Happy reading ....Mobil Okta dan juga 3 motor yang ditumpangi oleh 5 preman terus mengikuti, bahkan saling salip menyalip, hingga tiba-tiba saja saat di jalanan yang sepi mereka berhasil menyalip mobil Okta hingga membuatnya berhenti."Keluar woi! Keluar!" teriak preman tersebut sambil menggedor pintu kaca mobil milik Okta."Sayang, kamu di sini dulu!""Tapi Bang ....""Aku mau tahu siapa mereka dan mau apa," ujar Okta.Tanpa memperdulikan larangan dari Aisyah, dia pun keluar dari mobil dan saat sampai di sana dia menatap tajam ke arah para preman."Mau apa kalian? Kenapa menghadang mobilku, hah!" bentak Okta dengan marah."Kami mau dia ..." tunjuk preman sambil menatap ke arah Aisyah."Siapa yang menyuruh kalian?""Kau tidak usah tahu. Hajar dia!"Kemudian para preman mulai menghajar Okta sementara satu preman lainnya membuka pintu mobil Aisyah, lalu menariknya keluar dengan paksa."Tidak ... lepaskan aku! Lepaskan aku!" pinta Aisyah sambil berteriak.Okta yang melihat itu pun kage
"Tuan ... Tuan, bangun. Tuan ..." ucap seseorang membangunkan Okta yang masih terbaring di aspal.Pria itu melenguh sambil memegangi pundaknya yang terasa sakit, dia melihat seorang pria di hadapan yang sedang berjongkok."Jangan macam-macam!" bentak Okta."Tuan ... tenang Tuan. Saya adalah anak buahnya Tuan Agam," jawab pria tersebut."Kamu anak buahnya Om Agam," ucap lirih Okta. "Aisyah! Di mana, Aisyah?" tanya Okta sambil berdiri dan dia melihat ke dalam mobil ternyata di sana sudah tidak ada Aisyah."Mereka menculiknya, Tuan.""Apa! Mereka menculiknya? Lalu bagaimana sekarang keadaan Aisyah? Dia dibawa ke mana?" panik Okta."Tuan tenang saja, teman saya sedang melacak keberadaan Nona Aisyah. Sebaiknya sekarang Tuan ke rumah sakit, karena sepertinya Tuan terluka." Pria itu menatap ke arah luka memar yang ada di wajah Okta."Tidak. Saya tidak mau pulang. Saya akan ke rumahnya Om Agam, pasti dia sudah mengetahuinya kan?" tanya Okta dan langsung dibalas anggukkan oleh pria yang berada
Aisyah membuka matanya, dia merasa kepalanya begitu sangat pusing. Kemudian dia melihat dua orang preman berada di hadapannya dengan wajah yang menyeramkan."Siapa kalian? Lepaskan aku! Lepaskan!" teriak Aisyah."Lepaskan? Jangan pernah bermimpi! Cepat panggil bos, dia sudah sadar!" titah seorang preman kepada anak buahnya.Kemudian anak buah itu pun keluar dan tak lama masuklah seseorang sambil menggunakan topeng. Aisyah melihat jika dari postur tubuhnya dia adalah wanita, karena dia dapat melihat dua buah semangka kembar yang menyembul di bagian depan."Siapa kamu, hah? Kenapa kamu menlikku? Lepaskan!" pinta Aisyah sambil memberontak."Hahaha! Kau bilang apa? Lepaskan? Tidak akan sebelum kau memberikan aku uang! Kalau kau ingin dilepaskan, maka kau harus memberiku uang 100 miliar.""Apa! 100 miliar? Jangan gila kamu!" bentak Aisyah."Iya, itu sih terserah kamu ... kalau memang kamu tidak mau, maka bukan hanya nyawamu saja, tapi sebelum nyawamu dirampas, maka aku rasa kedua anak buah
Okta langsung masuk dengan panik saat melihat Aisyah tergeletak di lantai sambil diikat di kursi, pria itu langsung buru-buru menyelamatkan Aisyah dan membuka ikatannya."Aisyah ... kamu tidak apa-apa?" tanya Okta dengan raut wajah yang sudah dilanda kecemasan."Bang Okta," ucap lirih Aisyah. Dia memegangi perutnya yang terasa begitu sakit. "Aawwh! Perutku ....""Perut kamu kenapa, Syah? Apa mereka menyakitimu?""Perutku ditendang Bang," jawab Aisyah sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat."Apa! Lalu di mana pelakunya?" tanya Okta."Mereka sudah kabur," jawab Aisyah dengan lemas, lalu Okta langsung menggendong tubuh Aisyah menuju mobil karena dia sangat yakin wanita itu tidak akan bisa untuk berjalan."Bang aku--""Sudahlah, perutmu lagi sakit jadi diam atau ku cium kamu di sini!" goda Okta.Aisyah memukul dada bidang pria tersebut, padahal saat ini perutnya benar-benar sedang menahan sakit yang begitu tak karuan."Aisyah," ucap papa Agam saat melihat putrinya digendong oleh Ok
Setelah 2 hari selepas penculikan Aisyah, wanita itu tidak pergi ke kantor, karena dilarang oleh Papa Agam, sebab sebentar lagi dia akan lamaran bersama Okta."Morning Mah, Pah," sapa Aisyah sambil mencium pipi mama dan Papanya saat berada di meja makan."Good morning sayang," jawab Mama Rani. "Oh ya, apa kamu sudah dapat kabar dari Okta kalau Putri sudah ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara?""Hah! Serius, Mah? Bang Okta tidak memberitahu aku apapun. Mama sama Papa tahu kabar itu dari kapan?" tanya Aisyah dengan raut wajah yang kaget.Dia sama sekali belum mendapatkan kabar apapun dari calon suaminya tentang Putri, dan Aisyah pikir mungkin Putri belum ditangkap tetapi ternyata sudah masuk ke dalam jeruji besi."Semalam Okta memberitahu papa, kemarin dia sempat datang ke kampungnya Putri tapi tidak menemukan wanita itu, dan selang kemarin malam Putri pulang dan Okta membawa polisi untuk menangkapnya. Ya lumayanlah membuat semua warga di sana berkumpul dan bergosip," jawab papa Ag
Hari ini adalah hari yang paling ditunggu oleh keluarga Aisyah, di mana mereka akan membuktikan sesuatu hal yang begitu besar yang akan menentukan kebahagiaan keluarganya."Pah, Mama kok merasa deg-degan ya seperti akan berperang saja," ucap Mama Rani sambil memegangi dadanya yang sejak tadi berangkata terus saja berdetak kencang.Dia takut jika harapannya yang besar tentang Faisal ternyata tidak terbukti dan pasti itu akan menimbulkan kekecewaan yang begitu mendalam."Kita berdoa saja ya Ma, semoga Allah mengabulkan apa yang menjadi harapan kita selama ini," jawab papa Agam sambil menoleh ke arah istrinya.Sementara Aisyah berbeda mobil dengan Okta, dan papa Abraham ikut bersama dengan mobilnya Papa Agam."Bang aku berharap deh bahwa Pak Faisal adalah kakakku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya mama dan papa saat mengetahui tentang kebenaran itu, pasti mereka akan sangat bahagia namun juga pasti diliputi rasa haru," ujar Aisyah sambil menatap lurus ke arah depan."Itu pa
Aisyah dan kedua orang tuanya pulang ke rumah dengan rasa bahagia, dan rencananya besok mereka akan ke rumah sakit kembali karena Melati akan melakukan operasi.Namun, saat hari itu tiba Aisyah tidak bisa ikut karena dia harus bersiap-siap untuk acara lamaran besok, dan yang ke sana hanya papa Agam dan Mama Rani membantu proses di rumah."Aisyah tidak ikut Pah sama Mama?" tanya Faisal saat melihat Papanya datang sendirian."Tidak ... mereka tidak bisa ikut, sebab besok adalah acara lamaran Aisyah. Papa berharap kamu bisa datang."Mendengar itu Faisal menatap ke arah istrinya. "Tidak apa-apa Mas, datanglah! Dia adalah adikmu, mereka adalah keluargamu, setelah 30 tahun apa kamu tidak ingin menghadiri acara spesial adikmu sendiri?" tutur Lusi."Iya sayang, aku pasti akan datang."Mereka pun menunggu di ruang operasi hingga jam 03.00 sore Melati sudah selesai dioperasi dan dipindahkan kembali ke rawat ruang inap, setelah keadaannya membaik."Papa sangat senang sekali karena akhirnya kita
Mama Rani dan juga Aisyah berjalan ke arah ruang tamu dan mereka melihat di sana ada Andre yang sedang berteriak Memanggil nama Aisyah."Aisyah ... di mana kamu?! Keluar kau wanita sialaan!" teriaknya dengan emosi."Andre sudahlah ... ini rumah orang jangan teriak-teriak," ucap pak Daryono, mertuanya."Biar saja Pah, biar dia mendengar. Aisyaah ...! di mana kamu!" teriak Andre kembali."Aku di sini," jawab Aisyah dengan dingin. Dia melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan tajam. "Inikah sopan santun kalian? Masuk ke dalam rumah orang dan malah teriak-teriak? Di mana etitude kalian, hah?""Nggak usah banyak bac-ot kamu! Apa tidak puas kamu menghancurkanku, hah?! Kamu ingin membalas dendam kepadaku? Kamu sudah memenjarakan ibu dan sekarang kamu memenjarakan istriku, hah!" bentak Andre dengan intonasi yang sangat tinggi.Aisyah mengangkat satu alisnya, "sebaiknya duduk dulu bicarakan semua baik-baik, tidak usah pakai urat, karena di sini tidak ada kuah. Lagi pula cuka dari mu