah dorongan dan juga tonjokan saja yang gue layangkan, tapi ini ..." Vita menendang alat vital pria itu, membuat Boy seketika meringis kesakitan."Aawhh! Shiit, senjata gue!" ringis Boy sambil memegangnya bagian bawah perutnya, kemudian dia menatap tajam ke arah Vita. "Berani sekali lo melakukan ini pada gue, hah!" bentaknya dengan marah."Lo pantas melakukan itu. Asa
Vita menganggukkan kepalanya, "Iya si Boy, siapa lagi. Udah deh jangan bahas dia! Buat mood gue ancur kalau inget tuh laki."Akhirnya tidak ada yang berbicara lagi sampai mobil pun terparkir di rumah Aisyah, kemudian mereka langsung turun menuju kamar masing-masing...Pagi hari Aisyah sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk dibawa ke rumah sakit dibantu oleh Lusi, kakak iparnya. Dia juga sudah memberitahu Okta untuk tidak membeli sarapan di kantin."Aku boleh kan ikut ke rumah sakit untuk menengok Papa?" tanya Lusi saat mereka sedang memasukkan sarapan yang selesai dibuat ke dalam rantang."Ya boleh dong Kak, masa enggak. Nanti Melati juga ikut," jawab Aisyah.Lusi sangat bahagia, dan setelah mereka bersiap-siap mereka pun menuju mobil. Namun Vita tidak ikut bersama dengan Ara, karena mereka ada kerjaan."Eh Vit, lo mau bareng sama gue nggak?" tanya Ara menawari sahabatnya."Nggak deh. Kita kan beda arah, nanti takutnya lo juga kesiangan nggak enak kan sama kak Faisal. Gue juga ada me
Ucapan Ara terhenti saat tiba-tiba saja Aldo menempelkan jari telunjuknya di bibir wanita itu. Tqdinya Ara pikir Aldo akan menciumnya kembali.'Astaga Ara! Apa yang ada di dalam otakmu? Aku pikir tadi dia mau ...?'Sebuah sentilan mendarat di kening wanita itu, membuat Ara seketika tersadar dari lamunannya. "Apa yang kau pikirkan, hah? Jangan berpikir yang aneh-aneh. Apa kau memikirkan aku akan menciummu kembali, hm?" tanya Aldo sambil melipat kedua tangannya di depan dada dengan kedipan mata yang begitu mempesona.Tatapannya mengejek ke arah Ara, membuat wanita itu merengut kesal. Kemudian Ara pun memukul lengan Aldo dengan kuat."Jaga ya otak lo! Siapa juga yang berkhayal seperti itu. Emangnya bibir lo itu semanis apa sampai gue ketagihan? Udah minggir sana!"Ara mendorong tubuh Aldo hingga pria itu pun keluar dari ruangannya dan langsung ditutup olehnya dengan sedikit kuat."Dasar cowok mes-um. Nyebelin, kanebo kering, kentang balado." Semua nama jelek tentang Aldo dilontarkan dari
"Mas Andre!" kaget Aisyah saat melihat Andre di sana."Aisyah!" Andre menatap kagum ke arah wanita yang kini sudah bergelar menjadi mantan istrinya itu. 'Kenapa Aisyah semakun cantik saja ya setelah menjadi istri orang lain? Aku menyesal dulu pernah menyia-nyiakannya,' batin Andre.Merasa di perhatikan oleh mantan suaminya, Aisyah pun merasa canggung dan tak nyaman. "Ekhm, apa kabar Mas?" tanya Aisyah sambil menangkupkan tangannya d depan dada.Walau ia dan Andre sudah berpisah, tetapi Aisyah tetap menjaga tali silaturahmi. Dia sama sekali tidak menaruh dendam pada pria itu, karena Aisyah meyakini ... hidup jika memiliki dendam kepada siapapun itu, pasti tidak akan pernah tenang."Alhamdulillah kabar aku baik. Kamu sedang apa di sini?" tanya Andre mencoba untuk menetralkan rasa gugupnya, apalagi saat ini jantungnya berdetak kencang.Dia seperti baru pertama kali bertemu dengan Aisyah, tetapi Andre mencoba menepis rasa itu karena dia sadar Aisyah sudah menjadi milik orang lain"Aku ke
Wanita itu membalikkan badannya dan dia cukup terkejut saat melihat kedatangan Vita. "Eh, lo ada di sini Vit?""Iya, gue sengaja ke sini mau ngejenguk Om Agam tapi melihat lo baru keluar dari rumah sakit ya udah gue samperin. Lo mau pulang?" jawab Vita."Iya nih baru mau pulang.""Ya udah, kalau gitu bareng gue aja yuk!" ajak Vita."Loh, tadi katanya mau nengok Papa? Gimana sih?""Iya, tapi ngelihat lo mau pulang ya udah biar sekalian aja. Sopirnya Okta suruh balik lagi aja, biarin ngabisin bensin bolak-balik," kekeh Vita.Akhirnya Aisyah memutuskan untuk pulang bersama sahabatnya, tapi sebelum itu mereka mampir terlebih dahulu di sebuah restoran karena mereka ingin mengobrol, ditambah Aisyah juga ingin menanyakan perihal hubungan Vita dan juga Boy.Sesampainya mereka di sebuah Cafe keduanya pun segera memesan minuman dan beberapa cemilan, lalu Aisyah menanyakan soal pekerjaan Vita."Oh iya Vit, aku mau bertanya sesuatu nih sama kamu?""Soal apa itu?" tanya Vita dengan heran sambil me
"Erik!" kaget Aisyah dan Vita bersamaan."Erik, lo ada di sini? Bukannya lo ada di luar Negeri, ya?" tanya Vita dengan heran, namun raut wajahnya masih menampakan keterkejutan."Iya, aku satu minggu di Indonesia, ada kerjaan. Oh ya ... gimana kabar kalian?""Alhamdulillah kabarku baik," jawab Aisyah, "tapi ngomong-ngomong kamu kok bisa ada di sini?""Tadi habis meeting, enggak sengaja lihat kalian. Padahal tadinya aku mau main ke rumah kamu."Entah kenapa Aisyah selalu merasa tak enak saat berada di samping Erik, karena pernah menolak perasaan dari pria tersebut."Ya sudah, kalau gitu aku sama Vita mau pulang dulu ya," ucap Aisyah."Iya, nanti malam aku main ke rumah ya ... mau silaturahmi sama om dan tante, sekalian sama suami kamu juga.""Kalau lo mau silaturahmi sama tante Rani sama Okta sih bisa aja, tapi kayaknya saat ini Okta nggak lagi di rumah deh," timpal Vita.Erik menatap heran, "memangnya kenapa?""Kemarin papa Agam itu kecelakaan, pesawat yang ditumpanginya jatuh di tenga
Ara seketika terlunjak kaget dan dia langsung mengalungkan tangannya di leher kekar pria itu, karena tiba-tiba saja Aldo menggendong tubuhnya."Hei ... apa kau sudah gila? Turunkan aku!" pinta Ara dengan protes."Tidak. Diam atau aku akan menjatuhkanmu sehingga tubuhmu akan remuk seketika!" ancam Aldo dengan tatapan tajam.Ara melipat bibirnya ke dalam sambil berdecak kesal. Tatapannya mengarah kepada wajah Aldo yang saat ini tengah menatap lurus ke arah depan menuju parkiran Rahang tegas, mata sendu, hidung mancung, alis tebal dan bibir yang lumayan tebal membuatnya seketika meneguk ludahnya dengan kasar. 'Kenapa dia terlihat begitu seksi dan tampan jika dari dekat?' batin Ara, 'astagfirullah! Apa yang aku bayangkan? Sadar Ara. Sadar. Kenapa kamu malah membayangkan dia yang tidak-tidak?'Saat sampai di parkiran Aldo menurunkan tubuh Ara, dan wanita itu masih belum sadar jika mereka sudah sampai di dekat mobil."Apa kau akan terus menatapku seperti itu? Iya ... aku tahu kalau aku ini
"Kita mau ngapain ke sini?" tanya Ara memastikan.Aldo tidak menjawab sampai Ara akhirnya berdiri di ambang jembatan, dan saat ini mereka sedang berada di atas jembatan layang dimana menatap kota dan jalanan yang begitu indah."Ayo jawab kanebo kering! Kenapa kita--" ucapan Ara terhenti saat dia membalik badannya dan melihat Aldo sedang berjongkok di hadapannya sambil memegang sebuket bunga mawar.Kedua netra wanita itu membulat, satu tangannya menutup mulut dengan wajah yang begitu sangat terkejut. "Ka-kanebo ke-ring, a-apa yang kau lakukan?" gugup Ara."Entah sejak kapan aku mulai memendam rasa kepadamu. Tapi semakin hari rasa kesal dan benci ku semakin membuatku terus terpikirkan denganmu. Setiap aku menutup mata, entah kenapa wajahmu selalu saja terbayang," ungkap Aldo.Ara menganga, dia benar-benar tidak mengerti dengan ucapan Aldo saat ini. "Apa maksudmu? Kenapa kau berbicara seperti itu?" panik Ara, "hei bangunlah! Kau jangan bersikap seperti ini, tidak enak banyak mobil yang l