Faisal menatap ke arah Aisyah dan juga kedua orang tuanya, dan pria itu terpaku saat melihat wajah Papanya Aisyah yang begitu mirip dengannya.'Kenapa pria itu wajahnya mirip denganku? Dan siapa dia?' batin Faisal.Lusi pun ikut terdiam, dia baru menyadari jika wajah suaminya sangat mirip dengan papanya Aisyah. 'Kenapa aku baru sadar ya kalau wajahnya Tuan Agam sangat mirip dengan mas Faisal?' batin Lusi.Kemudian Aisyah beranjak dari duduknya, lalu menghampiri Faisal. "Pak, kenalin ini orang tua saya, dan mereka ingin bertemu dengan keluarga Bapak. Jadi saya membawanya ke sini," ujar Aisyah.Mama Rani dan juga Papa Agam berdiri, namun tatapan mereka masih terpaku kepada Faisal, menatap lekat ke arah pria tersebut bahkan kedua netra Mama Rani sudah mengembun.'Kenapa aku merasa ikatan yang begitu kuat dengannya? Apakah dia ... dia adalah Putraku?' batin Mama Rani."Saya Agam, Papanya Aisyah." Papa Agam mengulurkan tangannya dengan sedikit bergetar."Saya Faisal, Om."Papa Agam merasak
"Saya tidak tahu," jawab Faisal.Mendengar jawaban Faisal, Aisyah dan juga kedua orang tuanya merasa bingung. "Maksudnya?" tanya papa Agam."Saya sedari kecil tinggal di Panti Asuhan Om, Tante, jadi saya tidak tahu orang tua saya masih hidup atau sudah meninggal," jawab Faisal dengan wajah yang sedih.Papa Agam menatap ke arah Aisyah dan juga Mama Rani bergantian, dan mereka sangat yakin jika Faisal adalah keluarganya."Berarti benar kamu adalah putra kami yang hilang 30 tahun yang lalu?" ujar Mama Rani dengan bahagia."Belum tentu Mah," timpal Papa Agam.Wanita itu menatap ke arah suaminya. "Belum tentu bagaimana sih Pah? Kan jelas-jelas dia tinggal di Panti Asuhan dan belum pernah bertemu dengan orang tuanya, sudah pasti dia putra kita Pah, yang selama ini kita cari."Papa Agam juga inginnya seperti itu, akan tetapi kenyataan harus dia buktikan yaitu dengan melakukan tes DNA, karena dia tidak ingin salah paham nantinya."Bagaimana kalau kita melakukan tes DNA, untuk membuktikan apak
Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Melati."Bagaimana Dok keadaan anak saya?" tanya Lusi setelah dokter dan suster memeriksa keadaan putrinya."Begini Bu ... keadaannya semakin lemah, dan kami harus segera mendapatkan cangkok jantung. Jadi untuk menyelamatkan Melati hanya ada satu jalan, yaitu cangkok."Mendengar penjelasan dokter Lusi dan Faisal pun menjadi lemas, mereka berpelukan sambil menangis karena tidak tahu harus mencari cangkok jantung di mana."Bagaimana ini, Mas? Dari mana kita akan mendapatkan cangkok jantung? Bahkan itu sangat mahal dan harganya puluhan juta Mas," ucap Lusi sambil menggoyang lengan suaminya.Faisal hanya diam saja, karena dia pun sangat bingung. Benar apa yang dikatakan Lusi, untuk mendapatkan cengkok jantung bukan biaya yang murah.Papa Agam yang melihat derita dari faisal dan Lusi merasa tak tega. "Kalian tenang saja ya. Om akan membantu untuk mencari pendonor cangkok jantung untuk Melati, dan Om juga akan membiayai biayanya," uj
Happy reading ....Mobil Okta dan juga 3 motor yang ditumpangi oleh 5 preman terus mengikuti, bahkan saling salip menyalip, hingga tiba-tiba saja saat di jalanan yang sepi mereka berhasil menyalip mobil Okta hingga membuatnya berhenti."Keluar woi! Keluar!" teriak preman tersebut sambil menggedor pintu kaca mobil milik Okta."Sayang, kamu di sini dulu!""Tapi Bang ....""Aku mau tahu siapa mereka dan mau apa," ujar Okta.Tanpa memperdulikan larangan dari Aisyah, dia pun keluar dari mobil dan saat sampai di sana dia menatap tajam ke arah para preman."Mau apa kalian? Kenapa menghadang mobilku, hah!" bentak Okta dengan marah."Kami mau dia ..." tunjuk preman sambil menatap ke arah Aisyah."Siapa yang menyuruh kalian?""Kau tidak usah tahu. Hajar dia!"Kemudian para preman mulai menghajar Okta sementara satu preman lainnya membuka pintu mobil Aisyah, lalu menariknya keluar dengan paksa."Tidak ... lepaskan aku! Lepaskan aku!" pinta Aisyah sambil berteriak.Okta yang melihat itu pun kage
"Tuan ... Tuan, bangun. Tuan ..." ucap seseorang membangunkan Okta yang masih terbaring di aspal.Pria itu melenguh sambil memegangi pundaknya yang terasa sakit, dia melihat seorang pria di hadapan yang sedang berjongkok."Jangan macam-macam!" bentak Okta."Tuan ... tenang Tuan. Saya adalah anak buahnya Tuan Agam," jawab pria tersebut."Kamu anak buahnya Om Agam," ucap lirih Okta. "Aisyah! Di mana, Aisyah?" tanya Okta sambil berdiri dan dia melihat ke dalam mobil ternyata di sana sudah tidak ada Aisyah."Mereka menculiknya, Tuan.""Apa! Mereka menculiknya? Lalu bagaimana sekarang keadaan Aisyah? Dia dibawa ke mana?" panik Okta."Tuan tenang saja, teman saya sedang melacak keberadaan Nona Aisyah. Sebaiknya sekarang Tuan ke rumah sakit, karena sepertinya Tuan terluka." Pria itu menatap ke arah luka memar yang ada di wajah Okta."Tidak. Saya tidak mau pulang. Saya akan ke rumahnya Om Agam, pasti dia sudah mengetahuinya kan?" tanya Okta dan langsung dibalas anggukkan oleh pria yang berada
Aisyah membuka matanya, dia merasa kepalanya begitu sangat pusing. Kemudian dia melihat dua orang preman berada di hadapannya dengan wajah yang menyeramkan."Siapa kalian? Lepaskan aku! Lepaskan!" teriak Aisyah."Lepaskan? Jangan pernah bermimpi! Cepat panggil bos, dia sudah sadar!" titah seorang preman kepada anak buahnya.Kemudian anak buah itu pun keluar dan tak lama masuklah seseorang sambil menggunakan topeng. Aisyah melihat jika dari postur tubuhnya dia adalah wanita, karena dia dapat melihat dua buah semangka kembar yang menyembul di bagian depan."Siapa kamu, hah? Kenapa kamu menlikku? Lepaskan!" pinta Aisyah sambil memberontak."Hahaha! Kau bilang apa? Lepaskan? Tidak akan sebelum kau memberikan aku uang! Kalau kau ingin dilepaskan, maka kau harus memberiku uang 100 miliar.""Apa! 100 miliar? Jangan gila kamu!" bentak Aisyah."Iya, itu sih terserah kamu ... kalau memang kamu tidak mau, maka bukan hanya nyawamu saja, tapi sebelum nyawamu dirampas, maka aku rasa kedua anak buah
Okta langsung masuk dengan panik saat melihat Aisyah tergeletak di lantai sambil diikat di kursi, pria itu langsung buru-buru menyelamatkan Aisyah dan membuka ikatannya."Aisyah ... kamu tidak apa-apa?" tanya Okta dengan raut wajah yang sudah dilanda kecemasan."Bang Okta," ucap lirih Aisyah. Dia memegangi perutnya yang terasa begitu sakit. "Aawwh! Perutku ....""Perut kamu kenapa, Syah? Apa mereka menyakitimu?""Perutku ditendang Bang," jawab Aisyah sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat."Apa! Lalu di mana pelakunya?" tanya Okta."Mereka sudah kabur," jawab Aisyah dengan lemas, lalu Okta langsung menggendong tubuh Aisyah menuju mobil karena dia sangat yakin wanita itu tidak akan bisa untuk berjalan."Bang aku--""Sudahlah, perutmu lagi sakit jadi diam atau ku cium kamu di sini!" goda Okta.Aisyah memukul dada bidang pria tersebut, padahal saat ini perutnya benar-benar sedang menahan sakit yang begitu tak karuan."Aisyah," ucap papa Agam saat melihat putrinya digendong oleh Ok
Setelah 2 hari selepas penculikan Aisyah, wanita itu tidak pergi ke kantor, karena dilarang oleh Papa Agam, sebab sebentar lagi dia akan lamaran bersama Okta."Morning Mah, Pah," sapa Aisyah sambil mencium pipi mama dan Papanya saat berada di meja makan."Good morning sayang," jawab Mama Rani. "Oh ya, apa kamu sudah dapat kabar dari Okta kalau Putri sudah ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara?""Hah! Serius, Mah? Bang Okta tidak memberitahu aku apapun. Mama sama Papa tahu kabar itu dari kapan?" tanya Aisyah dengan raut wajah yang kaget.Dia sama sekali belum mendapatkan kabar apapun dari calon suaminya tentang Putri, dan Aisyah pikir mungkin Putri belum ditangkap tetapi ternyata sudah masuk ke dalam jeruji besi."Semalam Okta memberitahu papa, kemarin dia sempat datang ke kampungnya Putri tapi tidak menemukan wanita itu, dan selang kemarin malam Putri pulang dan Okta membawa polisi untuk menangkapnya. Ya lumayanlah membuat semua warga di sana berkumpul dan bergosip," jawab papa Ag
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u