Happy reading ....Apa yang dikatakan Aisyah benar, malam ini Okta datang namun tidak sendiri, dia bersama dengan papanya, yaitu Papa Abraham. Karena bagi Mama Rani tidak afdol jika Okta datang sendiri tanpa wali dari Papanya.Kedua orang tua Aisyah dan juga orang tua Okta itu bersahabat, dan saat ini mereka tengah duduk di ruang keluarga."Sebaiknya kita makan malam dulu! Nanti baru kita bahas setelah makan selesai, biar tegangnya sedikit mencair," kelakar Papa Agam."Setujaa ... maksudnya setuju. Biar tidak terlalu tegang banget," timpal Papa Abraham.Sementara Okta sedari tadi terus aja menatap ke arah Aisyah. Dia benar-benar penasaran dengan jawaban dari wanita yang sudah mencuri hatinya."Semoga saja jawaban Aisyah sesuai dengan ekspektasiku." batin Okta Aisyah tidak berani memandang ke arah pria itu yang sejak tadi terus saja melihatnya, karena setiap kali Aisyah menatap kedua manik milik Okta jantungnya selalu saja berdetak, entah dia pun tidak tahu apakah itu perasaan cinta a
Happy reading ....Pagi hari Aisyah sudah siap dengan gamis berwarna violet serta jilbab yang hampir senada, wanita itu sedang menunggu kedatangan Okta.Tak lama terdengar suara pria yang sedang ditunggunya. "Assalamualaikum," ucap Okta sambil masuk ke dalam rumah."Waalaikumsalam, kita langsung jalan aja yuk Bang! Nanti soalnya takut kesiangan, ini kan udah jam 07.30 juga," jawab Aisyah."Ayo! Pamit dulu sama om, tante." Kemudian mereka berdua pun pamit kepada Mama Rani dan juga Papa Agam, setelah itu keluar dari rumah menaiki mobil.Saat sampai di dalam mobil, Okta belum juga melajukan mobilnya, dia mengeluarkan setangkai bunga mawar merah dan memberikannya kepada Aisyah."Apa ini, Bang?""Bunga dong, masa cincin?" ledek Okta."Buat aku?""Bukan, tapi buat calon istriku yang sedang duduk dan memakai baju berwarna violet," jawab Okta sambil mengedipkan sebelah matanya.Aisyah memukul dengan Okta dengan pelan. "Terima kasih." Kemudian wanita itu mencium harum bunga tersebut."Oh iya,
Happy reading ...."Bohong! Kamu pasti maling kan? Tidak mungkin kalau kamu bukan maling, kamu bisa dikejar-kejar warga seperti itu?" tuding Okta.Dia mencengkram kerah baju pria yang berpakaian lusuh tersebut. Namun Aisyah segera menghentikannya. "Bang ... jangan bawa emosi dulu, siapa tahu memang yang dia katakan itu benar.""Ya buktinya tadi warga mengejar dia, sayang? Tuh lihat! Wajahnya juga sudah babak belur, gak mungkin kan kalau dia ini bukan maling? Lagi pula, semua maling kalau ngaku penjara penuh," jelas Okta."Iya aku tahu ... tapi sepertinya dia jujur deh Bang." Lalu Aisyah menatap ke arah orang tersebut yang sedang dilanda ketakutan. "Benar kamu bukan maling?" tanyanya."Bener Mbak, saya bukan maling. Saya difitnah. Saya sungguh-sungguh hanya menjual bakso, tapi sekarang gerobak saya sudah hancur karena warga. Bagaimana saya akan mencari nafkah?" Pria itu terlihat sangat frustasi sambil membuka topinya.Aisyah merasa kasihan, kemudian dia menatap ke arah Okta. Akan tetap
"Bang, aku kasihan deh melihat mereka. Aku rencananya mau bantu pengobatan putrinya, gimana menurut Abang?" tanya Aisyah kepada Okta."Kamu yakin mau bantu mereka?" Okta memastikan."Yakin Bang, kasihan, tapi ..." Aisyah menggantungkan ucapannya."Tapi kenapa?""Tapi ... ah, nggak deh nanti aja di dalam mobil aku bicaranya. Udah kita masuk dulu yuk ke dalam!" ajak Aisyah.Kemudian mereka pun menyampaikan iktikad baiknya untuk membayar biaya pengobatan Melati, awalnya ditolak oleh pasangan suami istri itu, namun Aisyah bersikukuh dan pada akhirnya dia membantu mereka.Tidak lupa Aisyah juga memberikan kartu namanya kepada istri dari Faisal, kemudian mereka pamit dari sana karena jam juga sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore.Selama dalam perjalanan Aisyah terus saja termenung, memikirkan wajah Faisal yang begitu mirip dengan papanya.'Apa ini hanya kebetulan? Tapi ... apakah ada manusia semirip itu jika bukan keluarga?' batin AisyahmOkta yang sejak tadi memperhatikan calon istri
"Tidak ada Nak. Tidak ada yang kami sembunyikan dari kamu. Hanya saja, Papa ingin memastikan sesuatu. Ya ... siapa tahu kan kalau dia masih ada hubungan keluarga sama kita?" jawab papa Agam."Ya sudah, kalau gitu nanti Aisyah besok aja Mama dan Papa ke rumah sakit ya untuk bertemu sama Pak Faisal dan juga istrinya. Kalau begitu Aisyah masuk dulu ke kamar, soalnya ini kan udah malam, terus Aisyah juga ada meeting pagi nanti."Wanita itu pun pamit kepada kedua orang tuanya, lalu dia meninggalkan ruang makan dan masuk ke dalam kamar.Kini tinggallah Mama Rani dan papa Agam di meja makan, kemudian Papa Agam langsung menatap ke arah istrinya."Mah, Mama se pemikiran gak dengan papa?" tanya papa Agam."Iya, Mama sepemikiran dengan Papa, dan kita lihat besok ... apakah memang dia semirip itu," jawab Mama Rani.Setelah keduanya diskusi, mereka pun masuk ke dalam kamar untuk beristirahat.............................. Pagi hari Aisyah sudah bersiap-siap, dia bahkan tidak sarapan sebab ada mee
"Jawab Mah, Pah! Kenapa kalian diam saja?" desak Aisyah saat melihat kedua orang tuanya hanya diam tidak menjawab.Terlihat wajah mama Rani dan juga Papa Agam begitu tegang, mereka tidak menyangka jika Aisyah kembali masuk."Nak, kami bisa jelaskan duduklah!" pinta Mama Rani.Aisyah pun duduk. "Sekarang jelaskan kepadaku! Apakah benar aku mempunyai kakak? Tapi kenapa kalian tidak pernah memberitahukannya kepadaku?"Terdengar helaan nafas dari kedua orang tua Aisyah. Dia melihat wajah sendu orang tuanya dan Aisyah dapat melihat kesedihan yang begitu dalam di kedua netra itu."Saat itu Mama belum hamil kamu Nak Mama melahirkan kakakmu, tapi dia diculik dan sampai sekarang belum ditemukan. Padahal baru beberapa jam Mama melahirkannya." Terlihat Mama Rani sudah menangis kembali.Aisyah sangat syok saat mendengar kenyataan yang sudah 25 tahun disembunyikan oleh kedua orang tuanya."Jadi benar, kalau aku mempunyai kakak? Lalu di mana dia sekarang? Apakah sudah ketemu?"Mama Rani dan papa A
Faisal menatap ke arah Aisyah dan juga kedua orang tuanya, dan pria itu terpaku saat melihat wajah Papanya Aisyah yang begitu mirip dengannya.'Kenapa pria itu wajahnya mirip denganku? Dan siapa dia?' batin Faisal.Lusi pun ikut terdiam, dia baru menyadari jika wajah suaminya sangat mirip dengan papanya Aisyah. 'Kenapa aku baru sadar ya kalau wajahnya Tuan Agam sangat mirip dengan mas Faisal?' batin Lusi.Kemudian Aisyah beranjak dari duduknya, lalu menghampiri Faisal. "Pak, kenalin ini orang tua saya, dan mereka ingin bertemu dengan keluarga Bapak. Jadi saya membawanya ke sini," ujar Aisyah.Mama Rani dan juga Papa Agam berdiri, namun tatapan mereka masih terpaku kepada Faisal, menatap lekat ke arah pria tersebut bahkan kedua netra Mama Rani sudah mengembun.'Kenapa aku merasa ikatan yang begitu kuat dengannya? Apakah dia ... dia adalah Putraku?' batin Mama Rani."Saya Agam, Papanya Aisyah." Papa Agam mengulurkan tangannya dengan sedikit bergetar."Saya Faisal, Om."Papa Agam merasak
"Saya tidak tahu," jawab Faisal.Mendengar jawaban Faisal, Aisyah dan juga kedua orang tuanya merasa bingung. "Maksudnya?" tanya papa Agam."Saya sedari kecil tinggal di Panti Asuhan Om, Tante, jadi saya tidak tahu orang tua saya masih hidup atau sudah meninggal," jawab Faisal dengan wajah yang sedih.Papa Agam menatap ke arah Aisyah dan juga Mama Rani bergantian, dan mereka sangat yakin jika Faisal adalah keluarganya."Berarti benar kamu adalah putra kami yang hilang 30 tahun yang lalu?" ujar Mama Rani dengan bahagia."Belum tentu Mah," timpal Papa Agam.Wanita itu menatap ke arah suaminya. "Belum tentu bagaimana sih Pah? Kan jelas-jelas dia tinggal di Panti Asuhan dan belum pernah bertemu dengan orang tuanya, sudah pasti dia putra kita Pah, yang selama ini kita cari."Papa Agam juga inginnya seperti itu, akan tetapi kenyataan harus dia buktikan yaitu dengan melakukan tes DNA, karena dia tidak ingin salah paham nantinya."Bagaimana kalau kita melakukan tes DNA, untuk membuktikan apak
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u