"Lepaskan aku! Seseorang tolong!"Di dalam sebuah ruang bawah tanah di sebuah rumah mewah terdengar suara teriakan seorang pria. Kedua tangan dan kakinya dipasung di tempat tidur.CkiittTerdengar suara pintu yang sedikit tua berderit ketika dibuka oleh seseorang dari luar sana."Ckckck.. Jake, berhentilah berteriak seperti banci!""Brian, cepat lepaskan aku! Kamu berengsek!""Wah, seseorang yang lebih berengsek meneriaki orang lain 'berengsek'. Lucu sekali kamu Jake.""Sudah kukatakan kepadamu, aku dulu tidak pernah bermaksud menyeret kamu ke dalam masalahku dan Aiden. Kamu yang sok menjadi pahlawan kesiangan. Jika saja kamu tidak muncul untuk berusaha menyelamatkan Rose, mungkin kamu tidak akan terlibat dalam masalah," ujar Jake membela diri.Brian menjadi sangat emosi dan menarik kerah baju Jake, "Kamu memperkosa dan membunuh Rose, membuat aku menjadi tersangka pembunuhnya, kamu juga mencoba membunuhku. Karena kamu juga adikku harus menderita, dan kamu juga membunuh keponakanku!"
Setelah seharian cukup sibuk, tiba saatnya Hanna beserta tim penelitiannya untuk beristirahat."Hanna, aku tidak menyangka perkembangan penelitian kita telah sampai sejauh ini. Kemajuan yang kita lakukan cukup meningkat signifikan," ujar Shella senang."Ya, aku pun tidak menyangka akan secepat ini. Semua berkat kerjasama tim kita yang cukup solid," Hanna juga merasa sangat bangga dengan kerja timnya."Jika aku mampu menyelesaikannya dalam 2 atau 3 bulan lagi, aku dapat bersantai sedikit ketika nanti kehamilanku memasuki trisemester ketiga," pikir Hanna."Terimakasih semuanya, kerja keras kita sebentar lagi akan mendapatkan hasil. Sampai jumpa besok," ujar Hanna sambil merapikan seluruh perlengkapan miliknya untuk bersiap pulang.Anehnya ketika semua telah bersiap untuk pulang, Mia yang biasanya bersemangat untuk pulang lebih dulu justru kali ini tampak masih duduk dan mengamati catatan penelitian miliknya."Mia, semua orang telah bersiap untuk pulang. Kenapa kamu malah masih sibuk mem
"Apa yang dilakukan Ethan di Institut Penelitian AS? Aku mengira dia ingin menemui kamu. Siapa yang dia tunggu?" tanya Aiden kepada Hanna.Aiden semula mengira Brian ingin mencari masalah dengannya. Ternyata dia datang dan hanya mengabaikannya tadi. Padahal mereka memarkirkan mobil berdekatan. Tapi baru kali ini Brian memperlakukan Aiden seperti makhluk tak kasat mata."Oh, dia sedang menunggu Mia. Aku mendengar mereka ketika saling bertelepon tadi pagi, mereka janjian untuk makan malam bersama," Hanna menjelaskan."Ethan dan Mia? Apakah mereka berpacaran?" tanya Aiden penasaran."Ish, kenapa kamu sepertinya sangat penasaran tentang Ethan dan Mia?" tanya Hanna dengan curiga."Hmmm, tidak. Aku hanya mengagumi sosok Ethan sejak lama. Dia pria yang di sebut misterius di kalangan pebisnis di dunia," ujar Aiden.Hanna sebenarnya tahu, bahwa Ethan adalah Brian Hart dan tentu saja dia sedikit tahu bahwa di antara Brian dan Aiden mempunyai permusuhan sejak lama. Tapi memori ingatan Hanna seba
Ketika sedang makan, telepon Mia berbunyi dan nama pemanggil yang terlihat adalah 'Justin Lake'.Berkali-kali Mia menolak panggilan teleponnya. Ingin rasanya dia mematikan teleponnya, namun profesinya sebagai seorang dokter tidak berani dia abaikan.Terkadang dia tidak dapat menghindari panggilan telepon darurat dari rumah sakit, itulah sebabnya telepon miliknya selalu siaga dalam 24 jam.Ketika kemudian teleponnya berbunyi lagi, dia tidak dapat mengabaikannya. Mia berdiri dari meja makan dan melangkah menjauh ke sebuah sofa santai di dalam ruangan VVIP restoran itu.Brian hanya menatapnya dalam diam, dia sudah menyelidiki tentang pria bernama 'Justin Lake' itu. Karena dia lah yang telah memberikan obat perangsang kepada Mia dan membawanya ke hotel malam itu. "Ada apa kamu meneleponku? Sudah kukatakan, aku tidak ingin lagi memiliki hubungan apa pun denganmu," tegas Mia."Kemana kamu pergi hari itu?" tanya pria di balik telepon."Hari itu? Hari ketika kamu memasukkan sesuatu ke dalam
Sesampainya di rumah, Mia bergegas mencari ibunya. Mia mengetuk kamar ibunya yang terkunci dari dalam."Bu, apa Ibu ada di dalam? Bolehkah aku masuk ke dalam kamarmu Bu?" CeklekPintu kamar itu kemudian terbuka, dan menguar aroma minuman alkohol dari dalam. Wanita paruh baya yang wajahnya mirip seperti Mia itu berjalan dengan sempoyongan."Ada apa kamu mencari ibu?""Bu, apa benar Ibu menjual aku kepada Justin Lake?""Bukankah kamu sudah tidur dengannya hari itu? Kamu beruntung, dia mau membeli keperawanan mu seharga 3 milyar. Hahaha," wanita itu tertawa tanpa merasa bersalah sedikit pun."Aku tidak tidur dengannya, tolong Ibu kembalikan uang 3 milyar itu!""Hei, apa salahnya kamu membantu ibumu ini? Itu adalah tanda baktimu sebagai seorang anak," ujar Gina kepada putrinya itu."Bu, kumohon. Jika kita tidak mengembalikannya, Justin mungkin akan menuntut kita," ujar Mia dengan nada memohon."Uang itu sudah habis. Kamu lebih baik pergi menemui Justin dan tidur dengannya sekarang!" peri
Ketika Hanna telah bersiap untuk pergi ke rumah sakit, Aiden meneleponnya."Hanna, kamu berangkat bekerja? Apa boleh aku yang mengantarkan kamu?" tanya Aiden."Tapi jadwalku hari ini cukup padat Aiden, dan kamu juga pasti sibuk. Aku tidak ingin merepotkan kamu.""Tidak apa, aku senang kamu merepotkan aku," ujar Aiden berusaha meyakinkan Hanna.Hari ini adalah jadwal temu janji Hanna dengan Betsy, dia sungkan jika nanti tidak sengaja bertemu di rumah sakit dan mereka melihat Aiden mengantarkan dia ke rumah sakit."Ayolah, aku ingin mengantar kamu. Lagipula hari ini bukankah Mia cuti sakit, kamu pasti akan kerepotan sendirian.""Alasan macam apa itu, bahkan kamu tidak mungkin bisa menggantikan pekerjaan Mia," Hanna merasa lucu dengan tingkah Aiden."Ya, pokoknya aku yang akan mengantarmu ke sana. Aku sekarang menunggu di depan pintu kamar apartemen mu. Ayo cepat, nanti kamu bisa terlambat," bujuk Aiden.Hanna membuka pintu kamarnya, dan benar saja pria itu telah menunggu di depan pintu k
Hanna diantar dan ditemani oleh Aiden seharian ini."Aiden, aku ini sehat dan kuat. Tidak perlu kamu menemaniku terus," mereka mengobrol sambil bergandengan tangan di lorong lantai apartemen mereka tinggal."Sesekali saja, tidak jadi masalah. Perusahaan masih bisa berjalan walau tanpa kehadiranku.""Dan..bolehkah aku menemui ayah dan ibumu besok?" tanya Aiden."Besok? Kenapa terburu-buru sekali? tanya Hanna."Aku memang sedang terburu-buru ingin menikah denganmu, Hanna," ujar Aiden sambil memegang hidung Hanna."Baiklah, aku akan menyampaikan kepada ayah dan ibuku terlebih dulu. Nanti aku kabari kamu, oke?""Oke," ujar Aiden senang."Yasudah, kamu pergi ke kamarmu sana! Sampai jumpa besok," Hanna ingin menekan password pintu kamar apartemen nya. Tapi, dia tidak ingin Aiden mengetahui password kamarnya lagi."Iya, sampai jumpa besok sayang. Cup!" Aiden mengecup dengan cepat pipi Hanna, lalu segera masuk ke kamar apartemen miliknya.Hanna sempat terkejut, namun setelah sadar dia tersenyu
"Hanna, apa kamu sudah selesai bekerja?" tanya Aiden."Iya, sebentar lagi aku akan pulang," Hanna masih merasa terganggu dengan mimpinya semalam, sehingga dia sedikit kesulitan berbicara seperti biasanya kepada Aiden."Aku akan menjemputmu, kemudian kita akan mencari hadiah kecil untuk ayah dan ibumu," ujar Aiden."Hmmm, oke." Setelah beberapa saat Aiden telah sampai di rumah sakit dan menjemput Hanna, mereka menuju ke pusat perbelanjaan.Ketika sedang berjalan menyusuri pusat perbelanjaan itu, Aiden memegang tangan Hanna beberapa kali namun dia selalu berpura-pura menyibukkan diri dan melepaskan tangan Aiden.Aiden memilih hadiah untuk Dante dan Clara untuk menunjukkan sedikit perhatian dan kesopanan sebagai calon menantu.Dia merasa tidak enak datang dengan tangan kosong."Bagaimana menurutmu lukisan ini, Hanna? Apakah Dante akan menyukainya?" "Lebih baik kamu memberinya sebuah buku, Ayah sangat suka membaca tentang buku-buku psikologi," ujar Hanna."Oke.""Lalu, apa yang disukai
"Siapkan ruang operasi!" Ujar Alena memerintahkan perawat yang bertugas. Kemudian Alena mengeluarkan jarum perak dari dalam tasnya. Dia menusukkan jarum-jarum itu di beberapa titik di tubuh Aiden. Alena berbisik ke telinga Aiden, "Bertahanlah, Aiden. Kumohon." Tit tit tit tit Pada layar monitor alat pengukur detak jantung, terlihat jantung Aiden kembali bereaksi. "Persiapkan pasien, aku akan mensterilkan diri." Alena bergegas membersihkan dirinya di ruang steril. Sekitar setengah jam kemudian Alena masuk kembali ke ruang operasi. Aiden telah dipersiapkan dan juga telah diberi anestesi. Alena membelah bagian dada Aiden dan membuka tulang bagian dadanya. "Benar dugaanku, tulang rusuknya patah dan mengenai paru-paru dan jantungnya." Gumamnya. Alena menusukkan lagi beberapa jarum akupuntur di beberapa titik yang mengalami pendarahan. Tangannya dengan terampil dan dia segera menemukan bagian-bagian vital Aiden yang terluka. Tiiiiiiittttt "Dokter, pasien kritis." Dokte
"Hari ini, Elsa Burch putri dari Tony Burch, pesaing ketat Eddy Caleman dalam pemilihan calon perdana menteri ditangkap atas dugaan percobaan pembunuhan terhadap dokter Bianca Hart dan putranya. Selain itu juga diadakan penyelidikan atas tuntutan 'penyalahgunaan kekuasaan' yang dilayangkan Bianca Hart terhadap Tony Burch. Jika Tony Burch terbukti bersalah, kemungkinan besar dia akan ditangkap dan masuk ke dalam tahanan menyusul putrinya. Dengan demikian, Eddy Caleman akan melenggang dengan pasti memjadi calon terpilih perdana menteri berikutnya." Berita ini ditayangkan di layar gedung tertinggi di pusat kota. Hampir setiap pejalan kaki yang lewat melihat dan mendengar pemberitaan itu. "Cih, dia layak mendapatkannya. Dia dan putrinya adalah orang yang sangat sombong. Mentang-mentang anggota parlemen, lalu seenaknya saja memaki dan menghina orang lain." "Benar, dia selalu berlagak setiap kali berbelanja di tokoku. Elsa selalu merasa seolah dia adalah orang paling hebat dari orang
Bianca pagi ini tiba di depan kliniknya untuk bekerja seperti biasa, namun sayang sekali pintu kliniknya disegel. "Dokter, Anda akhirnya tiba?" Dona terlihat agak panik."Ada apa ini Dona?" Bianca sedikit bingung melihat kliniknya yang diberi garis polisi."Tony Burch melaporkan kita ke polisi, katanya Anda melakukan malapraktik sehingga Elsa Burch cacat. Anda diduga melakukan metode kecantikan yang tidak seharusnya."Bianca tersenyum sinis di wajahnya, "Benarkah?""Bagaimana ini Dokter?" tanya Dona."Aku akan mengatasinya, kalian bersantailah hari ini. Anggap ini sebagai hari libur. Oke?" Bianca tidak ingin Dona dan stafnya yang lain berdiri dengan sia-sia disini."Baiklah, Dokter."Kemudian para stafnya memilih pergi dan membubarkan diri di sana.Bianca mengambil ponselnya menekan tuts di layarnya.Tidak lama terdengar suara tawa dari seberang telepon, "Hahaha, Ayahku benar. Dia berkata kamu akan segera menghubungi dan memohon. Kenapa? Kamu takut dipenjara dan klinik kecantikan mil
"Dimana Bianca?!" Tony masuk ke dalam klinik kecantikan milik Bianca dengan wajah yang terangkat tinggi, seolah setiap orang harus tunduk dan hormat padanya. "Tuan, Anda tidak boleh masuk ke ruang praktek dokter begitu saja. Dokter Bianca sedang ada pasien!" Dona mencoba menghalangi Tony Burch yang memaksa masuk ke ruang praktek Bianca. Tony Burch merasa kesal karena wanita yang sepertinya adalah asisten pribadi Bianca, terus berusaha menghalanginya. "Minggir kamu!" Dia sudah tidak sabar dan mendorong tubuh Dona hingga terhuyung. Ceklek Sosok Tony Burch yang angkuh terlihat di pintu ruang praktek yang terbuka. Dan dia masuk begitu saja ke dalam ruang praktek Bianca. Bianca saat ini sedang melakukan metode perawatan laser pada pasiennya. Dan dia tidak dapat meninggalkan pekerjaannya hanya untuk menemui Tony Burch yang lancang. "Maafkan aku Dokter, Tuan ini memaksa masuk." Dona merasa tidak enak karena Bianca mengalami gangguan saat bekerja. "Tidak mengapa Dona, tolong arahka
Aiden segera menuju ke titik lokasi tanda SOS yang dikirim oleh Vince melalui jam tangannya. Dia sampai pada sebuah gudang barang yang tidak dipergunakan lagi. Beberapa pria lari terbirit-birit dari dalam gudang, seperti sangat takut akan sesuatu. Aiden menghalangi salah satu dari pria itu. "Mengapa kalian begitu terburu-buru? Ada apa?" "Minggir, jangan halangi jalanku!" pria itu melotot kepada Aiden. "Apa kamu melihat anak ini?" Aiden menunjukkan sebuah foto di layar ponselnya. "Apa kamu tidak mengerti? MINGGIR!" pria itu berteriak kepada Aiden yang bersikeras menghalangi jalannya. "Baiklah, jika kamu tidak ingin dengan cara yang baik-baik!" Aiden mengekang tangan pria itu dibelakang punggungnya dan mendorong wajahnya ke tembok dalam sekejap. "Aku akan menelepon polisi, dan pasti kamu lah orang yang akan dicurigai pertama kali!" Aiden mengancam. Tentu saja pria itu takut dan gemetar. Jika dilaporkan ke polisi, dia pasti akan ditangkap atas percobaan penculikan seorang
"Halo, putraku yang tampan. Mengapa wajahmu cemberut?" Bianca menjemput putranya di taman kanak-kanak. "Mama, mulai besok aku tidak mau masuk ke sekolah. Kecuali Mama memindahkan aku ke sekolah dasar." "Apa kamu yakin mau lompat kelas Vince?" "Iya Ma. Pleaseeeee!" Bianca membukakan pintu mobil untuk Vince, agar dia masuk ke dalam mobil. "Baiklah, nanti mama urus ya Vince. Sudah, jangan cemberut lagi Sayang. Sekarang kita mau kema_ hmmmfff!" Mulut Bianca tiba-tiba dibekap, sama halnya dengan Vince. Mereka dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil Van oleh tiga orang pria asing. Bianca bersikeras memberontak, namun tangannya dipegang dengan kuat oleh dua orang pria tersebut, dan seorang lagi terlihat memegang Vince. "Siapa yang menyuruh kalian menculik kami?" tanya Bianca. "Nanti kamu akan bertemu dengan Bos kami ketika ajalmu akan menjemput. Tenang saja, kami tidak akan membuat kalian berdua mati penasaran." "Benarkah?" Bak Buk Bak Buk "Hei, ada apa dengan kalian? Men
"Alena, kamu sudah sadar?" Bianca terlihat membuka matanya perlahan sambil menyesuaikan cahaya di dalam ruangan yang semua dekorasinya serba berwarna putih. "Dimana ini?" tanyanya bingung. "Ini di rumah sakit. Kamu tadi jatuh pingsan. Kamu sepertinya terkena flu dan demam tinggi. Sekarang demammu sudah menurun." "Sekarang sudah pukul berapa?" Bianca teringat Vince di rumah. "Sekarang sudah lewat tengah malam." "Apa? Aku harus pulang." Bianca bangun dari ranjang perawatan dan akan menarik jarum infus yang menempel di tangannya. Aiden cukup gesit, dia tepat waktu mencegah tangan Bianca sehingga dia gagal menarik jarum infus itu keluar. "Aiden, aku harus cepat pulang. Kasian Vince sendirian dirumah. Dia pasti khawatir karena aku belum pulang sampai sekarang." "Vince anak yang cerdas. Dia pasti memahami kondisimu. Aku sudah menelepon dan memberitahunya tadi." "Tapi_" "Tenang saja, besok pagi kalau kondisimu sudah membaik sepenuhnya, kamu sudah boleh pulang dan beristirahat di
"Dona, apa masih ada pasien lagi?" tanya Bianca yang saat ini sedang mencuci tangannya setelah melakukan prosedur tarik benang di wajah pasien. "Ada satu pasien lagi, Dok." Jawab asisten Bianca. "Syukurlah, aku mau cepat pulang hari ini." Bianca hari ini sedang merasa tidak enak badan, dia ingin segera pulang. Lagipula, Vince hanya bersama pengasuh di rumah. Dante dan Clara telah kembali ke Amerika. Sedangkan Brian dan Mia masih sibuk berbulan madu. "Apa pasiennya dipersilahkan masuk kemari sekarang, Dok?" tanya Dona. "Ya, persilahkan saja." Bianca tengah mencatat riwayat pemeriksaan pasiennya, dia masih sibuk menunduk ketika pasien sudah duduk di hadapannya. "Halo, ada yang bisa saya_ hmmhh, Aiden." Bianca mengangkat wajahnya untuk melihat pasiennya dan kalimatnya berubah seketika. "Kenapa kamu tidak ramah terhadap pasienmu?" protes Aiden. "Emm, yah. Kamu mau perawatan?" tanya Bianca. Dia mengubah nadanya lebih ramah. "Tidak, aku hanya ingin melihatmu." "Kalau begitu lebih
"Bian, ada apa? Kamu mengenalnya?" bisik Daniel kepada Bianca yang memberikan tatapan kesal kepada pria di sebelahnya."Tidak, aku tidak mengenalnya!" jawab Bianca dengan nada dingin."Bagaimana mungkin seorang istri tidak mengenali suaminya?" jawab Aiden dengan nada sedikit nyaring, membuat semua mata yang mendengar menatap ke arah Bianca dengan tatapan aneh."Suami? Jika kamu pernah melihatnya di televisi bertunangan dengan seseorang baru-baru ini, mungkinkah dia mengakui istrinya?"Ya, orang-orang kemudian menatap ke arah Aiden. Beberapa orang langsung mengenalinya dan berbisik, "Iya benar, dia bertunangan dengan Elsa Burch beberapa bulan yang lalu, dan baru-baru ini membatalkan pertunangan.""Benar, aku melihat dia di televisi bersama Elsa Burch," terdengar suara bisikkan orang di sekitar mereka."Aku tidak akan melakukannya, jika istriku tidak berpura-pura mati dan mengoperasi wajahnya." Aiden berkata sambil menatap sinis ke arah Bianca.Daniel memegang tangan Bianca, dan berkata