Pagi harinya ketika Hanna terbangun, dia melihat Dante dan Clara berdiri si dekat tempat tidurnya."Hanna, kamu sudah bangun? Apa yang kamu rasakan sekarang? Apakah ada yang sakit?" Clara bertanya dengan khawatir, karena semalam dia mendengar suara tubuh Hanna yang terjatuh ke lantai cukup keras."Apa kamu merasa pusing? Dan..mual?" Dante juga bertanya padanya.Hanna perlahan bangun dan duduk bersandar di kepala tempat tidurnya, "Aku hanya sedikit pusing, mungkin karena terlalu lelah. Ayah dan Ibu tidak perlu begitu khawatir.""Lebih baik kamu beristirahat dulu di rumah hari ini. Kondisimu sepertinya sedang tidak sehat. Kamu mau makan apa? Nanti akan Ibu masakan untukmu.""Aku akan memakan apa saja yang Ibu masakan untukku. Semua masakan Ibu adalah yang terenak," ujar Hanna sambil tersenyum."Sshh, keadaan begini masih sempat-sempatnya kamu menggombal, Hanna," ujar Clara sambil memegang kepala Hanna."Hanna, lebih baik kamu beristirahat dulu. Hubungi Mia untuk membantumu di rumah saki
Semalaman Hanna tidak dapat tidur dengan nyenyak. Pikirannya terasa sangat kacau balau.Ditengah perasaan bingungnya akan identitasnya, karena beberapa kilasan ingatan tentang dirinya. Kabar kehamilan yang diterimanya begitu tiba-tiba."Apa yang harus kulakukan padamu?" gumam Hanna sambil mengelus perutnya yang masih rata."Dan jika aku adalah Alena, apa yang harus ku lakukan di kemudian hari?"Setelah berpikir panjang semalaman, Hanna mengambil keputusan."Aku akan menyelidiki semuanya sendiri dan dengan hati-hati. Tidak mungkin Ayah, Ibu, dan Ethan akan menjawab pertanyaanku. Mereka pasti punya alasan menutupinya. Aku akan mencari tahu lewat tes DNA."Keesokan harinya Hanna bangun pagi sekali dan mempersiapkan dirinya untuk berangkat bekerja.Clara dan Dante telah duduk di meja makan untuk sarapan."Hanna, pagi sekali kamu mau berangkat? Ayo sarapan dulu. Kamu harus banyak makan," Clara memanggilnya."Emm, aku harus melakukan sesuatu di Institut Penelitian hari ini Bu, aku akan sara
Di sore hari, Dante menemui Ethan di dermaga. Mereka duduk di tepi laut dan berbicara di sana diiringi suara desiran ombak."Apa? Alena hamil?" mendengar kabar itu, Ethan menggenggam erat kedua tangannya yang terkulai disamping tubuhnya."Aku tidak ingin menutupinya darimu, bahkan jika aku menutupinya pun, hal ini tidak akan mungkin disembunyikan lebih lama. Kamu berhak mengetahuinya karena Alena adalah adikmu," ujar Dante."Ini.. takdir macam apa? Aku tidak mengharapkan jika suatu saat Alena akan kembali kepada Aiden hanya karena kehamilannya. Apa yang akan terjadi di kemudian hari jika ingatannya kembali? Dia akan kembali merasa frustrasi. Pria itu adalah sumber penderitaan bagi hidupnya di masa lalu," ujar Ethan."Tapi, anak dalam kandungan Alena tidak bersalah Ethan. Dia juga berhak mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya. Kamu tidak harus hidup dengan terus melihat ke belakang. Alena dan Aiden mungkin memang ditakdirkan bersama. Dan aku yakin, jika Aiden mengetahui tentang keh
Hanna pagi ini bangun cepat seperti biasanya.Dia melakukan olahraga pagi, namun bukan berlari. Melainkan hanya sekedar berjalan kaki di taman area perumahan keluarga Miller berada.Dia ingin tetap sehat meskipun sedang hamil.Setelah dia merasa cukup lama berjalan kaki, dia duduk di bangku yang tersedia di taman itu."Sayang sekali, di taman ini bunganya tidak begitu banyak, dan bunga lily putih juga tidak ada," gumam Hanna sambil menghela napas.Hanna memegang perutnya yang masih rata, "Hmmm, sedang apa Aiden sekarang? Eh, kenapa aku tiba-tiba memikirkannya? Apakah karena aku sedang mengandung?" Hanna duduk beberapa menit di sana, kemudian dia memutuskan untuk kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, Hanna mandi dan kemudian bersiap untuk berangkat bekerja."Hanna, pagi sekali kamu berangkat hari ini," ujar Clara."Iya Bu, pasien yang baru saja aku operasi dengan metode Bentall itu telah sadar setelah 3 hari. Aku harus memeriksanya.""Ya, Ibu sudah mendengar tentang pasien bernama J
Dua minggu kemudian telah berlalu. Pagi sekali setelah bangun tidur, Hanna merasakan tidak nyaman pada perutnya dan kepalanya sakit, dia segera berlari ke kamar mandi, "Hueeeekkk.."."Ugh, belakangan 'morning sickness' ini semakin menjadi-jadi. Aku berharap ini semua segera berlalu setelah kehamilanku memasuki trisemester kedua," keluh Hanna.Setelah membersihkan wajahnya, dia merebahkan tubuhnya kembali ke tempat tidur.Dia menunda waktu sejenak untuk bersiap-siap ke Institut Penelitian.Setelah beberapa saat, Hanna tidak kunjung ingin beranjak dari tempat tidurnya, rasa mual dan pusing ini masih menghantuinya.'Tok tok tok'Terdengar suara ketukan di pintu kamarnya, kemudian pintu perlahan terbuka."Hanna, ada apa sayang? Tidak biasanya kamu terlambat bersiap untuk berangkat kerja. Apakah kamu sedang sakit?" tanya Clara khawatir.Clara meraba tangan, leher dan kemudian dahi Hanna."Sepertinya suhu tubuhmu normal, apakah kamu merasa mual dan pusing?" ujar Clara."Iya Bu, sepertinya m
"Kondisimu telah membaik cukup banyak Jake, aku pikir dalam beberapa hari kamu sudah bisa pulang ke rumah," ujar Hanna setelah melakukan pemeriksaan pada Jake."Benarkah? Terimakasih dokter," ucap Jake."Kamu beristirahatlah dengan baik, dan makan tepat waktu. Aku permisi dulu," ujar Hanna.Jake hanya tersenyum dan mengangguk.Hanna berlalu pergi dari ruang perawatan Jake."Dalam beberapa hari ini, aku harus mengatur strategi untuk kabur dari sini. Brian telah mengatur penjagaan yang begitu ketat terhadapku. Jika aku tidak lekas pergi, dia akan membawaku dan menyiksaku seumur hidup," pikir Jake.'Tik tik tik'"Hei, apa yang kamu pikirkan sehingga tidak menyadari kedatanganku?" Brian Hart menjentikkan jarinya di depan wajah Jake hingga ia terkejut."Bri.. Brian!""Kenapa setiap kali melihatku kamu seperti melihat hantu? Apakah aku sangat menakutkan?" Brian terkekeh melihat wajah Jake yang ketakutan."Aku, tidak pernah berniat menjebak mu ketika itu. Kamu lah yang tiba-tiba muncul dan m
Brian Hart sangat senang menyegarkan pikirannya dengan memandang laut lepas.Senja hari adalah waktu yang sangat dia sukai untuk sekedar berdiri di dermaga, memandangi matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat.Baginya, laut adalah tempat pengalaman pahit sekaligus berharga dalam hidupnya. Dua kali dia mengalahkan kematian di sana. Pertama, ketika dia dibuat sekarat dan diikat, kemudian dilempar ke laut oleh Jake dan komplotannya.Dan kedua kalinya ketika dia terjatuh dari atas helikopter ketika bertarung dengan Aiden karena berusaha membawa kabur adiknya.Dia bersyukur, laut tidak dengan kejam mengambil nyawanya. Dia selalu berakhir selamat."Aku tahu kamu pasti masih hidup Brian Hart. Kamu bukanlah seseorang yang mudah mati," ujar seseorang yang tiba-tiba berdiri di belakangnya.Brian Hart hanya menatap dingin ke arah lautan, dia tidak memalingkan wajahnya sedikit pun ke arah sumber suara itu."Akhirnya kamu mendatangiku juga, aku pikir kamu hanya akan terus-terusan mengawasi ku.
Hanna telah mengetahui jati dirinya yang sebenarnya, dia telah mendapatkan hasil tes DNAnya beberapa hari yang lalu.Perasaannya saat ini campur aduk. Hasil tes itu mengatakan bahwa dia memiliki kecocokan DNA dengan Ethan Hawk, tetapi justru tidak ada kecocokan dengan Dante dan Clara.Dia diam-diam mengambil sendok, tisu, dan helaian rambut Ethan ketika mereka makan bersama. Setelah beberapa ingatan tentang dirinya dan Ethan Hawk muncul, dia mencurigai tentang hubungan dirinya dan Ethan.Baru-baru ini bahkan dia mengingat sedikit kenangan-kenangan masa kecilnya bersama Ethan dan neneknya. Sesuai dugaannya, bahwa sebelumnya hasil tes yang dilakukannya telah dimanipulasi di Rumah Sakit Miller. Hanna kemudian diam-diam melakukan tes DNA di sebuah rumah sakit di pinggir kota.Dia sedih karena ternyata kedua orang tuanya bukanlah orang tua kandungnya. Clara dan Dante terlihat sangat menyayangi dia dengan tulus. Setelah dia mengetahuinya, dia merasa canggung terhadap Clara dan Dante.Hanna