Setelah sekitar 7 jam, Betsy telah sadar. Hanna bergegas memeriksa kondisinya.
"Sepertinya kondisi Nenek sudah cukup stabil, tapi untuk berjaga-jaga sebaiknya Nenek masih tinggal di ruang observasi dulu ya selama 17 jam kedepan. Setelahnya Nenek bisa masuk ruang perawatan dan bertemu dengan anggota keluarga Nenek," ucap Hanna sambil tersenyum.Betsy yang masih lemah hanya bisa mengangguk dan tersenyum kepada Hanna.Sesampai Hanna di ruang prakteknya, Mia melapor kepada Hanna."Ada seorang pria diluar bernama James, katanya dia putera dari Nyonya Betsy.""Suruh dia masuk."Kemudian seorang pria tampan berusia 30an masuk keruangan, dia memiliki tinggi 185cm, dengan kulit kuning kecoklatan. Dia menggunakan pakaian kasual edisi terbatas, jika diliat sekilas bahkan dia terlihat seperti masih berada di umur 25 tahunan."Halo dokter, saya James, putera Betsy. Bagaimana kondisinya sekarang?""Wow, dia sangat tampan," pikir Hanna dalam hati.Untuk sesaat Hanna hilang fokus kemudian berkata, "Beliau baik-baik saja, setelah observasi selama 24 jam dia akan dipindahkan ke ruang perawatan. Tidak lama lagi anda dan keluarga dapat melihat beliau.""Begitukah? Kalau begitu saya tidak perlu khawatir lagi." James tersenyum penuh syukur di wajahnya."Dia akan dirawat selama 1 minggu sebelum diperbolehkan pulang. Selama pemulihan, jangan membiarkannya terlalu lelah, dan makanannya harus sehat.""Terima kasih dokter. Hmmm..apakah dokter ada waktu untuk keluar makan siang besok? saya hanya ingin menunjukkan rasa terima kasih saya." ujar James.Mia dengan segera menyambar, "Sayangnya besok siang dokter Hanna ada kegiatan di institut penelitian.""Institut penelitian? Apakah anda juga bekerja disana dokter?""Hmmm, ya dokter Hanna bekerja sebagai ketua tim penelitian teknologi bedah jantung di institut itu." ucap Mia lagi.Hanna hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum karena Mia dengan aktif segera menjawab untuknya."Jika begitu, apa boleh buat. Jika ada waktu suatu saat nanti, saya berharap bisa makan bersama dengan dokter Hanna.""Kalau begitu saya permisi dulu dokter.""Hanna.. anda boleh panggil saya dengan nama Hanna saja.""Oh..oke..Hanna. Sampai jumpa," angguk James dengan senang.Setelah James pergi, Mia menepuk pundak Hanna cukup keras."Hei sadarlah, liurmu hampir menetes Hanna.""Hahahaa..tapi dia sangat tampan. Aku tidak mengira dia adalah putera dari Nyonya Betsy. Dia tampak seperti cucunya.""Oh aku pikir Aiden Bradley masih lebih tampan darinya.""Hei, jangan sebut nama pria berengsek itu di hadapanku," kesal Hanna."Tapi pria berengsek itu sangat tergila-gila padamu Hanna.""Dia sakit jiwa, bukan tergila-gila. Entah darimana datang pemikiran seperti itu, dia bersikeras bahwa aku adalah Alena Hart.""Hmmm yah itu memang agak aneh dan terutama hasil tes DNA itu, apakah itu hanya kesalahan saja atau hasil tes itu palsu?" ucap Mia sambil berpikir."Ya, apakah kau tahu? Karena penasaran aku sampai diam-diam mengambil rambut dan sikat gigi ayah dan ibu hanya untuk tes kecocokan DNA milik kami juga. Aku lega karena hasilnya adalah kami memang keluarga. Jika tidak, mungkin aku akan terpengaruh kegilaan Aiden dengan berpikir diriku adalah Alena Hart.""Hmmm.. tapi Hanna, apakah kau tidak penasaran tentang Alena Hart? Apakah mungkin dia sebenarnya ada sangkut pautnya dengan dirimu? adikmu misalnya?""Heiii, aku anak ayah ibuku satu-satunya, jangan berpikir terlalu jauh," potong Hanna."Ya yaa, baiklah. Mungkin itu hanya bagian dari kegilaan Aiden Bradley saja.""Ya, dia itu sakit jiwa!"Hanna merasa sangat kesal teringat kejadian berbulan-bulan yang lalu. Jika dulu dia tidak bisa melarikan diri sewaktu di Valleta, entah bagaimana nasibnya. Mungkin dia akan berakhir sebagai budak seks dari pria itu selamanya."Hanna, tapi kau akan terus bertemu dengannya selama bekerja di institut penelitian."Mia merasa khawatir."Ya itu memang mengesalkan,tapi ini adalah tempat tinggalku setidaknya aku lebih aman disini. Dia tidak akan berani menggangguku disini seperti ketika di Valleta." Hanna berkata sambil meyakinkan dirinya sendiri."Tapi jika...." Wajah Mia khawatir."Tidak akan! Kamu tenang saja, kali ini aku tidak akan lengah. Jika dia macam-macam padaku, akan aku buat 'juniornya' tidak dapat dia gunakan lagi."Hanna berbicara sambil memegang dan melihat jarum peraknya."Hahaha..oke..oke..aku hampir lupa kalau kamu jago dengan jarum perak itu," kelakar Mia."Hoahaaamm..aku lelah Mia, operasi Nyonya Betsy hari ini benar-benar menguras tenagaku..Mari kita pulang!"Hanna kemudian membereskan perlengkapannya dan memasukkannya kedalam tas."Oke bos, mari kita pulang!"Meskipun Mia adalah asisten pribadi Hanna, tapi mereka lebih seperti dua orang sahabat.Hanna tidak pernah memperlakukan Mia selayaknya perlakuan bos kepada asistennya.Sebelum pulang Hanna menyempatkan diri untuk memeriksa kondisi Betsy."Syukurlah dia baik-baik saja, besok pagi tolong urus kepindahannya keruang perawatan VIP seperti permintaan keluarganya." Hanna mengarahkan perawat di ruang observasi itu."Baik dokter.""Oh iya, jangan lupa untuk mengabari keluarganya. Mereka boleh menjenguknya ketika dia sudah dirawat di ruang perawatan VIP.""Oke dokter.""Aku pulang dulu, jangan lupa kabari aku jika tiba-tiba ada hal yang mendesak."Pesan Hanna lagi kepada perawat itu."Siap dokter."Perawat muda itu meyakinkqn Hanna.Hanna mengemudikan mobil Cadillac berwarna merah miliknya menuju ke sebuah apartemen yang terletak tidak jauh dari rumah sakit tempatnya bekerja.Hanna memiliki apartemen yang sederhana, tidak begitu besar dan juga tidak kecil.Menurutnya apartemen berukuran sedang cukup untuk dirinya sendiri tinggal, karena dia lebih suka mengurus semuanya sendiri.Apartemen tersebut baru ditinggali Hanna sejak 2 tahun terakhir setelah dia pulih dari komanya.Dia bukan tidak ingin tinggal bersama dengan kedua orang tuanya, tetapi setelah bangun dari koma semua hal terasa asing baginya.Ya terasa asing, karena dia tidak mengingat apapun dan siapapun.Bahkan ketika dia ditunjukkan foto-foto dari masa kecil hingga dia dewasa pun, tetap saja ingatan bawah sadarnya merasa asing.Terlebih tentang kedua orang tuanya, dia merasa bersalah karena seringkali tanpa sadar memperlakukan mereka seperti orang yang baru dikenalnya.Kadang-kadang dia akan bermimpi tentang dirinya yang ketakutan saat mobil yang dikendarainya berguling masuk ke jurang.Ayahnya Dante Miller yang adalah seorang psikiater berkata bahwa kemungkinan mimpinya itu merupakan potongan ingatan akibat trauma kecelakaan yang dialaminya.Kadang-kadang dia akan terpaksa meminum pil penenang agar bisa tertidur di malam hari.Hanya potongan kejadian sewaktu kecelakaan itu yang dapat diingatnya.Selama 2 tahun terakhir, tidak ada satupun hal yang dapat diingatnya. Satu-satunya yang tidak hilang adalah keterampilan medisnya.Dia dapat dengan mudah mengendalikan pisau bedah dan peralatan medis lainnya dan dia merasa itu adalah bagian dirinya.Hanya ketrampilan medisnya yang tidak terasa asing baginya.Dan anehnya ketika dia melihat seorang praktisi pengobatan kuno menggunakan teknik akupuntur, dia mencobanya dan malah lebih mahir menusukkannya di titik-titik yang penting.Ya, dia benar-benar memahami tentang akupuntur meskipun kehilangan ingatan.Itulah sebabnya Hanna gigih dan tekun di dunia medis, karena hanya hal itu satu-satunya yang terasa tidak asing baginya.Mentari bersinar lagi, pagi hari datang kembali, menandakan hari yang baru telah datang lagi.Seperti biasanya Hanna akan memulai aktivitasnya di pagi hari dengan berolahraga.Dia akan berlari mengelilingi lingkungan disekitar gedung apartemen. Hanna berlari setidaknya 30 menit setiap hari.Dia sangat menyukai pagi hari di musim semi.Ketika matahari baru saja terbit, dia sungguh bersemangat untuk berlari.Di lingkungan apartemen Hanna ada sebuah taman yang ditumbuhi bunga-bunga lily putih.Dia sangat menyukai bunga lily putih. Setelah selesai berlari, dia akan duduk sejenak melepas lelah di taman itu sambil memandangi bunga-bunga yang ada disana."Wah, ternyata disini ada juga taman yang ditumbuhi bunga lily putih. Staminamu pada saat berlari boleh juga, aku hampir tidak mampu mengejar kecepatanmu.""Uhukk..uhuk..uhuuukk.." Hanna yang sedang meneguk air mineral yang dibawanya, seketika tersedak karena kaget.Setelah mengatur napasnya sejenak Hanna memandang dengan kesal ke arah pria
"Sedang apa kamu disini Aiden?" Hanna bertanya.Aiden mengangkat bahunya,"Tidak ada yang salah jika aku disini. Aku menjenguk nenekku."James melihat Hanna dan Aiden bergantian, "Kalian saling mengenal?"Sebelum Aiden sempat menjawab, Hanna menjawab dengan cepat, "Tentu saja, karena Tuan Aiden sekarang adalah pemilik institut penelitian tempat aku bekerja."James teringat sesuatu, "Oh, aku ingat sekarang. Kamu berkata bahwa kamu ketua tim institut penelitian. Aiden memang beberapa hari yang lalu melakukan pengambil alihan institut penelitian.""Kami bertemu sebelum itu, Paman." Ketika Aiden menjawab seperti itu,Hanna memelototi Aiden."Dia pernah diundang sebagai pembicara di rumah sakit keluarga Bradley," sambung Aiden lagi sambil menatap Hanna dengan senyuman usil."Ayolah, Hanna. Sabar..sabar.." dia berbicara menyemangati dirinya dalam hati."Ya..kira-kira seperti itu perkenalan kami," sahut Hanna."Aku..aku permisi," ujar Hanna sambil berlalu pergi dari sana."Aiden, mengapa gadis
Siang hari, ketika Hanna selesai membersihkan diri setelah melakukan prosedur operasi, dia mendengar teleponnya berdering."Hanna, anakku sayang. Bagaimana kabarmu nak?" terdengar suara seorang wanita paruh baya di ujung telepon."Ibu.. aku merindukanmu. Aku baik Bu. Bagaimana dengan ayah dan ibu? Sudah sebulan ayah dan ibu di Himalaya. Kapan kalian akan kembali?""Aku dan ayahmu sudah kembali. Apakah kamu sudah makan siang? Ayo, kita makan bersama dirumah. Ibu akan masak makanan kesukaanmu. Bagaimana?" ujar Clara lagi."Tentu, tentu aku bisa Bu. Sampai bertemu dirumah," sahut Hanna dengan senang."Oke, ibu dan ayah menantikan kedatanganmu." Setelah itu Clara menutup teleponnya.Hanna merasa senang setelah menerima panggilan telepon dari ibunya.Mia yang melihat Hanna terlihat begitu senang pun bertanya, "Ada apa, kamu sepertinya sedang sangat gembira?""Mia, ayah dan ibuku sudah kembali ke negara ini. Aku ingin bertemu dengan mereka. Apakah ada agenda lagi setelah ini? Ibuku memanggi
Selesai makan siang, Dante dan Ethan berbicara sebentar diruang tamu. Sementara Hanna membantu ibunya merapikan meja makan dan mencuci piring.Setelah Hanna selesai membantu ibunya dia terpaksa meminta izin pergi lebih cepat."Maaf Bu, aku masih ingin berlama-lama disini, tapi sore ini aku harus melakukan operasi." Hanna berpamitan kepada ibunya."Begitulah kehidupan seorang dokter, Hanna. Kamu harus mengutamakan pasienmu terlebih dulu," ujar Clara sambil mengelus kepala Hanna.Pada saat yang sama Dante dan Ethan juga sedang berdiri di depan pintu, "Apakah kamu juga akan pergi?" tanya Dante pada Hanna."Iya, aku harus segera kembali ke rumah sakit, Ayah," jawab Hanna."Baiklah, mengemudilah dengan hati-hati," ujar Dante sambil memegang kepala Hanna."Iya, Ayah," jawab Hanna."Hmmm, Hanna.. ," tiba-tiba Ethan berbicara padanya."Ya, ada apa Tuan?" tanya Hanna."Apakah kamu pernah mendengar tentang Institut Penelitian Helms?" tanya Ethan.Mata Hanna berbinar ketika mendengar nama instit
Ethan saat ini telah sampai di perusahaannya. Dia memiliki tempat parkir mobil khusus. Dari tempat parkiran itu ada sebuah lift khusus menuju ruang kerjanya, yang hanya bisa digunakan olehnya saja.Hampir seluruh perusahaan yang dimilikinya dibuat seperti itu. Dia ingin menjaga privasi dan identitasnya dari semua orang.Sampai saat ini, tidak ada seorangpun yang tahu seperti apa wajah Ethan Hawk. Terkecuali asisten kepercayaannya, Carl.Pernah ada seorang wartawan yang berhasil mendapatkan informasi tentang dirinya dan foto-fotonya.Kemudian wartawan itu membuat pemberitaan tentang identitas Ethan Hawk dan mempublikasikan foto-fotonya di media secara online. Namun, hanya dalam beberapa detik, berita dan foto-foto Ethan Hawk menghilang begitu saja.Keesokkan harinya reporter itu juga menghilang tanpa jejak begitu saja. Itulah sebabnya tidak ada lagi wartawan atau pemberitaan yang berusaha mati-matian untuk membongkar identitas Ethan Hawk, apalagi diam-diam mengambil fotonya. Mereka tak
Pagi-pagi sekali Hanna berlari seperti biasanya, dia mengitari lingkungan sekitar bangunan apartemennya.Ketika dia telah berlari setengah putaran terdengar suara seseorang disampingnya."Selamat pagi, Hanna. Meskipun sibuk, kamu termasuk orang yang konsisten berolahraga ya."Ketika Hanna menoleh pada sumber suara itu mendadak bulu kuduknya berdiri."Pria menyebalkan ini lagi, huh!" gumam Hanna yang hanya bisa didengarnya sendiri."Apakah kamu menerima semua bunga-bunga yang ku kirimkan padamu? Apakah kamu suka?" tanya Aiden pada Hanna."Sepertinya tempat sampah di ruangan ku menyukainya, sehingga bunga-bunga itu ditempatkan di sana," sahut Hanna ketus."Apakah kamu tidak menyukainya? Baiklah, lain kali akan aku pilihkan jenis bunga yang berbeda, kamu menyukai bunga apa selain lily putih?" ujar Aiden dengan wajah sok polos."Tidak perlu, jangan kirimkan bunga jenis apapun lagi padaku.""Apakah kamu menginginkan sesuatu? Perhiasan? Mobil? Tas?" tanya Aiden lagi."Kamu pikir aku wanita
Aiden menekan tuts pada telepon dan menelepon James, "Paman, bisakah kita bertemu? Ada hal penting yang ingin aku bicarakan."James dan Hanna saat ini baru sampai di restoran dan memesan makanan, "Apakah sangat mendesak?" tanya James."Ya, Paman. Aku ingin bertemu denganmu segera," ujar Aiden."Aku kebetulan sedang makan siang bersama Hanna di restoran Halmarywest. Apakah kamu mau bergabung bersama kami?" ujar James menawarkan."Baiklah, aku akan segera kesana," ujar Aiden lagi.Kemudian Aiden menutup panggilan di telepon dan mengemudikan mobilnya menuju restoran Halmarywest.Sesampainya di restoran tersebut, dia langsung menuju ke ruang privat yang disebutkan oleh James."Maaf Paman, harus mengganggu makan siang kalian," ujar Aiden ketika dia telah memasuki ruang makan."Tidak masalah. Aiden, mari bergabung dan makan siang bersama kami," ujar James."Kenapa sih pria ini selalu ada dimana-mana?" kesal Hanna dalam hati."Halo Hanna, tidak keberatan kan jika aku ikut bergabung dengan ka
Setelah berbicara banyak dengan James, Aiden justru baru menyadari beberapa hal.Alena sebelum kehilangan ingatan, dia sangat membenci Aiden. Banyak kekecewaan yang didapatkan oleh Alena.Aiden tidak siap jika harus kehilangan Alena lagi.Apakah dia justru seharusnya bersyukur Alena kehilangan ingatan? Dengan begitu dia bisa memulai semuanya dari awal untuk meluluhkan hati Alena sekarang.Memulai semuanya? bukankah dia memulai semuanya dengan menculik dan memperkosa Hanna?"Dasar bodoh kamu Aiden!" dia memarahi dirinya sendiri.Bahkan, ketika Alena sekarang hidup dengan identitas sebagai Hanna pun, Aiden mengawali hubungan mereka dengan melakukan sesuatu yang tidak pantas.Setiap kali bertemu, Hanna tampak ketakutan padanya. Dia bahkan selalu membuang bunga-bunga yang dikirim oleh Aiden."Apa yang telah kulakukan?" Aiden mengacak-acak rambutnya karena kesal."Aku tidak boleh terlalu agresif mulai sekarang, harus bersabar untuk mendapatkan hatinya lagi."Aiden berbicara kepada dirinya
"Siapkan ruang operasi!" Ujar Alena memerintahkan perawat yang bertugas. Kemudian Alena mengeluarkan jarum perak dari dalam tasnya. Dia menusukkan jarum-jarum itu di beberapa titik di tubuh Aiden. Alena berbisik ke telinga Aiden, "Bertahanlah, Aiden. Kumohon." Tit tit tit tit Pada layar monitor alat pengukur detak jantung, terlihat jantung Aiden kembali bereaksi. "Persiapkan pasien, aku akan mensterilkan diri." Alena bergegas membersihkan dirinya di ruang steril. Sekitar setengah jam kemudian Alena masuk kembali ke ruang operasi. Aiden telah dipersiapkan dan juga telah diberi anestesi. Alena membelah bagian dada Aiden dan membuka tulang bagian dadanya. "Benar dugaanku, tulang rusuknya patah dan mengenai paru-paru dan jantungnya." Gumamnya. Alena menusukkan lagi beberapa jarum akupuntur di beberapa titik yang mengalami pendarahan. Tangannya dengan terampil dan dia segera menemukan bagian-bagian vital Aiden yang terluka. Tiiiiiiittttt "Dokter, pasien kritis." Dokte
"Hari ini, Elsa Burch putri dari Tony Burch, pesaing ketat Eddy Caleman dalam pemilihan calon perdana menteri ditangkap atas dugaan percobaan pembunuhan terhadap dokter Bianca Hart dan putranya. Selain itu juga diadakan penyelidikan atas tuntutan 'penyalahgunaan kekuasaan' yang dilayangkan Bianca Hart terhadap Tony Burch. Jika Tony Burch terbukti bersalah, kemungkinan besar dia akan ditangkap dan masuk ke dalam tahanan menyusul putrinya. Dengan demikian, Eddy Caleman akan melenggang dengan pasti memjadi calon terpilih perdana menteri berikutnya." Berita ini ditayangkan di layar gedung tertinggi di pusat kota. Hampir setiap pejalan kaki yang lewat melihat dan mendengar pemberitaan itu. "Cih, dia layak mendapatkannya. Dia dan putrinya adalah orang yang sangat sombong. Mentang-mentang anggota parlemen, lalu seenaknya saja memaki dan menghina orang lain." "Benar, dia selalu berlagak setiap kali berbelanja di tokoku. Elsa selalu merasa seolah dia adalah orang paling hebat dari orang
Bianca pagi ini tiba di depan kliniknya untuk bekerja seperti biasa, namun sayang sekali pintu kliniknya disegel. "Dokter, Anda akhirnya tiba?" Dona terlihat agak panik."Ada apa ini Dona?" Bianca sedikit bingung melihat kliniknya yang diberi garis polisi."Tony Burch melaporkan kita ke polisi, katanya Anda melakukan malapraktik sehingga Elsa Burch cacat. Anda diduga melakukan metode kecantikan yang tidak seharusnya."Bianca tersenyum sinis di wajahnya, "Benarkah?""Bagaimana ini Dokter?" tanya Dona."Aku akan mengatasinya, kalian bersantailah hari ini. Anggap ini sebagai hari libur. Oke?" Bianca tidak ingin Dona dan stafnya yang lain berdiri dengan sia-sia disini."Baiklah, Dokter."Kemudian para stafnya memilih pergi dan membubarkan diri di sana.Bianca mengambil ponselnya menekan tuts di layarnya.Tidak lama terdengar suara tawa dari seberang telepon, "Hahaha, Ayahku benar. Dia berkata kamu akan segera menghubungi dan memohon. Kenapa? Kamu takut dipenjara dan klinik kecantikan mil
"Dimana Bianca?!" Tony masuk ke dalam klinik kecantikan milik Bianca dengan wajah yang terangkat tinggi, seolah setiap orang harus tunduk dan hormat padanya. "Tuan, Anda tidak boleh masuk ke ruang praktek dokter begitu saja. Dokter Bianca sedang ada pasien!" Dona mencoba menghalangi Tony Burch yang memaksa masuk ke ruang praktek Bianca. Tony Burch merasa kesal karena wanita yang sepertinya adalah asisten pribadi Bianca, terus berusaha menghalanginya. "Minggir kamu!" Dia sudah tidak sabar dan mendorong tubuh Dona hingga terhuyung. Ceklek Sosok Tony Burch yang angkuh terlihat di pintu ruang praktek yang terbuka. Dan dia masuk begitu saja ke dalam ruang praktek Bianca. Bianca saat ini sedang melakukan metode perawatan laser pada pasiennya. Dan dia tidak dapat meninggalkan pekerjaannya hanya untuk menemui Tony Burch yang lancang. "Maafkan aku Dokter, Tuan ini memaksa masuk." Dona merasa tidak enak karena Bianca mengalami gangguan saat bekerja. "Tidak mengapa Dona, tolong arahka
Aiden segera menuju ke titik lokasi tanda SOS yang dikirim oleh Vince melalui jam tangannya. Dia sampai pada sebuah gudang barang yang tidak dipergunakan lagi. Beberapa pria lari terbirit-birit dari dalam gudang, seperti sangat takut akan sesuatu. Aiden menghalangi salah satu dari pria itu. "Mengapa kalian begitu terburu-buru? Ada apa?" "Minggir, jangan halangi jalanku!" pria itu melotot kepada Aiden. "Apa kamu melihat anak ini?" Aiden menunjukkan sebuah foto di layar ponselnya. "Apa kamu tidak mengerti? MINGGIR!" pria itu berteriak kepada Aiden yang bersikeras menghalangi jalannya. "Baiklah, jika kamu tidak ingin dengan cara yang baik-baik!" Aiden mengekang tangan pria itu dibelakang punggungnya dan mendorong wajahnya ke tembok dalam sekejap. "Aku akan menelepon polisi, dan pasti kamu lah orang yang akan dicurigai pertama kali!" Aiden mengancam. Tentu saja pria itu takut dan gemetar. Jika dilaporkan ke polisi, dia pasti akan ditangkap atas percobaan penculikan seorang
"Halo, putraku yang tampan. Mengapa wajahmu cemberut?" Bianca menjemput putranya di taman kanak-kanak. "Mama, mulai besok aku tidak mau masuk ke sekolah. Kecuali Mama memindahkan aku ke sekolah dasar." "Apa kamu yakin mau lompat kelas Vince?" "Iya Ma. Pleaseeeee!" Bianca membukakan pintu mobil untuk Vince, agar dia masuk ke dalam mobil. "Baiklah, nanti mama urus ya Vince. Sudah, jangan cemberut lagi Sayang. Sekarang kita mau kema_ hmmmfff!" Mulut Bianca tiba-tiba dibekap, sama halnya dengan Vince. Mereka dipaksa masuk ke dalam sebuah mobil Van oleh tiga orang pria asing. Bianca bersikeras memberontak, namun tangannya dipegang dengan kuat oleh dua orang pria tersebut, dan seorang lagi terlihat memegang Vince. "Siapa yang menyuruh kalian menculik kami?" tanya Bianca. "Nanti kamu akan bertemu dengan Bos kami ketika ajalmu akan menjemput. Tenang saja, kami tidak akan membuat kalian berdua mati penasaran." "Benarkah?" Bak Buk Bak Buk "Hei, ada apa dengan kalian? Men
"Alena, kamu sudah sadar?" Bianca terlihat membuka matanya perlahan sambil menyesuaikan cahaya di dalam ruangan yang semua dekorasinya serba berwarna putih. "Dimana ini?" tanyanya bingung. "Ini di rumah sakit. Kamu tadi jatuh pingsan. Kamu sepertinya terkena flu dan demam tinggi. Sekarang demammu sudah menurun." "Sekarang sudah pukul berapa?" Bianca teringat Vince di rumah. "Sekarang sudah lewat tengah malam." "Apa? Aku harus pulang." Bianca bangun dari ranjang perawatan dan akan menarik jarum infus yang menempel di tangannya. Aiden cukup gesit, dia tepat waktu mencegah tangan Bianca sehingga dia gagal menarik jarum infus itu keluar. "Aiden, aku harus cepat pulang. Kasian Vince sendirian dirumah. Dia pasti khawatir karena aku belum pulang sampai sekarang." "Vince anak yang cerdas. Dia pasti memahami kondisimu. Aku sudah menelepon dan memberitahunya tadi." "Tapi_" "Tenang saja, besok pagi kalau kondisimu sudah membaik sepenuhnya, kamu sudah boleh pulang dan beristirahat di
"Dona, apa masih ada pasien lagi?" tanya Bianca yang saat ini sedang mencuci tangannya setelah melakukan prosedur tarik benang di wajah pasien. "Ada satu pasien lagi, Dok." Jawab asisten Bianca. "Syukurlah, aku mau cepat pulang hari ini." Bianca hari ini sedang merasa tidak enak badan, dia ingin segera pulang. Lagipula, Vince hanya bersama pengasuh di rumah. Dante dan Clara telah kembali ke Amerika. Sedangkan Brian dan Mia masih sibuk berbulan madu. "Apa pasiennya dipersilahkan masuk kemari sekarang, Dok?" tanya Dona. "Ya, persilahkan saja." Bianca tengah mencatat riwayat pemeriksaan pasiennya, dia masih sibuk menunduk ketika pasien sudah duduk di hadapannya. "Halo, ada yang bisa saya_ hmmhh, Aiden." Bianca mengangkat wajahnya untuk melihat pasiennya dan kalimatnya berubah seketika. "Kenapa kamu tidak ramah terhadap pasienmu?" protes Aiden. "Emm, yah. Kamu mau perawatan?" tanya Bianca. Dia mengubah nadanya lebih ramah. "Tidak, aku hanya ingin melihatmu." "Kalau begitu lebih
"Bian, ada apa? Kamu mengenalnya?" bisik Daniel kepada Bianca yang memberikan tatapan kesal kepada pria di sebelahnya."Tidak, aku tidak mengenalnya!" jawab Bianca dengan nada dingin."Bagaimana mungkin seorang istri tidak mengenali suaminya?" jawab Aiden dengan nada sedikit nyaring, membuat semua mata yang mendengar menatap ke arah Bianca dengan tatapan aneh."Suami? Jika kamu pernah melihatnya di televisi bertunangan dengan seseorang baru-baru ini, mungkinkah dia mengakui istrinya?"Ya, orang-orang kemudian menatap ke arah Aiden. Beberapa orang langsung mengenalinya dan berbisik, "Iya benar, dia bertunangan dengan Elsa Burch beberapa bulan yang lalu, dan baru-baru ini membatalkan pertunangan.""Benar, aku melihat dia di televisi bersama Elsa Burch," terdengar suara bisikkan orang di sekitar mereka."Aku tidak akan melakukannya, jika istriku tidak berpura-pura mati dan mengoperasi wajahnya." Aiden berkata sambil menatap sinis ke arah Bianca.Daniel memegang tangan Bianca, dan berkata