Dua minggu kemudian telah berlalu. Pagi sekali setelah bangun tidur, Hanna merasakan tidak nyaman pada perutnya dan kepalanya sakit, dia segera berlari ke kamar mandi, "Hueeeekkk.."."Ugh, belakangan 'morning sickness' ini semakin menjadi-jadi. Aku berharap ini semua segera berlalu setelah kehamilanku memasuki trisemester kedua," keluh Hanna.Setelah membersihkan wajahnya, dia merebahkan tubuhnya kembali ke tempat tidur.Dia menunda waktu sejenak untuk bersiap-siap ke Institut Penelitian.Setelah beberapa saat, Hanna tidak kunjung ingin beranjak dari tempat tidurnya, rasa mual dan pusing ini masih menghantuinya.'Tok tok tok'Terdengar suara ketukan di pintu kamarnya, kemudian pintu perlahan terbuka."Hanna, ada apa sayang? Tidak biasanya kamu terlambat bersiap untuk berangkat kerja. Apakah kamu sedang sakit?" tanya Clara khawatir.Clara meraba tangan, leher dan kemudian dahi Hanna."Sepertinya suhu tubuhmu normal, apakah kamu merasa mual dan pusing?" ujar Clara."Iya Bu, sepertinya m
"Kondisimu telah membaik cukup banyak Jake, aku pikir dalam beberapa hari kamu sudah bisa pulang ke rumah," ujar Hanna setelah melakukan pemeriksaan pada Jake."Benarkah? Terimakasih dokter," ucap Jake."Kamu beristirahatlah dengan baik, dan makan tepat waktu. Aku permisi dulu," ujar Hanna.Jake hanya tersenyum dan mengangguk.Hanna berlalu pergi dari ruang perawatan Jake."Dalam beberapa hari ini, aku harus mengatur strategi untuk kabur dari sini. Brian telah mengatur penjagaan yang begitu ketat terhadapku. Jika aku tidak lekas pergi, dia akan membawaku dan menyiksaku seumur hidup," pikir Jake.'Tik tik tik'"Hei, apa yang kamu pikirkan sehingga tidak menyadari kedatanganku?" Brian Hart menjentikkan jarinya di depan wajah Jake hingga ia terkejut."Bri.. Brian!""Kenapa setiap kali melihatku kamu seperti melihat hantu? Apakah aku sangat menakutkan?" Brian terkekeh melihat wajah Jake yang ketakutan."Aku, tidak pernah berniat menjebak mu ketika itu. Kamu lah yang tiba-tiba muncul dan m
Brian Hart sangat senang menyegarkan pikirannya dengan memandang laut lepas.Senja hari adalah waktu yang sangat dia sukai untuk sekedar berdiri di dermaga, memandangi matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat.Baginya, laut adalah tempat pengalaman pahit sekaligus berharga dalam hidupnya. Dua kali dia mengalahkan kematian di sana. Pertama, ketika dia dibuat sekarat dan diikat, kemudian dilempar ke laut oleh Jake dan komplotannya.Dan kedua kalinya ketika dia terjatuh dari atas helikopter ketika bertarung dengan Aiden karena berusaha membawa kabur adiknya.Dia bersyukur, laut tidak dengan kejam mengambil nyawanya. Dia selalu berakhir selamat."Aku tahu kamu pasti masih hidup Brian Hart. Kamu bukanlah seseorang yang mudah mati," ujar seseorang yang tiba-tiba berdiri di belakangnya.Brian Hart hanya menatap dingin ke arah lautan, dia tidak memalingkan wajahnya sedikit pun ke arah sumber suara itu."Akhirnya kamu mendatangiku juga, aku pikir kamu hanya akan terus-terusan mengawasi ku.
Hanna telah mengetahui jati dirinya yang sebenarnya, dia telah mendapatkan hasil tes DNAnya beberapa hari yang lalu.Perasaannya saat ini campur aduk. Hasil tes itu mengatakan bahwa dia memiliki kecocokan DNA dengan Ethan Hawk, tetapi justru tidak ada kecocokan dengan Dante dan Clara.Dia diam-diam mengambil sendok, tisu, dan helaian rambut Ethan ketika mereka makan bersama. Setelah beberapa ingatan tentang dirinya dan Ethan Hawk muncul, dia mencurigai tentang hubungan dirinya dan Ethan.Baru-baru ini bahkan dia mengingat sedikit kenangan-kenangan masa kecilnya bersama Ethan dan neneknya. Sesuai dugaannya, bahwa sebelumnya hasil tes yang dilakukannya telah dimanipulasi di Rumah Sakit Miller. Hanna kemudian diam-diam melakukan tes DNA di sebuah rumah sakit di pinggir kota.Dia sedih karena ternyata kedua orang tuanya bukanlah orang tua kandungnya. Clara dan Dante terlihat sangat menyayangi dia dengan tulus. Setelah dia mengetahuinya, dia merasa canggung terhadap Clara dan Dante.Hanna
Setiap hari Hanna selalu bekerja dan bekerja, bahkan dia juga jarang berlibur di akhir pekan.Tapi kali ini, dia ingin memanfaatkan waktu luangnya untuk bersantai.Kali ini dia ingin sekali menghabiskan waktunya di sebuah taman di pusat kota. Dia ingin menyegarkan dirinya dengan melihat pemandangan yang asri.usia kehamilannya sekarang menginjak 3 bulan.Setelah memeriksakan diri secara rutin ke dokter kandungan, Hanna merasa tubuhnya sekarang lebih baik.Dia jarang mengalami mual dan muntah, dan selera makannya pun telah membaik."Taman ini memang sangat cantik," ujar Hanna sambil menghirup udara panjang.Dia berjalan menyusuri sekitar danau yang ada di taman itu."Pasti akan lebih menarik menikmati pemandangan di sini, sambil ditemani seorang pria yang tampan sepertiku," ujar Aiden yang muncul tiba-tiba."Ish, kamu seperti virus yang kehadirannya tidak diharapkan, tapi selalu ada dimana saja," ujar Hanna."Aku adalah virus yang akan menjangkiti hatimu dengan cinta, hehehe," kelakar
Aiden mengantarkan Hanna sampai ke depan pintu kamar apartemennya."Hanna, lalu apa jawabanmu atas pertanyaanku tadi? Maukah kamu berpacaran denganku?" tanya Aiden ingin memastikan hubungan mereka.Hanna pura-pura berpikir, tapi sebenarnya dia telah memiliki jawabannya.Setelah hening sejenak Hanna berkata, "Oke, aku setuju.""Benarkah? Yes!" saking senangnya Aiden tiba-tiba memeluk Hanna."Hei, kita baru mulai berpacaran, kamu sudah main peluk saja," protes Hanna sambil mendorong dada Aiden dengan tangannya."Hehe, maaf. Aku tidak menyadarinya," Aiden segera melepaskan pelukannya."Ishh," Hanna mendesis sambil memelototinya."Maukah kamu berkencan denganku malam ini?" tanya Aiden."Hmmm, oke," Hanna menganggukkan kepalanya setuju."Kita akan pergi kemana?" tanya Hanna."Kamu ingin aku yang mengatur rencana kencan kita, atau kamu ingin kamu yang mengatur rencananya? Jika aku yang mengaturnya, maka itu akan menjadi sebuah kejutan. Tapi, jika kamu ingin aku mengikuti sesuai keinginanmu,
Baik Hanna maupun Aiden telah mempersiapkan penampilan terbaiknya untuk kencan pertama mereka malam ini. Mereka bersemangat untuk kencan mereka yang pertama ini.Saat ini, waktu telah menunjukkan pukul 6 sore, sebentar lagi matahari akan terbenam. Sesuai janjinya, Aiden akan menjemput Hanna sebelum matahari terbenam.Aiden telah berdiri di depan pintu kamar apartemen Hanna. Dia kemudian menekan bel pintu kamar apartemen Hanna.Ding dongHanna melihat dari layar pengintai, "Itu Aiden, dia akhirnya datang," ucapnya senang.Hanna merasa sangat gugup. Sebelum keluar dia melihat kembali penampilannya di cermin. Dia memperhatikan satu persatu bagian dari wajah, rambut, hingga pakaiannya.Dia memperbaiki lipstiknya, kemudian merapikan rambut dan pakaiannya.Setelah beberapa saat, "Oke, sepertinya semuanya sudah cukup sempurna."CeklekPintu kamar Hanna terbuka, Aiden takjub melihat penampilan mereka yang serasi. Pakaian yang mereka gunakan berwarna serasi.Baik Hanna maupun Aiden terkejut, ka
Seperti biasa pagi ini Hanna bersiap dan pergi ke rumah sakit untuk bekerja.Sesampainya di ruang prakteknya, Hanna duduk kemudian membuka tempat penyimpanan foto pada teleponnya.Dia menatap sebuah foto pada layar teleponnya."Hanna, tidakkah kamu ingin mengabadikan kencan pertama kita hari ini? Ayo kita mengambil sebuah foto," ujar Aiden semalam ketika mereka sedang menikmati makan malamnya.Aiden mendekat kepada Hanna, "Ayo lihatlah ke kamera, 1, 2, ti...cup" Aiden mengecup pipi Hanna tiba-tiba.Tampak di dalam foto itu wajah Hanna yang tiba-tiba terkejut dan merona.Saat ini Hanna sedang tersenyum memandang foto di layar teleponnya."Ehem," terdengar suara Mia tiba-tiba.Hanna cepat menutup layar teleponnya dan terlihat sedikit salah tingkah."Selamat pagi Mia," ujar Hanna."Haruskah aku membalas ucapan selamat pagi darimu lagi? Sejak masuk ke ruangan ini aku telah mengucapkan 'selamat pagi' sebanyak tiga kali tapi kamu mengabaikan ku dan terlihat asik menatap teleponmu sambil ters