Happy reading ...."Bohong! Kamu pasti maling kan? Tidak mungkin kalau kamu bukan maling, kamu bisa dikejar-kejar warga seperti itu?" tuding Okta.Dia mencengkram kerah baju pria yang berpakaian lusuh tersebut. Namun Aisyah segera menghentikannya. "Bang ... jangan bawa emosi dulu, siapa tahu memang yang dia katakan itu benar.""Ya buktinya tadi warga mengejar dia, sayang? Tuh lihat! Wajahnya juga sudah babak belur, gak mungkin kan kalau dia ini bukan maling? Lagi pula, semua maling kalau ngaku penjara penuh," jelas Okta."Iya aku tahu ... tapi sepertinya dia jujur deh Bang." Lalu Aisyah menatap ke arah orang tersebut yang sedang dilanda ketakutan. "Benar kamu bukan maling?" tanyanya."Bener Mbak, saya bukan maling. Saya difitnah. Saya sungguh-sungguh hanya menjual bakso, tapi sekarang gerobak saya sudah hancur karena warga. Bagaimana saya akan mencari nafkah?" Pria itu terlihat sangat frustasi sambil membuka topinya.Aisyah merasa kasihan, kemudian dia menatap ke arah Okta. Akan tetap
"Bang, aku kasihan deh melihat mereka. Aku rencananya mau bantu pengobatan putrinya, gimana menurut Abang?" tanya Aisyah kepada Okta."Kamu yakin mau bantu mereka?" Okta memastikan."Yakin Bang, kasihan, tapi ..." Aisyah menggantungkan ucapannya."Tapi kenapa?""Tapi ... ah, nggak deh nanti aja di dalam mobil aku bicaranya. Udah kita masuk dulu yuk ke dalam!" ajak Aisyah.Kemudian mereka pun menyampaikan iktikad baiknya untuk membayar biaya pengobatan Melati, awalnya ditolak oleh pasangan suami istri itu, namun Aisyah bersikukuh dan pada akhirnya dia membantu mereka.Tidak lupa Aisyah juga memberikan kartu namanya kepada istri dari Faisal, kemudian mereka pamit dari sana karena jam juga sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore.Selama dalam perjalanan Aisyah terus saja termenung, memikirkan wajah Faisal yang begitu mirip dengan papanya.'Apa ini hanya kebetulan? Tapi ... apakah ada manusia semirip itu jika bukan keluarga?' batin AisyahmOkta yang sejak tadi memperhatikan calon istri
"Tidak ada Nak. Tidak ada yang kami sembunyikan dari kamu. Hanya saja, Papa ingin memastikan sesuatu. Ya ... siapa tahu kan kalau dia masih ada hubungan keluarga sama kita?" jawab papa Agam."Ya sudah, kalau gitu nanti Aisyah besok aja Mama dan Papa ke rumah sakit ya untuk bertemu sama Pak Faisal dan juga istrinya. Kalau begitu Aisyah masuk dulu ke kamar, soalnya ini kan udah malam, terus Aisyah juga ada meeting pagi nanti."Wanita itu pun pamit kepada kedua orang tuanya, lalu dia meninggalkan ruang makan dan masuk ke dalam kamar.Kini tinggallah Mama Rani dan papa Agam di meja makan, kemudian Papa Agam langsung menatap ke arah istrinya."Mah, Mama se pemikiran gak dengan papa?" tanya papa Agam."Iya, Mama sepemikiran dengan Papa, dan kita lihat besok ... apakah memang dia semirip itu," jawab Mama Rani.Setelah keduanya diskusi, mereka pun masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.............................. Pagi hari Aisyah sudah bersiap-siap, dia bahkan tidak sarapan sebab ada mee
"Jawab Mah, Pah! Kenapa kalian diam saja?" desak Aisyah saat melihat kedua orang tuanya hanya diam tidak menjawab.Terlihat wajah mama Rani dan juga Papa Agam begitu tegang, mereka tidak menyangka jika Aisyah kembali masuk."Nak, kami bisa jelaskan duduklah!" pinta Mama Rani.Aisyah pun duduk. "Sekarang jelaskan kepadaku! Apakah benar aku mempunyai kakak? Tapi kenapa kalian tidak pernah memberitahukannya kepadaku?"Terdengar helaan nafas dari kedua orang tua Aisyah. Dia melihat wajah sendu orang tuanya dan Aisyah dapat melihat kesedihan yang begitu dalam di kedua netra itu."Saat itu Mama belum hamil kamu Nak Mama melahirkan kakakmu, tapi dia diculik dan sampai sekarang belum ditemukan. Padahal baru beberapa jam Mama melahirkannya." Terlihat Mama Rani sudah menangis kembali.Aisyah sangat syok saat mendengar kenyataan yang sudah 25 tahun disembunyikan oleh kedua orang tuanya."Jadi benar, kalau aku mempunyai kakak? Lalu di mana dia sekarang? Apakah sudah ketemu?"Mama Rani dan papa A
Faisal menatap ke arah Aisyah dan juga kedua orang tuanya, dan pria itu terpaku saat melihat wajah Papanya Aisyah yang begitu mirip dengannya.'Kenapa pria itu wajahnya mirip denganku? Dan siapa dia?' batin Faisal.Lusi pun ikut terdiam, dia baru menyadari jika wajah suaminya sangat mirip dengan papanya Aisyah. 'Kenapa aku baru sadar ya kalau wajahnya Tuan Agam sangat mirip dengan mas Faisal?' batin Lusi.Kemudian Aisyah beranjak dari duduknya, lalu menghampiri Faisal. "Pak, kenalin ini orang tua saya, dan mereka ingin bertemu dengan keluarga Bapak. Jadi saya membawanya ke sini," ujar Aisyah.Mama Rani dan juga Papa Agam berdiri, namun tatapan mereka masih terpaku kepada Faisal, menatap lekat ke arah pria tersebut bahkan kedua netra Mama Rani sudah mengembun.'Kenapa aku merasa ikatan yang begitu kuat dengannya? Apakah dia ... dia adalah Putraku?' batin Mama Rani."Saya Agam, Papanya Aisyah." Papa Agam mengulurkan tangannya dengan sedikit bergetar."Saya Faisal, Om."Papa Agam merasak
"Saya tidak tahu," jawab Faisal.Mendengar jawaban Faisal, Aisyah dan juga kedua orang tuanya merasa bingung. "Maksudnya?" tanya papa Agam."Saya sedari kecil tinggal di Panti Asuhan Om, Tante, jadi saya tidak tahu orang tua saya masih hidup atau sudah meninggal," jawab Faisal dengan wajah yang sedih.Papa Agam menatap ke arah Aisyah dan juga Mama Rani bergantian, dan mereka sangat yakin jika Faisal adalah keluarganya."Berarti benar kamu adalah putra kami yang hilang 30 tahun yang lalu?" ujar Mama Rani dengan bahagia."Belum tentu Mah," timpal Papa Agam.Wanita itu menatap ke arah suaminya. "Belum tentu bagaimana sih Pah? Kan jelas-jelas dia tinggal di Panti Asuhan dan belum pernah bertemu dengan orang tuanya, sudah pasti dia putra kita Pah, yang selama ini kita cari."Papa Agam juga inginnya seperti itu, akan tetapi kenyataan harus dia buktikan yaitu dengan melakukan tes DNA, karena dia tidak ingin salah paham nantinya."Bagaimana kalau kita melakukan tes DNA, untuk membuktikan apak
Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Melati."Bagaimana Dok keadaan anak saya?" tanya Lusi setelah dokter dan suster memeriksa keadaan putrinya."Begini Bu ... keadaannya semakin lemah, dan kami harus segera mendapatkan cangkok jantung. Jadi untuk menyelamatkan Melati hanya ada satu jalan, yaitu cangkok."Mendengar penjelasan dokter Lusi dan Faisal pun menjadi lemas, mereka berpelukan sambil menangis karena tidak tahu harus mencari cangkok jantung di mana."Bagaimana ini, Mas? Dari mana kita akan mendapatkan cangkok jantung? Bahkan itu sangat mahal dan harganya puluhan juta Mas," ucap Lusi sambil menggoyang lengan suaminya.Faisal hanya diam saja, karena dia pun sangat bingung. Benar apa yang dikatakan Lusi, untuk mendapatkan cengkok jantung bukan biaya yang murah.Papa Agam yang melihat derita dari faisal dan Lusi merasa tak tega. "Kalian tenang saja ya. Om akan membantu untuk mencari pendonor cangkok jantung untuk Melati, dan Om juga akan membiayai biayanya," uj
Happy reading ....Mobil Okta dan juga 3 motor yang ditumpangi oleh 5 preman terus mengikuti, bahkan saling salip menyalip, hingga tiba-tiba saja saat di jalanan yang sepi mereka berhasil menyalip mobil Okta hingga membuatnya berhenti."Keluar woi! Keluar!" teriak preman tersebut sambil menggedor pintu kaca mobil milik Okta."Sayang, kamu di sini dulu!""Tapi Bang ....""Aku mau tahu siapa mereka dan mau apa," ujar Okta.Tanpa memperdulikan larangan dari Aisyah, dia pun keluar dari mobil dan saat sampai di sana dia menatap tajam ke arah para preman."Mau apa kalian? Kenapa menghadang mobilku, hah!" bentak Okta dengan marah."Kami mau dia ..." tunjuk preman sambil menatap ke arah Aisyah."Siapa yang menyuruh kalian?""Kau tidak usah tahu. Hajar dia!"Kemudian para preman mulai menghajar Okta sementara satu preman lainnya membuka pintu mobil Aisyah, lalu menariknya keluar dengan paksa."Tidak ... lepaskan aku! Lepaskan aku!" pinta Aisyah sambil berteriak.Okta yang melihat itu pun kage