"Aku minta maaf jika tempat ini mengingatkan kamu pada sebuah rasa sakit yang sudah kutoreh kan. Tapi aku ingin berbicara dengan kamu berdua saja Fatma."Wanita itu tidak menghiraukan ucapan Satria, tatapannya masih lurus tanpa memandang ke arah pria yang berada di sampingnya."Aku tahu mungkin kamu sangat marah kepadaku. Aku tahu kamu masih sangat kecewa kepadaku tapi sumpah demi Allah, aku tidak pernah melakukan hal itu dengan Meli." Seketika membuat Fatma menoleh ke arahnya saat satria mengatakan nama Tuhan."Kamu bersumpah atas nama Tuhan, Mas? Apa kamu tidak takut dengan karma yang akan kamu dapat?""Tidak." geleng Satria dengan tegas, "aku tidak takut, sebab aku tidak pernah melakukan itu. Untuk apa aku takut? Allah saja Maha Tahu." dia menggenggam tangan Fatma, "aku mohon, jangan pernah meninggalkan aku. Aku tahu mungkin aku tak pernah bisa membahagiakan kamu, tapi mulai dari sekarang aku akan mencoba.""Mencoba dan mencoba terus yang kamu bilang dari dulu, Mas." Fatma memejam
Sesampainya di rumah kedua orang tua Fatma, Satria segera mengetuk pintu dan yang membukanya adalah Umi. "Mau ngapain lagi kamu kesini?""Saya mau bertemu dengan Fatma. Ada hal penting yang ingin saya tanyakan, Umi.""Tapi--" Ucapan Umi terhenti saat Satria masuk begitu saja tanpa diizinkan, dia berteriak memanggil nama istrinya."Fatma, di mana kamu? Fatma keluar! Aku ingin bicara. Fatma!"Umi segera menarik tangan Satria dengan kasar. "Kamu ini apa-apaan? Tidak sopan sekali ya. Di mana attitude kamu, masuk ke dalam rumah orang bukannya assalamualaikum, permisi. Tanpa diizinkan kamu nyelonong begitu saja!" Umi begitu sangat marah dia sampai berbicara tidak ada remnya."Maaf Umi, jika saya harus melanggar, tetapi ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan Fatma."Tak lama wanita itu keluar dari kamar dengan wajah yang pucat. "Ada apa, Mas?" tanya Fatma dengan lirih, "Kenapa kamu berteriak-teriak di rumah kedua orang tuaku?""Aku ingin berbicara dengan kamu." Fatma dapat melihat
"Cukup Satria! Ini rumah Abi, jangan membuat keributan." Akhirnya Abi yang sejak tadi diam pun angkat bicara."Bagaimana aku bisa diam, Abi. Dia jelas-jelas memberikan perhatian kepada istriku, dan di sini aku adalah suami sah-nya Fatma!" Tegas Satria tak terima."Dari mana saja kamu selama ini? Kenapa baru menyadarinya sekarang? Kamu cemburu saat melihat Fatma lebih diperhatikan oleh pria lain, tapi kamu sendiri sebagai suaminya tidak mau memperhatikan Fatma," sindir abi dengan tatapan dinginnya.Satria diam membisu, karena apa yang dikatakan abi benar. Selama dia menikah dengan Fatma pria itu tak pernah memberikan perhatian terhadapnya, hanya sekedar sebuah penghargaan karena Fatma adalah istrinya, tidak lebih. Tapi perhatian yang penuh cinta tak pernah sekalipun ia ungkapkan atau dia lakukan sebagai seorang suami...Hari-hari Satria terasa begitu buruk tanpa kehadiran Azizah dan juga Fatma. Setiap hari pria itu selalu saja telat makan, hingga dalam kurun waktu 2 minggu ini Satria
"Ya sengaja aja ... aku mau mengukir kebahagiaan agar selalu kamu ingat," jawab Andre sambil duduk di kursi. "Ya sudah, mendingan sekarang kita makan. Suasana di sini begitu indah dan nyaman, apakah kamu ingin menyia-nyiakannya?" Pria itu mengedipkan sebelah matanya sehingga membuat Fatma terkekeh.Sikapnya yang humble dan juga humoris, membuat Fatma merasa nyaman berada di sisi Andre, apalagi tidak pernah ada pria yang memperhatikannya sebegitu dalam, hanya Andre seorang.'ndai saja Mas Satria memberikan perhatian, kenyamanan dan juga kepeduliannya seperti ini kepadaku, pasti aku akan sangat bahagia. Tapi sayang, itu semua mustahil.' Fatma menunduk menatap makanan yang berada di hadapannya. 'Sudahlah Fatma, tidak usah kamu memikirkan masa lalu. Sekaranglah waktunya kamu menatap masa depan yang sebentar lagi akan membuat matamu tertutup selamanya.'Andre melihat Fatma hanya diam saja seperti seseorang yang sedang melamun, dia pun memegang tangan wanita itu, membuat Fatma terlonjak dan
"Bukankah cinta tidak memandang fisik? Bukankah cinta yang tulus itu tidak perduli mau pasangannya lagi sakit atau tidak. Karena cinta sejati tidak pernah memandang kekurangan pasangannya, justru kekurangan itulah yang akan menjadi tameng kuatnya sebuah hubungan."Fatma benar-benar terhenyak, bahkan sangat tersentuh dengan perkataan Andre. Dia tak mungkin mengatakan pada pria itu bahwa dirinya juga nyaman saat Andre perlakuan dia dengan begitu sangat spesial."Aku mau pulang, Ndre.""Oke, aku akan mengantar kamu pulang. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, Fatma! Aku akan selalu berada di sisimu, dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu apapun yang terjadi. Mau kamu beranggapan aku ini cowok bodoh atau apapun itu ... satu kata, cinta. Karena cinta bisa membuat buta segalanya dan cintaku sangat tulus kepadamu."Saat Andre sedang mendorong kursi roda Fatma, dia tidak melihat jika wanita itu menitikkan air matanya. Tidak pernah Fatma merasa bahagia saat mendapatkan ungkapan cinta dari se
"Jadi jawaban kamu apa?" tanya Umi yang sudah tak sabar."Bismillah! Iya Abi, Umi, Fatma mau berpisah dengan Mas Satria, jika ini memang jalan yang terbaik. Dan Fatma sudah tidak bisa lagi menjalin hubungan dengan Mas Satria, karena rasanya begitu sangat sakit setiap mengingat setiap luka yang diberikannya di hati ini."Umi dan Abi tersenyum mendengar itu, mereka bukanlah orang tua yang jahat, ingin membuat putrinya berpisah dengan suami. Mereka juga tidak berniat untuk membuat Fatma menjadi istri yang durhaka, tetapi itu semua perlu dilakukan saat sebuah hubungan tidak bisa lagi di dasari dengan kejujuran bahkan kepercayaan."Abi senang mendengarnya Nak. Kamu tahu kenapa Abi begitu ngotot ingin mencerai kamu dengan Satria?" Fatma menggeleng. "Bukan hanya karena pria itu tidak mencintai kamu, dan bukan hanya dia yang tidak bisa menghargai kamu, tetapi ada hal lain yang membuat Abi memutuskan ini.""Apa itu, Bi?" tanya Fatma penasaran."Di dalam sebuah rumah tangga itu, kita harus meme
"Kamu yang pernah bilang kepadaku, kalau kamu tidak akan pernah meninggalkanku. Kamu tidak akan pernah berpisah dengan ku kan, Fatma?""Itu memang benar Mas. Tapi aku tidak pernah berjanji..Aku memang sangat mencintai kamu, aku memang tidak ingin berpisah denganmu, tetapi itu dulu Mas. Setelah aku pikir-pikir, apa yang dikatakan abi dan umi itu benar, cinta tak harus memiliki. Jika aku terus bertahan denganmu, hanya akan membuat aku sakit, hanya akan membuat aku semakin menderita karena terus saja mengalah."Pria menggelengkan kepalanya, Satria langsung terduduk dengan tatapan memohon ke arah Fatma, dia sungguh-sungguh tidak ingin berpisah dengan wanita itu.Melihat tatapan Satria Fatma merasa iba tapi keputusannya juga sudah sangat bulat. "Maaf Mas, kamu harus bisa menghargai keputusanku. Sejujurnya aku pun tidak ingin melanggar Nazar ku atau pun mengambil keputusan ini, tetapi ini jalan yang terbaik. Apa kamu ingin membuat hidupku semakin menderita, Mas? Kamu mau semakin menanamka
"Sudah," jawab Rafa pada seorang perempuan cantik.Rafa menatap lekat ke arah wanita yang sedang menunduk dengan wajah sendu, tatapannya lurus mengarah ke lantai. "Kamu yakin tidak ingin bertemu dengan Satria, Azizah?"Ya, wanita itu adalah Azizah. Waktu berada di rumah sakit, Azizah tahu bahwa Rafa ini adalah sahabatnya Satria, dia tidak tahu lagi harus pergi ke mana, dan saat Fatma tidak berada di sana Azizah mendengar jika Rafa membutuhkan pembantu untuk di apartemennya, dia pun berinisiatif untuk bekerja di sana, tetapi Azizah juga meminta Rafa untuk tidak memberitahu keberadaannya kepada Satria."Tidak Tuan, aku sudah tidak ingin lagi bertemu dengan Mas Satria. Aku ingin mengubur semuanya dalam-dalam, aku ingin memulai kehidupanku yang baru." Wanita itu sejenak menghela nafasnya.Dia merasa setelah menikah dengan Satria, entah kenapa hidupnya selalu saja dikelilingi kesialan, bahkan sekarang dia sudah diusir oleh keluarganya dan kehilangan orang terkasihnya, yaitu kedua orang tua