Share

Bab 83

Author: Lee Sizunii
last update Last Updated: 2024-09-23 19:21:04

Pagi itu, Salvatore menjemput Valeria dengan senyuman yang biasanya menenangkan, meskipun hatinya sudah dipenuhi rasa waspada sejak semalam. Setibanya di rumah keluarga Morreti, dia disambut oleh orang tua Valeria yang selalu ramah. Mereka mengundang Salvatore untuk sarapan bersama, seperti tradisi yang tak terucap setiap kali dia datang.

"Kau selalu datang sebelum Valeria turun, duduklah."

Salvatore tersenyum tipis. "Terima kasih Nyonya Morreti." Salvatore membuka kancing jasnya lalu duduk di kursi.

"Bagaimana proyek di Salerno, Salvatore? Apa masih ada perkembangan meskipun berita Julian bisa berpengaruh?" tanya Lorenzo.

"Proyek baik-baik saja, masalah Julian sepertinya tidak akan terlalu berpengaruh. Justru sebaliknya, mungkin bisa kita manfaatkan sebagai sarana pemasaran," kata Salvatore dengan tenang.

Lorenzo tertawa. "Benar juga, kau benar-benar cerdas Salvatore."

Tak lama lift terbuka. Valeria datang dari sana. Tubuh seksi itu kini di balut rok hitam ketat selutut dengan blouse
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 84

    Siang ini, Valeria sedang sibuk menemui klien di gedung hotel milik keluarga Morreti. Setelah pertemuan mereka dengan klien selesai, Valeria dan Sofia tanpa sengaja bertemu di koridor gedung.Sofia yang baru saja tersenyum cerah, kini tak sengaja bertemu pandang dengan wanita di hadapannya. Valeria langsung merasa ketegangan menyusup di antara mereka.Tatapan Valeria menajam saat dia teringat insiden di proyek, di mana Morgan terluka, dan Sofia berada di sana. Seketika, perasaan panas memenuhi dadanya. Dia tahu, Sofia ada kaitan dengan insiden itu—dan sekarang, Valeria ingin membalasnya.Saat mereka berdua masuk ke dalam lift bersama beberapa orang lainnya, Valeria tak berhenti menatap Sofia dengan dingin, menimbang setiap langkahnya. Begitu lift berhenti di lantai berikutnya dan semua orang keluar, Valeria melihat kesempatan. Saat pintu lift hampir menutup, dia dengan cepat menarik Sofia agar tetap di dalam.Sofia, yang awalnya terlihat tak terkeju

    Last Updated : 2024-09-24
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 85

    Salvatore akhirnya memutuskan untuk memenuhi janjinya kepada Valeria, membawanya ke Singapura untuk bertemu Morgan, meskipun awalnya ia ragu. Namun, ancaman Alessio yang semakin dekat dengan Valeria membuat Salvatore berubah pikiran. Dia tak ingin mengambil risiko membahayakan Valeria karena niat tersembunyi Alessio.Ketika mereka sampai di bandara, Salvatore menunjukkan sisi manisnya, memastikan Valeria nyaman sepanjang perjalanan. Namun, di balik itu semua, pikirannya penuh kekhawatiran.Ia tak bisa menghilangkan bayangan Alessio, yang semakin intens mendekati Valeria akhir-akhir ini. Dia harus bertindak kepada Alessio agar dia tak main-main dengan orang-orangnya.Setibanya di Singapura, Salvatore menyewa hotel mewah dengan pemandangan Marina Bay Sands, mencoba menciptakan suasana yang romantis untuk menjaga hubungan mereka tetap kuat.Valeria merasa bahagia. Dia dan Salvatore menjadi lebih dekat dan tentunya sebentar lagi dia akan bertemu dengan Morgan

    Last Updated : 2024-09-25
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 86

    Valeria duduk di samping tempat tidur Morgan, dengan senyuman lembut menghiasi wajahnya. Ia menyuapkan sesendok makanan ke mulut Morgan, yang menerima dengan sedikit canggung.Kedekatan mereka terlihat sangat alami, seperti hubungan saudara yang lama tidak bertemu. Setiap tawa kecil dan candaan di antara mereka membuat suasana semakin hangat."Ha!""Kau mau membuatku gendut, dan otot-otot ku hilang semuanya?" kata Morgan."Jangan banyak bicara, makan saja." Valeria menjejalkan makanan lagi ke dalam mulut Morgan.Namun, di sudut ruangan, Salvatore mengamati dengan tatapan dingin yang sulit ia sembunyikan. Meski Valeria jelas-jelas hanya menunjukkan kasih sayang seperti seorang teman atau saudara, cemburu merayap dalam dirinya. Setiap gerakan Valeria terhadap Morgan seolah menusuk hati Salvatore."Ingin rasanya aku membuat dia berteriak malam ini di bawah tubuh ku. Akan aku buat dia tidak bisa berjalan besok pagi, dan akan berada di kasur selama berhari-hari," gumam Salvatore lirih.Val

    Last Updated : 2024-09-25
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 87

    "Hai, Baby. Kamu baik-baik saja?"Marvelion berjalan mendekatinya Sofia yang berjalan pincang di koridor kantor. Perempuan itu tampak mengernyit karena sakit."Kamu kenapa? Kesleo?"Sofia menatap tajam Marvelion. "Ini semua gara-gara Valeria. Minggir!"Marvelion yang baru saja hendak memegang tangan Sofia untuk membantunya, kini mematung di tempat sambil menatap kepergian Sofia. Baru kali ini Marvelion melihat sikap kasar Sofia. Padahal biasanya, perempuan itu selalu terlihat lemah lembut dan penuh kasih sayang.Sofia baru bisa kembali ke kantor sejak satu Minggu yang lalu karena Valeria mendorongnya. Selama itu dia benar-benar tidak bisa jalan. Dia benar-benar murka kepada Valeria sampai-sampai lupa menyembunyikan topengnya dari orang lain."Valeria sialan!" gumam Sofia saat membuka sepatu sneakers-nya di meja kerja."Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?""Bawakan semua berkas yang tertunda kemarin," kata Sofia sambil mengibaskan tangannya."Baik nyonya." Perempuan itu segera pergi dari

    Last Updated : 2024-09-27
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 88

    Malam ini, Salvatore mengajak Valeria ke sebuah restoran mewah di Singapura, yang terletak di puncak gedung pencakar langit dengan pemandangan indah kota yang dipenuhi lampu-lampu. Suasananya intim, dengan cahaya lilin di meja mereka yang menyala lembut, dan suasana romantis mengelilingi mereka. Valeria mengenakan gaun yang elegan, sementara Salvatore tampak tampan dengan jas hitamnya.Salvatore sambil tersenyum kepada Valeria, matanya penuh kasih sayang. Meski besok mereka harus kembali ke Milan, malam ini ia bertekad membuat Valeria merasa istimewa."Kenapa juga kau mengajak ku makan malam seperti ini? Katanya nanti malam ada rapat online," gumam Valeria saat melihat Salvatore sudah duduk di seberang meja."Sengaja, Dolcezza. Aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu."Sambil menyantap hidangan lezat, mereka berbincang ringan. Sesekali, Salvatore menggenggam tangan Valeria yang terletak di meja, memberinya ciuman lembut di punggung tangan. Dia benar-benar memberikan perhatian penu

    Last Updated : 2024-10-04
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 89

    Desahan Valeria terdengar menggema di ruangan itu. Tangan kiri Salvatore sengaja menahan kedua tangan Valeria di atas kepalanya.Tubuh Salvatore menghimpit Valeria ke tembok sampai perempuan itu tidak bisa lepas dari cengkeramannya. Ciuman Salvatore juga semakin liar saat mengisap dan menyecap lidah Valeria."Um! Salvatore!"Mata Valeria menatapnya dengan sayu. Tubuhnya mulai dikuasai kabut hasrat karena sentuhan Salvatore."Apa?"Suara Salvatore terdengar sangat seksi di telinga Valeria. Wajah tampan itu benar-benar memabukkan Valeria."Jangan menyiksaku seperti ini lagi," gumam Valeria.Tawa kecil terdengar dari bibir Salvatore. "Kau sudah tersiksa hanya karena seperti ini saja? Huh?!""Ah!"Salvatore dengan sengaja meremas kedua pantat Valeria yang masih terbungkus gaun indahnya. Untung saja Salvatore sudah membawa Valeria ke hotel. Jika tidak, maka mereka akan melakukan ini di restoran tadi."Salvatore!"Valeria terlihat protes tapi nyatanya hal itu justru terdengar sebagai rengek

    Last Updated : 2024-10-04
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 90

    Salvatore duduk tenang sambil menggenggam tangan Valeria yang kini tertidur di bahunya. Sudah beberapa jam sejak mereka melakukan penerbangan dari Singapura. Valeria terlalu lelah sampai-sampai tak bisa membuka matanya sepanjang perjalanan.Senyum tipis terulas di bibir Salvatore sambil memandang keluar jendela mobil yang melaju ke kota Milan. Dia mengingat betapa manjanya Valeria semalam saat meminta dirinya melakukan hal itu.Namun, Salvatore justru tidak memberikan apa yang Valeria mau. Entah apa yang merasuki Salvatore, dia ingin melakukannya ketika mereka sudah menikah. Salvatore hanya menyalurkan hasrat mereka dengan cara lain."Tuan, apa kita langsung pergi ke kediaman Morreti?" tanya sang supir.Salvatore menatap ke depan, ke arah spion. "Ke mansion saja dulu.""Baik."Mata Salvatore langsung beralih ke Valeria yang terlihat bergumam dalam tidurnya. Tangan kekar itu dengan lembut mengusap kepala Valeria agar tidurnya semakin nyaman.Setelah sampai di mansion, Valeria terbangun

    Last Updated : 2024-10-11
  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 91

    Valeria memasak dengan cermat di dapur, namun pikirannya tidak bisa fokus sepenuhnya. Setiap kali mengaduk panci atau menyiapkan bahan, bayangan Amara terus mengganggu benaknya.Satu jam yang lalu, Salvatore tiba-tiba saja keluar dari ruang kerjanya dan pergi begitu saja. Dia kembali bersama gadis cantik yang anggun dan lemah lembut.Amara, dengan sikap manja dan terlalu dekat dengan Salvatore, seolah menancapkan duri di hati Valeria. Meskipun Salvatore sudah jelas mengatakan bahwa Amara hanyalah adik sepupu. Namun, cara Amara memperlakukan Salvatore terasa terlalu intim untuk sekadar hubungan keluarga.Valeria mencoba menenangkan dirinya, meyakinkan bahwa Salvatore tidak mungkin berkhianat. Mengingat mereka berdua sudah memutuskan untuk pacaran.Namun sikap hangat Salvatore kepada Amara di depan matanya membuat kecemburuan muncul tanpa bisa dia cegah. Setiap tawa Amara yang menggema di mansion, setiap sentuhan kecil pada lengan Salvatore, membuat Valeria semakin tidak nyaman."Apakah

    Last Updated : 2024-10-14

Latest chapter

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 195

    Matahari siang di Milan menyinari jendela kamar rumah sakit, menciptakan bayangan lembut di lantai keramik putih. Sofia duduk di tepi ranjangnya, jemarinya gemetar saat merapikan pakaian ke dalam koper kecil. Tubuhnya sudah membaik, dan sesuai keputusan pengadilan, hari ini dia harus kembali ke penjara.Isabella, ibunya, dengan sabar membantu melipat baju dan memasukkannya ke dalam koper. Namun, keheningan di antara mereka terasa berat.Tak ada lagi percakapan ringan atau tawa seperti dulu. Hanya suara gesekan kain dan resleting koper yang mengisi ruangan.Pintu kamar terbuka perlahan. Julian, muncul di ambang pintu dengan ekspresi datar. "Mom, dokter memanggilmu," katanya singkat.Isabella menoleh, sejenak ragu. "Julian, tolong bantu adikmu berkemas, ya? Mommy akan segera kembali."Tanpa menunggu jawaban, Isabella melangkah keluar, meninggalkan Julian dan Sofia berdua.Julian mengambil alih koper, tangannya dengan terampil memasukkan barang-barang Sofia tanpa suara. Gerakannya efisie

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 194

    Musim semi di Jepang selalu memancarkan pesona tersendiri. Bunga sakura yang bermekaran, angin sepoi-sepoi yang membawa harum bunga, dan sinar matahari yang hangat menyelimuti halaman rumah sakit.Valeria duduk di kursi roda, menikmati pemandangan itu dengan senyum tipis di wajahnya. Firgo mendorong kursi rodanya perlahan, memastikan Valeria merasa nyaman."Indah, ya?" gumam Valeria, matanya tak lepas dari kelopak bunga sakura yang beterbangan tertiup angin."Memang," jawab Firgo. "Seindah keberanianmu malam itu. Kau tahu, aku masih tidak habis pikir kenapa kau begitu nekat."Valeria menoleh, keningnya sedikit berkerut. "Kau marah padaku?""Bukan marah." Firgo menghela napas. "Lebih ke jengkel. Kau tidak memikirkan keselamatanmu sendiri dan itu membuat panik seluruh pasukan saat melihatmu berlari ke arah Tuan Salvatore dan menodong pria yang menyerangnya dengan pistol. Tapi ..., aku salut. Kau benar-benar berbeda dari kebanyakan wanita."Valeria tersenyum. "Aku hanya melakukan apa yan

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 193

    Antonio berdiri di samping brankar tidurnya, tubuhnya yang masih dipenuhi perban bergerak perlahan saat dia mengganti pakaian rumah sakit dengan setelan kasual. Luka-luka di tubuhnya masih terlihat jelas, namun dia sepertinya tidak terganggu dengan itu. Pintu kamar rawat terbuka perlahan, dan Salvatore masuk dengan langkah hati-hati."Kau sudah mau pergi?" tanya Salvatore dengan nada khawatir.Antonio tersenyum tipis. "Aku sudah terlalu lama di sini. Ada banyak hal yang harus kuurus."Salvatore berjalan mendekat, meski kakinya masih gemetar, ia mencoba menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. "Biar aku yang bantu. Apa yang bisa kulakukan?""Tidak perlu." Antonio menggeleng pelan, memasukkan kemejanya ke dalam celana. "Kau percayalah padaku. Aku akan mengurus semuanya. Saat ini, yang perlu kau lakukan adalah fokus pada kesembuhanmu."Salvatore menghela napas. "Tapi—""Jangan khawatir." Antonio menepuk bahu Salvatore, "kita sudah sejauh ini. Kau hanya perlu pulih dulu. Biar aku yang jaga se

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 192

    Sinar matahari sore menembus jendela rumah sakit, memberikan kilau hangat di ruangan putih yang biasanya terasa dingin. Salvatore mendorong pintu perlahan, mencoba tidak membuat suara yang mengganggu. Matanya langsung tertuju pada Valeria, yang masih terbaring di ranjangnya dengan wajah pucat namun tersenyum manis begitu melihatnya."Hei," sapa Salvatore dengan lembut.Valeria langsung menoleh ke arahnya dan tersenyum ceria. Senyuman itu—senyuman yang sejak dulu selalu membuatnya merasa tenang, Salvatore mengingat rasa itu. Namun senyuman itu kini justru membuat dadanya berdegup lebih kencang.Valeria membalas sapaan itu dengan suara pelan. "Kau kembali.""Ya, bagaimana keadaanmu? Merasa lebih baik?"Valeria mengangguk pelan. "Hm, lebih baik daripada kemarin."Salvatore mengangkat kantong belanja di tangannya. "Aku membawakanmu makanan dan buah-buahan. Juga susu vanilla, seperti yang kau inginkan."Tatapan Valeria berbinar. "Susu vanilla? Kau ingat?"Salvatore tersipu, meletakkan bara

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 191

    Firgo mengetuk pintu kamar rawat inap Valeria sebelum masuk. Wajahnya tenang, tetapi matanya menyiratkan kekhawatiran. Dia menyerahkan telepon genggamnya kepada Valeria. "Morgan ingin bicara."Valeria mengangkat alis, "Oh, sepertinya akan ada sesi ceramah gratis."Begitu telepon menempel di telinganya, suara Morgan langsung terdengar—keras dan penuh emosi."Valeria! Apa yang kau pikirkan?! Pergi tanpa bilang apa-apa, ikut operasi berbahaya dalam keadaan hamil pula! Kau tahu betapa gilanya aku mencari-cari kabar tentangmu?!"Valeria menarik napas panjang, memegang telepon dengan satu tangan, sementara tangan lainnya dengan lembut mengelus perutnya yang masih terasa perih. "Aku baik-baik saja, Morgan. Kau tidak perlu berteriak begitu.""Jangan bilang aku tidak perlu berteriak! Kau pikir ini lelucon? Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu?! Dan bayi itu?!" Di ujung sana Morgan sedang mondar-mandir di lobi markas Il Leone d'Ombra.Senyum kecil menghiasi wajah Valeria. "Bayi ini baik-baik s

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 190

    Valeria membuka matanya perlahan. Cahaya lampu kamar rawat terasa menyilaukan, tetapi bukan itu yang membuatnya tercekat. Di sampingnya, Salvatore duduk dengan ekspresi penuh kekhawatiran. Tatapan pria itu tajam, tetapi terselip kegelisahan yang sulit disembunyikan."Salvatore ...." Suara Valeria serak, hampir berbisik. "Bagaimana dengan bayiku?"Begitu mendengar suaranya, Salvatore langsung menggenggam tangannya erat. "Kau sudah sadar? Dia ..., baik-baik saja."Valeria menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Rasa sakit di perutnya masih terasa, tetapi lebih dari itu, ada perasaan lain yang membuat dadanya sesak—haru, rindu, dan kelegaan yang begitu mendalam.Salvatore ada di sini.Tangannya gemetar saat dia mengangkatnya, menyentuh pipi pria itu dengan lembut. "Aku ..., aku pikir aku tak akan pernah melihatmu lagi." Suaranya pecah dalam isakan kecil.Salvatore mengeraskan rahangnya, menahan emosinya sendiri. "Aku di sini. Aku ..., tidak akan ke mana-mana."Air mata Valeria ak

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 189

    Malam di Milan terasa dingin. Julian berjalan keluar dari rumah sakit dengan langkah tenang, tetapi pikirannya kacau. Ibunya masih di dalam, menjaga Sofia—adiknya yang telah menghancurkan hidupnya. Sang ayah, Giovani, bahkan tak peduli lagi dengan keluarga mereka sejak nama besar Ricci runtuh.Saat Julian hendak berjalan ke mobilnya, suara familiar menghentikan langkahnya."Julian?"Dia mendesah pelan, lalu menoleh. Margareta berdiri tak jauh darinya, mengenakan mantel mahal yang dulu mungkin ia beli dari uang Julian sendiri. Wajah wanita itu masih sama—cantik, angkuh, penuh percaya diri. Tapi Julian tak lagi melihatnya seperti dulu."Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya datar.Margareta tersenyum, mendekatinya dengan langkah gemulai. "Aku kebetulan lewat. Lalu aku melihatmu ..., jadi aku ingin menyapa."Julian mengangkat alis. "Kebetulan lewat di rumah sakit, malam-malam begini?" Nada suaranya terdengar sarkastik.Margareta tertawa kecil. "Aku ingin tahu ..., bagaimana keadaanmu s

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 188

    Begitu roda pesawat menyentuh landasan Jepang, Salvatore segera bangkit dari kursinya. Dia tak peduli pada tubuhnya yang masih lemah, langkahnya langsung mengikuti para anak buah yang membawa Valeria ke luar pesawat dengan tandu.Udara malam Jepang yang dingin menusuk kulit, tetapi keringat dingin tetap mengalir di pelipisnya. Mereka semua bergerak cepat menuju kendaraan yang sudah disiapkan. Firgo sudah lebih dulu mengatur segalanya—termasuk mencari rumah sakit yang aman, tempat dokter-dokternya bisa dibayar untuk menutup mulut.Di perjalanan menuju rumah sakit, Salvatore duduk diam di samping Valeria. Matanya terus mengamati wajah wanita itu. Wajah yang seharusnya asing, tetapi justru terasa familiar. Wajah yang entah mengapa, menjadi yang pertama muncul dalam pikirannya saat dia mulai sadar dari kegelapan ingatannya yang hilang.Jika dia istriku… berarti aku sangat mencintainya, bukan?Tapi kenapa? Kenapa dia tidak bisa mengingatnya?Salvatore menggigit bibir bawahnya, frustrasi de

  • Istri Yang Kau Hina, Incaran Mafia   Bab 187

    Di dalam pesawat pribadi yang terbang di atas Samudra Pasifik, suasana terasa tegang. Lampu-lampu kabin berpendar samar, menciptakan bayangan-bayangan panjang di wajah-wajah yang kelelahan dan terluka.Di salah satu kursi, Valeria terbaring lemah dengan napas tersengal. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi dahinya, dan matanya sesekali terpejam menahan rasa sakit. Wanita itu sudah setengah kehilangan kesadarannya. Darah masih merembes dari perban darurat yang melilit perutnya, bukti dari luka yang Alessio tinggalkan.Salvatore duduk di sampingnya, menggenggam erat tangannya yang juga berlumuran darah. Jari-jarinya sedikit gemetar, bukan karena rasa takut, melainkan karena sesuatu yang mengusik pikirannya.Dia masih belum sepenuhnya memahami kenapa melihat Valeria seperti ini membuat hatinya terasa seakan diremas. Sebuah perasaan yang familiar, namun asing pada saat yang bersamaan.Antonio, yang duduk tak jauh dari mereka, tampak lelah dengan luka di lengannya yang terus mengalirk

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status