Share

2. Madu Pahit

Penulis: NONA_DELANIE
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-27 11:43:08

Melisa tersentak dari lamunannya. Sudah sejak 5 menit lalu, ia menatap getir pada sesosok pasangan muda yang tengah memadu kasih di ruang tamu. Dua manusia itu benar-benar tidak memperdulikan perasaannya sama sekali. Ya, ... Sudah sejak 2 bulan yang lalu, ia dimadu.

Sakit dan juga perih. Setiap titik air mata yang menemaninya selama dua bulan belakangan menjadi saksi perjuangannya seorang diri. Istri pertama, namun diperlakukan bagai pembantu.

Melisa memilih untuk kembali kedalam kamarnya dan tidak ingin menatap kebersamaan yang selalu membuat hatinya terluka.

Rina yang melihatnya lantas kemudian dengan sang suami. "Mas, kita sepertinya harus memanfaatkan Melisa, deh. Kita tidak mungkin lama-lama terus-terusan kekurangan uang seperti ini."

"Hum?"

"Kamu sih, harus ikut-ikutan judi online segala. Kalau sudah begini, gimana jadinya? Tabungan sudah habis, TV, almari, mobil dan juga beberapa uang tabunganku raib oleh perbuatanmu itu," dengkus Rina. Niat hati ingin hidup berkecukupan, siapa yang tidak seindah bayangannya dahulu. Dua bulan setelah menikah, Rina malah di hadapan oleh tingkah sang suami yang tergila-gila dengan judi online pada sebuah aplikasi.

"Sudah deh, kamu itu tidak perlu berkomentar apapun tentangku. Sekarang, kita harus memikirkan cara bagaimana supaya mendapatkan uang itu. Besok malam adalah tenggar waktu yang diberikan oleh temanku. Kalau uang 10 juta itu tidak juga diberikan, sepeda motor milikku pasti akan disita olehnya." Rehan memijat pelipis yang teramat berdenyut. Mencari hutang ke sana-sini nyatanya tidaklah mudah.

"Ck! Kenapa gitu aja harus bingung? Kita manfaatkan Melisa. Bukannya aku sudah memberikanmu solusi?" usul Rina yang tidak mau berbagi suami. Gaji bulanan suaminya sudah tidak cukup untuk menghidupi semua orang yang berada di rumah ini.

"Apa itu? Aku tidak mengerti dengan ucapanmu kali ini, Rin!" tanya Rehan dengan sedikit berbisik.

"Bagaimana jika kita jual saja Melisa pada laki-laki hidung belang."

"Apa? Kamu jangan sembarangan, Rin! Kalau kita menjualnya, lalu kita nbagaimana? Dia masih berguna di rumah ini untuk dijadikan pembantu. Kalau dia keluar dari sini, aku tidak yakin kamu mau melakukan tugas membersihkan rumah dan juga memasak untukku," dengkus Rehan. Ia tidak ingin tubuh istri pertamanya itu dicicipi oleh laki-laki lain.

"Tidak begitu konsepnya! Kita hanya menjual dia selamanya. Tetapi, menjual dia kita membutuhkan uang saja. Ya, semacam open BO. Dia kan masih muda," terang Rina menggebu.

"Rin, lagian mana ada yang mau dengannya. Dia itu tidak cantik dan juga tidak terawat. Diobral pun pasti juga tidak laku. Sudahlah, kita pikirkan cara lain!"

"Ck! Itu satu-satunya cara yang harus kita lakukan, Mas!"

Menimang sejenak ucapan istri keduanya. Rehan akhirnya mau tak mau menerima usulan tersebut. Ia akan memberikan minuman yang mengandung obat tidur dosis tinggi pada Melisa. Lalu, Rehan meminta Rina untuk mendandani Melisa bak seorang PSK.

*

Keesokan harinya pukul 07.00 malam, Rina dan Rehan menjalankan aksi bejatnya itu. Mendandani Melisa menggunakan baju seksi dan juga menyemprotkan parfum mahal pada tubuh ringkih itu.

"Cantik juga! Baiklah kalau gitu, ayo kita antarkan di aku club malam. Melisa sebenarnya masih cantik, hanya saja dia butuh make up dan juga pakaian yang bagus untuk menunjang penampilannya. Lagipula, dia baru 21 tahun. Masih seger seger nya. Om-Om di luaran sana pasti mengira kalau dia masih SMA. Kamu tidak perlu khawatir, Mas!" Rina menyunggingkan senyum licik.

*

Tidak membutuhkan waktu lama, satu jam kemudian mereka sampai pada sebuah klub malam. Rina langsung menemui seorang mucikari di sebuah private room.

"Ini, Melisa. Nama samarannya Icha. Saya ingin menjual dia dengan harga yang tinggi. Dia masih daun muda." Rina mengucap.

"Apa dia masih perawan?" Mami Lu melirik pada tubuh yang sedang tertidur itu. Ia tahu betul bagaimana orang-orang ini bekerja.

"Tidak. Tetapi saya pastikan kalau dia baru saja digunakan oleh satu orang laki-laki," jawab Rina dengan tersenyum lebar.

"Baiklah. Tampangnya lumayan menarik juga. Berapa tarif yang kalian tentukan?"

"20 juta!" sahut Rehan dengan cepat.

"Kamu pikir, ini gudang uang? Mana ada laki-laki yang mau dengan wanita seperti ini kalau harganya tinggi?" cibir Mami Lu. "10 juta untuk selamanya. Kalau tidak mau, silahkan bahwa wanita ini keluar dari ruangan ku!"

Rehan dan Rina berpikir sejenak. Mereka kemudian menyetujui setelah bersepakat.

Daripada tidak sama sekali, bukankah lebih baik melepaskannya saja dengan nominal 10 juta?

***

"Tidak! Siapa kamu?" desis Melisa yang kemudian tersadar dari tidurnya, mendapati banyak orang asing di hadapan.

"Jangan berisik, deh! Nurut sama aku!" ucap Rina mencegah Melisa supaya tidak bergerak lagi.

"Mam, ...," panggil sang pemilik Club yang akan mencicipi lebih dulu, sebelum wanita itu dijual.

"Barang baru, Boss. Cicipi saja dulu," ujar Mami Lu saat melihat pemilik Klub malam ini datang.

"Tidak! Aku tidak mau!" Meski Melisa hanya lulusan SMP, tetapi ia bisa tahu apa maksud yang diucapkan oleh wanita berlipstick merah merona.

"Dia ...." Jimmy sempat terkejut melihat wanita yang ada di hadapan. Meskipun sudah beberapa tahun tidak bertemu, nyatanya ia masih mengenali gadis itu.

Melisa! Ya, itu Melisa. Gadis kecil incarannya dulu. Tapi, benarkah? Jimmy menelan kasar salivanya.

"Kamu lelaki yang sudah menjual dia?" tanya Jimmy dengan jantung berdebar. Ia menatap Rehan dengan lekat.

Rehan mengangguk saja tanpa bicara, sebab ketakutan kala mendapat tatapan intimidasi dari Jimmy.

"Jatuhkan talak untuknya! Maka aku akan memberimu uang dua kali lipat dari yang diberikan Mami Lu. Tapi, serahkan wanita itu kepadaku ... selamanya!" tawar Jimmy sungguhan.

Mendengar nominal yang cukup menggiurkan, Rena dan Rehan tidak mau berpikir panjang. Laki-laki itu kemudian mengiyakan saja daripada berlama-lama.

"Deal!" Rehan menjabat telapak tangan Jimmy yang baru saja disodorkan, kemudian pergi begitu saja meninggalkan Melisa.

"Melisa, aku menjatuhkan talak tiga untukmu. Mulai sekarang, kita buka suami istri lagi!"

Uang 30 juta sudah di tangan. Rehan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan dan melepas istri pertamanya begitu saja tanpa beban. Toh, Melisa sudah tidak berguna, 'kan? Rehan menyunggingkan senyuman licik.

"Mas, Mas! Kamu nggak bisa giniin aku! Mas!" panggil Melisa, namun tidak digubris sama sekali oleh Rehan.

Laki-laki itu tetap berlalu meninggalkan Melisa yang kini berhadapan dengan seorang mucikari dan pemilik JAS Night Club.

*

Setelah bersepakat dengan Mami Lu, Jimmy membawa Melisa ke suatu tempat dengan paksa. Di dalam kendaraan itu, Melisa hanya menangis sepanjang jalan meratapi nasib.

Jimmy tidak berkata apapun. Setelah sampai di rumahnya, laki-laki itu langsung membawa Melisa ke kamar. Menghempas tubuh ringkih itu ke atas ranjang dengan kasar.

"Tolong, jangan sentuh saya!" Melisa memundurkan tubuh dan mengatupkan telapak tangan di depan dada. Sampai punggungnya membentur dasboard ranjang, tak sekali pun Jimmy mau melepas Melisa dari tatapannya.

"Kenapa kamu terlihat ketakutan seperti itu? Bukankah kita akan bersenang-senang, hum?" tanya Jimmy yang meneteskan air liur sembari menatap Melisa yang teramat menggoda imannya.

Melisa hanya bisa menangis dan ketakutan. Adakah yang bisa menolongnya saat ini?

Bab terkait

  • Istri Yang Dijual Suami   3. Dijual

    Malam mulai merangkak naik. Baik Melisa dan Jimmy saling menatap lekat, mereka duduk di atas ranjang yang sama. Deru jantung mulai memesat, Melisa sangat ketakutan. Jimmy mendekat setelah melepas jasnya dan membuang ke sembarang arah. Tatapannya buas pada Melisa. Seakan ia hendak menerkam gadis manis yang berada di hadapan dan mencabik-cabiknya menggunakan cumbuan panas. “Jangan sakiti aku, Tuan. Kumohon,” kata Melisa mengiba. Ia mendekap guling guna menutupi tubuh bagian depannya yang terekspose di bagian dada. Ia jijik menatap penampilannya sendiri yang bagaikan wanita malam, dengan baju kurang bahan serta dada terbuka. Mengutuk perbuatan sang mantan suami yang terang-terangan menjualnya pada lelaki hidung belang. Melisa takut dinodai pria asing yang sepertinya keturunan bule ini. Jimmy memangkas jarak. Ia menyentuh wajah Melisa yang sudah dibanjiri air mata menggunakan jemari kanannya. Mengusap pelan, namun membuat Melisa merinding bukan main. "Jangaaan," lirih gadis itu ketaku

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27
  • Istri Yang Dijual Suami   4. Pikiran Kotor

    Jimmy langsung keluar saat merasa atmosfer di ruangan ini sedikit memanas. Ia turun ke lantai bawah dengan dada yang berdebar-debar. “Buah jambu incaranku sudah berubah menjadi buah melon ternyata. Pasti segar,” katanya dalam hati. Pikiran kotor Jimmy datang kala menatap belahan dada yang sangat menggairahkan. Karena perut yang sudah sangat lapar, ia duduk di meja makan. Berusaha mengabaikan tongkat sakti yang meminta kepuasan. Menahan sampai waktunya tiba. Menuruni anak tangga dengan Langkah penuh kehati-hatian. Penampilan Melisa yang mengenakan gaun biru muda menghipnotis pria berusia 30 tahun itu. Langkah demi Langkah sang gadis membuat Jimmy terpaku tanpa suara. Satu kata yang mewakili semuanya. Cantik! Melisa sangat menawan. Ini melebihi ekspektasi Jimmy sebelumnya. Melisa hanya butuh uang untuk tampil glow up. Wajah yang sejatinya sudah sangat cantik itu tinggal dipoles sedikit. Jimmy tak hentinya menyunggingkan senyuman dan bersiap menyambut kedatangan Melisa. Jimmy bangkit

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27
  • Istri Yang Dijual Suami   5. Kemana Ini?

    Melisa terpaku dengan tatapan Jimmy yang sangat memabukkan. Ia pernah melihat itu, tapi … entah dimana, ia lupa.“Tu-tuan, lepaskan saya. Saya janji untuk tidak—”“Jangan bersikap seperti para asisten rumah tangga di sini. Kamu milikku, kamu calon nyonya di rumah ini dan tak kuperkenankan kau melakukan aktivitas apa pun!” Begitu tegas ucapan Jimmy, sampai Melisa pun tak berani membantah.Gadis itu terdiam dan meneguk ludahnya. Rok tutu sepanjang mata kaki tersingkap sedikit ke atas kala terhempas di atas ranjang. Ia memaki lelaki semena-mena ini yang selalu saja bisa membuatnya luluh.“Cepat mandi dan berdandanlah di lantai atas! Kamarmu ada di sebelah kamarku, aku menunggumu setengah jam lagi,” perintah Jimmy yang sedikit uring-uringan dengan keadaan pada area intimnya. Tegak dan menantang, sementara makanan di hadapan belum dimasak dan tentunya kurang lezat disantap mentah.“Kita mau kemana, Tuan?” tanya Melisa sambil beringsut menjauh. Hampir saja dia diterkam Kembali.“Cerewet!” se

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27
  • Istri Yang Dijual Suami   6. Shock Terapi

    “Ah, akhirnya satu masalah selesai. Inget kamu, Mas! Jangan pernah lagi terjerat judi online. Kalau sampai kamu masih nekat melakukannya karena tak enak dengan teman-temanku, aku ogah lagi bantuin kamu," ucap Rina sambil menasehati sang suami di ruang tamu. Rehan terlihat enggan menjawab. Sejak pagi tadi, telinganya panas mendengar ocehan Rina. Namun untuk menghargai ibu hamil muda itu, ia menjawab iya saja dengan anggukan. “Rin, bantuin ibu masak, dong!” ajak Mama Tami yang kala itu mendekat ke ruang tamu. Rina melirik sekilas, memasang wajah enggan. “Ma, aku tuh nyium bawang mual banget. Mama masak aja sendirian,” jawabnya setengah berbohong. “Memangnya aku pembentu apa? Kalian yang setuju Melisa dijual, ya jangan salahkan aku kalau tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah. Di rumah orang tuaku saja, aku diratukan. Dan di sini, kalian mau menganggapku babu? Oh, tidak semudah itu, Ferguso!” batinnya menatap sengit pada sang ibu mertua. “Aduh, Rin. Kamu kan dari tadi nggak ngapa-ngap

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01
  • Istri Yang Dijual Suami   7. Dia Sudah Ahli

    Semua pasang mata yang berada di ruang tamu Rumah Rehan tampak menatap Melisa dengan raut wajah tidak percaya. Terlebih, Rehan juga Mama Tami. Kedua orang itu melongo dengan mulut terbuka lebar serupa huruf O besar."Apa saya tadi tidak salah dengar?" Mama Tami tampak bertanya terlebih dahulu di tengah rasa keheranannya.Seperti biasa, Jimmy akan bertanya dan mengatakan seadanya saja. Dia sudah melakukan briefing saat berada di dalam mobil tadi, supaya Melisa tidak berkata apapun dan membiarkan dia menjawab semuanya."Mengenai?" Tatapan Jimmy penuh cinta pada Melisa kini berganti menyorot ketiga orang tak tahu diri itu."Melisa yang akan segera menjadi istri Anda. Bagaimana bisa wanita udik seperti dia akan menjadi calon istri dari Anda?" Mama Tami jelas saja bisa melihat, kalau laki-laki yang berada di samping Melisa bukan lelaki sembarangan.Hanya sekedar sekilas saja, Mama Tami sudah dapat menduga kalau selera pria itu tentu saja bukan wanita rendahan seperti Melisa.Apa itu hanya s

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01
  • Istri Yang Dijual Suami   8. Ratu Di Hatiku

    Jimmy terdiam saat menyadari jika itu semua adalah bualan mantan mertua Melisa. Dia yakin, Melisa tidak seperti yang dikatakan oleh Mama Tami itu. Karena nantinya sebelum memutuskan menjalin hubungan yang serius dengan Melisa— gadis incarannya, Jimmy tentu akan memastikan kesehatan gadis tersebut.“Saya tidak butuh ceramah dari Anda. Karena yang saya butuhkan saat ini adalah surat menyurat mengenai pernikahan Melisa. Itu saja,” tandasnya. Jimmy tidak suka berbasa basi.Rina langsung saja menyela. "Tapi, Tuan. Apakah Anda tidak akan menyesal kalau—"Ceklek! Klek!Jimmy menodongkan senjata ke arah 3 orang yang berada di hadapannya dan sontak membuat ke tiga-tiganya mengangkat kedua tangan ke atas kepala.“Aaaa!”“Jangan tembak kami!” ujar Rehan berteriak. Ia teramat takut dengan senjata yang diarahkan tepat ke wajahnya. Takut saja kalau laki-laki bernama Jimmy itu nekat dan menembaknya saat itu juga.Jimmy hanya tersenyum

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01
  • Istri Yang Dijual Suami   9. Karena Kita Berbeda

    Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi saat keduanya sampai di pelataran parkir rumah sakit internasional. Tanpa menjawab pertanyaan dari Melisa, Jimmy langsung turun begitu saja dan membukakan pintu untuk gadis itu.Mengapa Jimmy masih menganggap Melisa gadis meskipun status wanita itu sudah janda? Itu dikarenakan umur mereka yang terpaut 12 tahun. Bagaimanapun, Jimmy masih menganggap Melisa sebagai gadis beliia yang menggemaskan."Om, aku tidak mau ke sana! Kita pulang aja!" sergah Melisa. Lengan kanannya memegang lengan kekar Jimmy dan berusaha mencegah laki-laki itu , supaya tidak menyeretnya di dalam sana. Ia takut saja jika hasil pemeriksaan itu mengecewakan. Bukan mengecewakan Jimmy, melainkan mengecewakan diri sendiri tentunya. Andaikan Melisa mandul, toh bukan urusan Jimmy, kan? Lebih baik mereka segera berpisah rumah dan jangan merencanakan apa-apa lagi setelah ini. dunia mereka jelas berbeda."Kamu harus ikut ke dalam sana! Aku tidak ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-02
  • Istri Yang Dijual Suami   10. Bimbang

    Detik berganti menit, Jimmy masih diam tanpa bersuara. Sekalipun dia tidak menjawab ucapan terakhir yang keluar dari bibir Melisa.Memang perbedaan itu terlalu kentara. Ia juga sudah memikirkan ini sejak kemarin. Perbedaan itulah yang masih membuatnya sedikit ragu, apakah Melisa mau diajak masuk ke dalam agamanya atau tidak.Tetapi mendengar pernyataan tadi, Jimmy yakin Melisa tidak mau diajak menuruti agamanya. Sedangkan kalau ia memilih untuk mengikuti agama calon istrinya, ia tidak yakin bisa memahami agama itu dengan baik.“Ya sudah. Kita pikirkan nanti lagi.”Hanya itu yang diucapkan oleh sang pemuda. Sampai menunggu satu jam lamanya, Melisa dipanggil oleh perawat melalui pengeras suara.****Serangkaian pemeriksaan dijalani oleh wanita tersebut. Setengah satu kemudian, pemeriksaan selesai dijalani dan dokter mengatakan kalau Melisa sehat dan tidak ada masalah pada organ reproduksinya.Dan sekarang yang menjadi pert

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-02

Bab terbaru

  • Istri Yang Dijual Suami   48. BANTUAN

    Teriakan itu langsung menggema, nyaring banget. "Copet! Copet!" Suaranya nyelip di tengah hiruk-pikuk keramaian yang ada di sekitar. Melisa yang lagi duduk di sebuah foodcourt, langsung menoleh ke samping, mencari sumber suara itu. "Ada apa, Om?" tanyanya, ngeliat Jimmy yang kelihatannya nggak terlalu panik, malah cuma angkat bahu dengan ekspresi acuh."Copet katanya," jawab Jimmy sambil tetap melangkah, seolah nggak ada yang spesial."Copetnya yang mana?" tanya Melisa, penasaran, sambil matanya mencari-cari orang yang dimaksud."Sepertinya baju ijo, yang mamu tunjuk tadi," jawab Jimmy lagi dengan santai."Apa iya?" Melisa mulai nggak yakin, tapi tetap waspada. Pikirannya mungkin masih ragu apakah benar itu copet atau hanya salah paham."Iya. Gelagatnya kan udah mencurigakan," seloroh Jimmy dengan nada nggak terlalu serius, malah kayak bercanda. Tapi itu justru bikin Melisa semakin cepat bergerak, nggak mau ketinggalan kalau benar ada yang mencurigakan.Melisa langsung berlari ke ar

  • Istri Yang Dijual Suami   47. But I Love You

    Jimmy dan Melisa tiba di sebuah gallery berlian yang mewah. Pintu kaca besar terbuka dengan lembut, menyambut mereka dengan nuansa elegan. Dalam ruangan yang penuh kilauan berlian, mereka merasa seolah-olah melangkah ke dunia lain, penuh kemewahan dan keindahan."Wow, tempat ini luar biasa," kata Melisa, matanya berkilau melihat koleksi berlian yang terpajang di etalase.Maklum jika kelihatannya sedikit norak, ya karena Melisa memang tidak pernah diajak ke tempat tempat seperti ini. Apalagi mereka bertiga kali ini diarahkan menuju ruang VIP yang tentunya membuat Melisa cukup melongo dengan fasilitas yang didapatkan.Seketika, Jimmy tersenyum dan mengangguk. "Aku tahu kamu suka barang barang indah. Hari ini aku ingin memastikan kita mendapatkan yang terbaik."Dan kini, Melisa menoleh ke arah Jimmy, terkejut. "Apa maksudmu?"Tersenyum lembut, Jimmy tidak langsung menjawab. Mereka berjalan lebih dalam, menuju sebuah etalase di sudut ruangan VIP. Di sana, terletak sebuah cincin pernikaha

  • Istri Yang Dijual Suami   46. Keluarga Bahagia

    Suasana foto prewedding antara Jimmy dan Melisa berlangsung dengan nuansa yang cukup dramatis, meskipun tak terlepas dari sedikit ketegangan. Jimmy, yang dikenal sebagai sosok pria yang kaku dan tidak terlalu luwes dalam berpose, tampak canggung mengikuti arahan fotografer. Hal ini jelas terlihat ketika sang fotografer meminta Jimmy untuk sedikit bergeser."Ehm, Tuan Anderson. Bisakah Anda sedikit geser ke kanan?" kata sang fotografer dengan suara lembut namun tegas, berusaha menjaga kesan profesionalisme di tengah ketegangan yang mulai terasa.Jimmy yang terkesan bingung dengan permintaan tersebut, segera mengatur langkahnya, namun ekspresinya tetap terlihat tegang. "Begini?" tanyanya, suaranya mengandung sedikit kebingungan, sambil mengubah posisinya, berusaha mengikuti instruksi yang diberikan.Fotografer itu mengamati sejenak, mencoba menangkap setiap detail dalam frame. "Iya, tapi senyum Anda juga kurang tulus," ujarnya, kali ini dengan nada yang lebih lembut namun tetap penuh

  • Istri Yang Dijual Suami   45. Foto Prewed

    "Alhamdulillah, Om udah bener-bener tulus sama aku. Jadi, kita menikah, kan?" Melisa memeluk Jimmy dengan penuh kebahagiaan. Dengan senyum lebar, ia menatap dalam-dalam mata biru Jimmy, merasakan kedamaian yang datang bersama janji itu. Pada akhirnya, semua yang ia harapkan tercapai: mereka berdua, bersama, menuju masa depan yang penuh harapan. Jimmy tersenyum lembut, matanya menyiratkan rasa syukur dan cinta yang mendalam. "Hum, kita akan menikah," jawabnya, suaranya dipenuhi keyakinan. "Dan sesuai janjiku, aku telah merancang semuanya. Kita akan fitting baju, sekaligus foto prewedding. Mau?" Melisa mengangguk cepat, wajahnya berseri-seri. "Mau! Apa anak kita ikut?" "Tentu," jawab Jimmy dengan tegas. "Andrew sudah menunggu. Go!" Kebahagiaan meluap di hati Jimmy. Sejak ia memutuskan untuk memeluk Islam dan memulai perjalanan spiritual bersama anaknya, Andrew, serta Melisa, hidupnya berubah total. Tidak hanya hatinya yang merasa damai, tetapi juga keluarganya. Kini, setelah semua k

  • Istri Yang Dijual Suami   44. Kita Sama

    Jimmy Anderson, seorang CEO sukses yang dikenal karismatik dan penuh ambisi, tidak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan berubah drastis dalam waktu yang begitu singkat. Sejak kecil, ia dibesarkan dalam keluarga yang tidak terlalu mementingkan agama. Ayahnya seorang agnostik, sementara ibunya lebih mengutamakan pendidikan dan kesuksesan duniawi daripada kehidupan spiritual. Namun, di balik kesuksesan karirnya, ada rasa hampa yang tak terjelaskan. Meski hidupnya tampak sempurna—dengan perusahaan besar yang dipimpinnya, rumah mewah, dan kendaraan yang selalu ia inginkan—ia merasakan adanya kekosongan dalam dirinya.Semua itu berubah ketika ia bertemu dengan Hasan, seorang pengusaha muslim yang ia kenal dalam salah satu pertemuan bisnis. Hasan bukan hanya sukses dalam dunia usaha, tetapi juga terlihat tenang dan penuh kedamaian. Kepribadian Hasan yang hangat dan penuh keyakinan menarik perhatian Jimmy. Mereka sering berbicara tentang berbagai hal, dan Hasan selalu menyelipkan pesan-

  • Istri Yang Dijual Suami   43. Kapan Kita Menikah?

    "Oooom!" Jeritan Melisa menggema, suara primal yang melepaskan gelombang kenikmatan yang dahsyat. Bukan sekadar desahan, melainkan letusan emosi mentah yang mengguncang seluruh tubuhnya. Ia merasakan semburan hangat yang membanjiri rahimnya, sensasi yang begitu intens hingga membuatnya kehilangan kendali, tubuhnya ambruk lemas, tak berdaya. Jimmy masih menindihnya, berat tubuhnya seakan menjadi simbol dari kekuatan gairah yang baru saja mereka alami bersama. Mereka menyatu, dua tubuh yang terjalin dalam ikatan yang erat, namun juga rapuh."Kamu suka, Baby?" Jimmy membisikkan pertanyaan itu, suaranya berat, bergetar karena sisa sisa gairah yang masih membara. Bukan pertanyaan biasa, melainkan sebuah pernyataan yang ingin dikonfirmasi. Ia ingin memastikan bahwa Melisa merasakan hal yang sama, bahwa mereka telah berbagi sesuatu yang luar biasa dan tak terlupakan."Sakit, Om!" Melisa merintih, suaranya teredam oleh desahan napas yang masih tersengal-sengal. Ras

  • Istri Yang Dijual Suami   42. Ouh, Melisa!

    Gelombang dahsyat menerjang mereka, menghantam benteng pertahanan yang selama ini mereka bangun. Bukan sekadar gairah, melainkan badai emosi yang menggulung segalanya; ketakutan, keraguan, hasrat, dan cinta—semuanya bercampur menjadi satu pusaran dahsyat yang menyeret mereka ke dalam pusaran keinginan yang tak tertahankan.Tubuh-tubuh mereka bergetar, terhempas oleh gelombang yang tak terbendung, seakan dunia di sekitar mereka lenyap, hanya menyisikan mereka berdua dalam pusaran gairah yang menggelora. "Aaaah. Ommm."Dalam dekapan Jimmy yang hangat dan kuat, Melisa melepaskan jeritan yang tertahan, suara penuh gairah dan kepuasan yang melepaskan segala tekanan dan keraguan. Itu bukanlah jeritan kesakitan, melainkan ekspresi dari gelombang emosi yang melanda dirinya; kegembiraan, kepuasan, dan juga sedikit rasa takut yang masih tersisa. Lengannya melilit erat leher Jimmy, jari-jarinya menancap kuat di punggung tegap pria bule itu, menandai kepemilikan, menunjukkan

  • Istri Yang Dijual Suami   41. PESONA DUDA

    "Jadi... kita kemarin malam... apa yang sebenarnya terjadi, Om?" Melisa menatap Jimmy dengan ragu, kebingungannya jelas terlihat. Dia merasakan ada sesuatu yang tak beres, tapi tidak bisa mengingat apa yang sebenarnya terjadi."Kemarin malam, kamu mabuk, Melisa," jawab Jimmy, suaranya penuh penyesalan. "Kamu yang meminta untuk keluar bersama, untuk berbicara. Semua itu tidak direncanakan, dan aku merasa kita salah dalam banyak hal.""Om, jangan bercanda! Itu nggak lucu!" Melisa merasa perasaan campur aduk, bingung dan marah. "Apa yang terjadi dengan aku? Kenapa aku tidak ingat?""Aku tahu, kamu bingung dan marah. Itu salah kita berdua, tapi kita perlu menghadapi ini dengan kepala dingin. Coba lihat rekamannya." Jimmy menunjuk ke arah layar CCTV yang terpasang di sudut ruangan."Aku ... aku harus tahu ini semua." Suara Melisa bergetar, sedikit gemetar karena ketakutan dan kebingungannya yang semakin dalam.Sinar pagi menyelinap melalui celah tirai, menerangi wajah Melisa yang masih dip

  • Istri Yang Dijual Suami   40. TERKEJUT

    Keringat mengucur deras di seluruh tubuh Jimmy, merasakan ketegangan yang menguasai dirinya. Nafasnya terengah-engah, seperti ada beban berat yang terus menekan dadanya. Suasana yang mencekam tadi seolah tidak pernah berhenti membebani pikirannya. "I'm so sorry, Melisa."Setelah keringatnya berkurang, dan dirasa pori pori telah menutup, dia bergegas menuju kamar mandi, mencari sedikit ketenangan, meskipun tahu bahwa tak ada yang bisa benar-benar menenangkan perasaannya sekarang.Pintu kamar mandi ditutup dengan tergesa-gesa, dan Jimmy membiarkan air mengalir deras di tubuhnya, mencoba untuk menghilangkan rasa sesak yang terus mengganggu. Suara tetesan air di lantai terasa kontras dengan kekacauan yang masih menggema di dalam dirinya.Dia memejamkan mata sejenak, membiarkan tubuhnya terlarut dalam aliran air. Namun, meski air menyegarkan tubuhnya, pikirannya tak bisa lepas dari situasi yang baru saja terjadi. Semua yang dia saksikan, semua yang dia dengar, terus berputar putar di kep

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status