Happy reading ...Tepat jam 04.00 sore, Aisyah pulang lebih awal karena dia harus mampir ke rumahnya Okta untuk melihat keadaan pria itu, sebab Aisyah begitu khawatir dia juga merasa bersalah.Saat sampai di sana Okta sedang berada di ruang tv sambil mengerjakan pekerjaannya, bahkan selang infus sudah dilepas."Assalamualaikum," ucap Aisyah saat masuk ke dalam rumah.Okta langsung menoleh. "Waalaikumsalam." Dia tidak menyangka jika Aisyah akan datang kembali.Wanita itu langsung mencium tangan Mbok Tuti, kemudian dia duduk di samping Okta hanya berbeda sofa saja."Ini Bang, aku bawain Abang salad buah.""Wah! Makasih ya ... kamu kok ke sini lagi? Aku pikir kamu tidak ke sini," ujar Okta."Iya, karena aku mau lihat kondisinya Abang seperti apa sekarang. Udah lebih baik atau masih sakit perutnya?" Menatap serius ke arah Okta."Sudah jauh lebih baik, alhamdulillah badannya juga sudah enakan kok." Okta tersenyum manis ke arah Aisyah."Alhamdulillah ... ya sudah kalau begitu Aisyah pulang
Akan tetapi tatapan Andre mengarah kepada Okta, dia tak suka jika Aisyah mendapatkan pengganti dirinya."Kenapa dia ada di sini?" tanya Andre sambil menunjuk Okta."Tidak usah mengalihkan pembicaraan! Itu bukan urusanmu. Sebaiknya kamu katakan saja Mas, mau apa kamu ke sini! Apa yang ingin dibicarakan, cepat aku tidak mempunyai banyak waktu!" tegas Aisyah."Aku mau, kamu bebasin Ibu. Tolonglah Aisyah, aku tahu kalau selama ini Ibu jahat sama kamu, tapi--""Oh, itu kamu sadar." potong Mama Rani. "Jadi untuk apa kami melepaskan wanita itu?"Papa Agam memegang pundak istrinya sambil menggelengkan kepalanya, dia memberikan kode untuk tidak ikut campur, karena ini urusan Aisyah dan biarkan wanita itu yang memutuskan."Kenapa aku harus melepaskan ibu?" sambil menatap Okta."Dia pernah menjadi mertuamu, Aisyah, pernah menjadi Ibumu juga, apa kau tega memenjarakannya? Ayolah ... tolong lepaskan ibu! Kau tahu aku tidak mempunyai siapapun selain Ibu, jadi kumohon!""Maaf, aku tidak bisa Mas. Ka
Happy reading...Papa Agam mengajak Okta untuk masuk ke dalam ruang kerjanya, sementara pria itu merasa heran kenapa tiba-tiba saja Papa Agam mengajaknya untuk bicara."Ada apa, Om?" tanya Okta.Untuk beberapa detik tidak ada jawaban dari pria paruh baya yang berada di hadapannya, hingga tiba-tiba saja Papa Agam menatap lekat ke arah Okta."Apa benar semalam kamu melamar, Aisyah?" tanyanya dengan serius.Mendengar itu okta langsung mengangguk kan kepalanya. "Iya Om, saya kemarin melamar Aisyah, tapi sepertinya Aisyah belum siap karena pernikahan yang kemarin menyisakan trauma yang begitu dalam. Tapi tidak apa-apa, saya akan tetap menunggu sampai Aisyah siap untuk menjawabnya."Melihat ketegasan dan juga keseriusan dalam diri Okta, membuat Papa Agam semakin yakin kalau pria itu adalah yang terbaik untuk putrinya."Kamu tahu kan Aisyah itu bukanlah seorang gadis lagi? Dia sekarang sudah bergelar menjadi seorang janda. Apa kamu tidak keberatan dengan statusnya?""Tidak Om, sama sekali ti
Happy reading ....Apa yang dikatakan Aisyah benar, malam ini Okta datang namun tidak sendiri, dia bersama dengan papanya, yaitu Papa Abraham. Karena bagi Mama Rani tidak afdol jika Okta datang sendiri tanpa wali dari Papanya.Kedua orang tua Aisyah dan juga orang tua Okta itu bersahabat, dan saat ini mereka tengah duduk di ruang keluarga."Sebaiknya kita makan malam dulu! Nanti baru kita bahas setelah makan selesai, biar tegangnya sedikit mencair," kelakar Papa Agam."Setujaa ... maksudnya setuju. Biar tidak terlalu tegang banget," timpal Papa Abraham.Sementara Okta sedari tadi terus aja menatap ke arah Aisyah. Dia benar-benar penasaran dengan jawaban dari wanita yang sudah mencuri hatinya."Semoga saja jawaban Aisyah sesuai dengan ekspektasiku." batin Okta Aisyah tidak berani memandang ke arah pria itu yang sejak tadi terus saja melihatnya, karena setiap kali Aisyah menatap kedua manik milik Okta jantungnya selalu saja berdetak, entah dia pun tidak tahu apakah itu perasaan cinta a
Happy reading ....Pagi hari Aisyah sudah siap dengan gamis berwarna violet serta jilbab yang hampir senada, wanita itu sedang menunggu kedatangan Okta.Tak lama terdengar suara pria yang sedang ditunggunya. "Assalamualaikum," ucap Okta sambil masuk ke dalam rumah."Waalaikumsalam, kita langsung jalan aja yuk Bang! Nanti soalnya takut kesiangan, ini kan udah jam 07.30 juga," jawab Aisyah."Ayo! Pamit dulu sama om, tante." Kemudian mereka berdua pun pamit kepada Mama Rani dan juga Papa Agam, setelah itu keluar dari rumah menaiki mobil.Saat sampai di dalam mobil, Okta belum juga melajukan mobilnya, dia mengeluarkan setangkai bunga mawar merah dan memberikannya kepada Aisyah."Apa ini, Bang?""Bunga dong, masa cincin?" ledek Okta."Buat aku?""Bukan, tapi buat calon istriku yang sedang duduk dan memakai baju berwarna violet," jawab Okta sambil mengedipkan sebelah matanya.Aisyah memukul dengan Okta dengan pelan. "Terima kasih." Kemudian wanita itu mencium harum bunga tersebut."Oh iya,
Happy reading ...."Bohong! Kamu pasti maling kan? Tidak mungkin kalau kamu bukan maling, kamu bisa dikejar-kejar warga seperti itu?" tuding Okta.Dia mencengkram kerah baju pria yang berpakaian lusuh tersebut. Namun Aisyah segera menghentikannya. "Bang ... jangan bawa emosi dulu, siapa tahu memang yang dia katakan itu benar.""Ya buktinya tadi warga mengejar dia, sayang? Tuh lihat! Wajahnya juga sudah babak belur, gak mungkin kan kalau dia ini bukan maling? Lagi pula, semua maling kalau ngaku penjara penuh," jelas Okta."Iya aku tahu ... tapi sepertinya dia jujur deh Bang." Lalu Aisyah menatap ke arah orang tersebut yang sedang dilanda ketakutan. "Benar kamu bukan maling?" tanyanya."Bener Mbak, saya bukan maling. Saya difitnah. Saya sungguh-sungguh hanya menjual bakso, tapi sekarang gerobak saya sudah hancur karena warga. Bagaimana saya akan mencari nafkah?" Pria itu terlihat sangat frustasi sambil membuka topinya.Aisyah merasa kasihan, kemudian dia menatap ke arah Okta. Akan tetap
"Bang, aku kasihan deh melihat mereka. Aku rencananya mau bantu pengobatan putrinya, gimana menurut Abang?" tanya Aisyah kepada Okta."Kamu yakin mau bantu mereka?" Okta memastikan."Yakin Bang, kasihan, tapi ..." Aisyah menggantungkan ucapannya."Tapi kenapa?""Tapi ... ah, nggak deh nanti aja di dalam mobil aku bicaranya. Udah kita masuk dulu yuk ke dalam!" ajak Aisyah.Kemudian mereka pun menyampaikan iktikad baiknya untuk membayar biaya pengobatan Melati, awalnya ditolak oleh pasangan suami istri itu, namun Aisyah bersikukuh dan pada akhirnya dia membantu mereka.Tidak lupa Aisyah juga memberikan kartu namanya kepada istri dari Faisal, kemudian mereka pamit dari sana karena jam juga sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore.Selama dalam perjalanan Aisyah terus saja termenung, memikirkan wajah Faisal yang begitu mirip dengan papanya.'Apa ini hanya kebetulan? Tapi ... apakah ada manusia semirip itu jika bukan keluarga?' batin AisyahmOkta yang sejak tadi memperhatikan calon istri
"Tidak ada Nak. Tidak ada yang kami sembunyikan dari kamu. Hanya saja, Papa ingin memastikan sesuatu. Ya ... siapa tahu kan kalau dia masih ada hubungan keluarga sama kita?" jawab papa Agam."Ya sudah, kalau gitu nanti Aisyah besok aja Mama dan Papa ke rumah sakit ya untuk bertemu sama Pak Faisal dan juga istrinya. Kalau begitu Aisyah masuk dulu ke kamar, soalnya ini kan udah malam, terus Aisyah juga ada meeting pagi nanti."Wanita itu pun pamit kepada kedua orang tuanya, lalu dia meninggalkan ruang makan dan masuk ke dalam kamar.Kini tinggallah Mama Rani dan papa Agam di meja makan, kemudian Papa Agam langsung menatap ke arah istrinya."Mah, Mama se pemikiran gak dengan papa?" tanya papa Agam."Iya, Mama sepemikiran dengan Papa, dan kita lihat besok ... apakah memang dia semirip itu," jawab Mama Rani.Setelah keduanya diskusi, mereka pun masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.............................. Pagi hari Aisyah sudah bersiap-siap, dia bahkan tidak sarapan sebab ada mee