"Jawab Mah, Pah! Kenapa kalian diam saja?" desak Aisyah saat melihat kedua orang tuanya hanya diam tidak menjawab.Terlihat wajah mama Rani dan juga Papa Agam begitu tegang, mereka tidak menyangka jika Aisyah kembali masuk."Nak, kami bisa jelaskan duduklah!" pinta Mama Rani.Aisyah pun duduk. "Sekarang jelaskan kepadaku! Apakah benar aku mempunyai kakak? Tapi kenapa kalian tidak pernah memberitahukannya kepadaku?"Terdengar helaan nafas dari kedua orang tua Aisyah. Dia melihat wajah sendu orang tuanya dan Aisyah dapat melihat kesedihan yang begitu dalam di kedua netra itu."Saat itu Mama belum hamil kamu Nak Mama melahirkan kakakmu, tapi dia diculik dan sampai sekarang belum ditemukan. Padahal baru beberapa jam Mama melahirkannya." Terlihat Mama Rani sudah menangis kembali.Aisyah sangat syok saat mendengar kenyataan yang sudah 25 tahun disembunyikan oleh kedua orang tuanya."Jadi benar, kalau aku mempunyai kakak? Lalu di mana dia sekarang? Apakah sudah ketemu?"Mama Rani dan papa A
Faisal menatap ke arah Aisyah dan juga kedua orang tuanya, dan pria itu terpaku saat melihat wajah Papanya Aisyah yang begitu mirip dengannya.'Kenapa pria itu wajahnya mirip denganku? Dan siapa dia?' batin Faisal.Lusi pun ikut terdiam, dia baru menyadari jika wajah suaminya sangat mirip dengan papanya Aisyah. 'Kenapa aku baru sadar ya kalau wajahnya Tuan Agam sangat mirip dengan mas Faisal?' batin Lusi.Kemudian Aisyah beranjak dari duduknya, lalu menghampiri Faisal. "Pak, kenalin ini orang tua saya, dan mereka ingin bertemu dengan keluarga Bapak. Jadi saya membawanya ke sini," ujar Aisyah.Mama Rani dan juga Papa Agam berdiri, namun tatapan mereka masih terpaku kepada Faisal, menatap lekat ke arah pria tersebut bahkan kedua netra Mama Rani sudah mengembun.'Kenapa aku merasa ikatan yang begitu kuat dengannya? Apakah dia ... dia adalah Putraku?' batin Mama Rani."Saya Agam, Papanya Aisyah." Papa Agam mengulurkan tangannya dengan sedikit bergetar."Saya Faisal, Om."Papa Agam merasak
"Saya tidak tahu," jawab Faisal.Mendengar jawaban Faisal, Aisyah dan juga kedua orang tuanya merasa bingung. "Maksudnya?" tanya papa Agam."Saya sedari kecil tinggal di Panti Asuhan Om, Tante, jadi saya tidak tahu orang tua saya masih hidup atau sudah meninggal," jawab Faisal dengan wajah yang sedih.Papa Agam menatap ke arah Aisyah dan juga Mama Rani bergantian, dan mereka sangat yakin jika Faisal adalah keluarganya."Berarti benar kamu adalah putra kami yang hilang 30 tahun yang lalu?" ujar Mama Rani dengan bahagia."Belum tentu Mah," timpal Papa Agam.Wanita itu menatap ke arah suaminya. "Belum tentu bagaimana sih Pah? Kan jelas-jelas dia tinggal di Panti Asuhan dan belum pernah bertemu dengan orang tuanya, sudah pasti dia putra kita Pah, yang selama ini kita cari."Papa Agam juga inginnya seperti itu, akan tetapi kenyataan harus dia buktikan yaitu dengan melakukan tes DNA, karena dia tidak ingin salah paham nantinya."Bagaimana kalau kita melakukan tes DNA, untuk membuktikan apak
Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Melati."Bagaimana Dok keadaan anak saya?" tanya Lusi setelah dokter dan suster memeriksa keadaan putrinya."Begini Bu ... keadaannya semakin lemah, dan kami harus segera mendapatkan cangkok jantung. Jadi untuk menyelamatkan Melati hanya ada satu jalan, yaitu cangkok."Mendengar penjelasan dokter Lusi dan Faisal pun menjadi lemas, mereka berpelukan sambil menangis karena tidak tahu harus mencari cangkok jantung di mana."Bagaimana ini, Mas? Dari mana kita akan mendapatkan cangkok jantung? Bahkan itu sangat mahal dan harganya puluhan juta Mas," ucap Lusi sambil menggoyang lengan suaminya.Faisal hanya diam saja, karena dia pun sangat bingung. Benar apa yang dikatakan Lusi, untuk mendapatkan cengkok jantung bukan biaya yang murah.Papa Agam yang melihat derita dari faisal dan Lusi merasa tak tega. "Kalian tenang saja ya. Om akan membantu untuk mencari pendonor cangkok jantung untuk Melati, dan Om juga akan membiayai biayanya," uj
Happy reading ....Mobil Okta dan juga 3 motor yang ditumpangi oleh 5 preman terus mengikuti, bahkan saling salip menyalip, hingga tiba-tiba saja saat di jalanan yang sepi mereka berhasil menyalip mobil Okta hingga membuatnya berhenti."Keluar woi! Keluar!" teriak preman tersebut sambil menggedor pintu kaca mobil milik Okta."Sayang, kamu di sini dulu!""Tapi Bang ....""Aku mau tahu siapa mereka dan mau apa," ujar Okta.Tanpa memperdulikan larangan dari Aisyah, dia pun keluar dari mobil dan saat sampai di sana dia menatap tajam ke arah para preman."Mau apa kalian? Kenapa menghadang mobilku, hah!" bentak Okta dengan marah."Kami mau dia ..." tunjuk preman sambil menatap ke arah Aisyah."Siapa yang menyuruh kalian?""Kau tidak usah tahu. Hajar dia!"Kemudian para preman mulai menghajar Okta sementara satu preman lainnya membuka pintu mobil Aisyah, lalu menariknya keluar dengan paksa."Tidak ... lepaskan aku! Lepaskan aku!" pinta Aisyah sambil berteriak.Okta yang melihat itu pun kage
"Tuan ... Tuan, bangun. Tuan ..." ucap seseorang membangunkan Okta yang masih terbaring di aspal.Pria itu melenguh sambil memegangi pundaknya yang terasa sakit, dia melihat seorang pria di hadapan yang sedang berjongkok."Jangan macam-macam!" bentak Okta."Tuan ... tenang Tuan. Saya adalah anak buahnya Tuan Agam," jawab pria tersebut."Kamu anak buahnya Om Agam," ucap lirih Okta. "Aisyah! Di mana, Aisyah?" tanya Okta sambil berdiri dan dia melihat ke dalam mobil ternyata di sana sudah tidak ada Aisyah."Mereka menculiknya, Tuan.""Apa! Mereka menculiknya? Lalu bagaimana sekarang keadaan Aisyah? Dia dibawa ke mana?" panik Okta."Tuan tenang saja, teman saya sedang melacak keberadaan Nona Aisyah. Sebaiknya sekarang Tuan ke rumah sakit, karena sepertinya Tuan terluka." Pria itu menatap ke arah luka memar yang ada di wajah Okta."Tidak. Saya tidak mau pulang. Saya akan ke rumahnya Om Agam, pasti dia sudah mengetahuinya kan?" tanya Okta dan langsung dibalas anggukkan oleh pria yang berada
Aisyah membuka matanya, dia merasa kepalanya begitu sangat pusing. Kemudian dia melihat dua orang preman berada di hadapannya dengan wajah yang menyeramkan."Siapa kalian? Lepaskan aku! Lepaskan!" teriak Aisyah."Lepaskan? Jangan pernah bermimpi! Cepat panggil bos, dia sudah sadar!" titah seorang preman kepada anak buahnya.Kemudian anak buah itu pun keluar dan tak lama masuklah seseorang sambil menggunakan topeng. Aisyah melihat jika dari postur tubuhnya dia adalah wanita, karena dia dapat melihat dua buah semangka kembar yang menyembul di bagian depan."Siapa kamu, hah? Kenapa kamu menlikku? Lepaskan!" pinta Aisyah sambil memberontak."Hahaha! Kau bilang apa? Lepaskan? Tidak akan sebelum kau memberikan aku uang! Kalau kau ingin dilepaskan, maka kau harus memberiku uang 100 miliar.""Apa! 100 miliar? Jangan gila kamu!" bentak Aisyah."Iya, itu sih terserah kamu ... kalau memang kamu tidak mau, maka bukan hanya nyawamu saja, tapi sebelum nyawamu dirampas, maka aku rasa kedua anak buah
Okta langsung masuk dengan panik saat melihat Aisyah tergeletak di lantai sambil diikat di kursi, pria itu langsung buru-buru menyelamatkan Aisyah dan membuka ikatannya."Aisyah ... kamu tidak apa-apa?" tanya Okta dengan raut wajah yang sudah dilanda kecemasan."Bang Okta," ucap lirih Aisyah. Dia memegangi perutnya yang terasa begitu sakit. "Aawwh! Perutku ....""Perut kamu kenapa, Syah? Apa mereka menyakitimu?""Perutku ditendang Bang," jawab Aisyah sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat."Apa! Lalu di mana pelakunya?" tanya Okta."Mereka sudah kabur," jawab Aisyah dengan lemas, lalu Okta langsung menggendong tubuh Aisyah menuju mobil karena dia sangat yakin wanita itu tidak akan bisa untuk berjalan."Bang aku--""Sudahlah, perutmu lagi sakit jadi diam atau ku cium kamu di sini!" goda Okta.Aisyah memukul dada bidang pria tersebut, padahal saat ini perutnya benar-benar sedang menahan sakit yang begitu tak karuan."Aisyah," ucap papa Agam saat melihat putrinya digendong oleh Ok