"Ya sengaja aja ... aku mau mengukir kebahagiaan agar selalu kamu ingat," jawab Andre sambil duduk di kursi. "Ya sudah, mendingan sekarang kita makan. Suasana di sini begitu indah dan nyaman, apakah kamu ingin menyia-nyiakannya?" Pria itu mengedipkan sebelah matanya sehingga membuat Fatma terkekeh.Sikapnya yang humble dan juga humoris, membuat Fatma merasa nyaman berada di sisi Andre, apalagi tidak pernah ada pria yang memperhatikannya sebegitu dalam, hanya Andre seorang.'ndai saja Mas Satria memberikan perhatian, kenyamanan dan juga kepeduliannya seperti ini kepadaku, pasti aku akan sangat bahagia. Tapi sayang, itu semua mustahil.' Fatma menunduk menatap makanan yang berada di hadapannya. 'Sudahlah Fatma, tidak usah kamu memikirkan masa lalu. Sekaranglah waktunya kamu menatap masa depan yang sebentar lagi akan membuat matamu tertutup selamanya.'Andre melihat Fatma hanya diam saja seperti seseorang yang sedang melamun, dia pun memegang tangan wanita itu, membuat Fatma terlonjak dan
"Bukankah cinta tidak memandang fisik? Bukankah cinta yang tulus itu tidak perduli mau pasangannya lagi sakit atau tidak. Karena cinta sejati tidak pernah memandang kekurangan pasangannya, justru kekurangan itulah yang akan menjadi tameng kuatnya sebuah hubungan."Fatma benar-benar terhenyak, bahkan sangat tersentuh dengan perkataan Andre. Dia tak mungkin mengatakan pada pria itu bahwa dirinya juga nyaman saat Andre perlakuan dia dengan begitu sangat spesial."Aku mau pulang, Ndre.""Oke, aku akan mengantar kamu pulang. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, Fatma! Aku akan selalu berada di sisimu, dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu apapun yang terjadi. Mau kamu beranggapan aku ini cowok bodoh atau apapun itu ... satu kata, cinta. Karena cinta bisa membuat buta segalanya dan cintaku sangat tulus kepadamu."Saat Andre sedang mendorong kursi roda Fatma, dia tidak melihat jika wanita itu menitikkan air matanya. Tidak pernah Fatma merasa bahagia saat mendapatkan ungkapan cinta dari se
"Jadi jawaban kamu apa?" tanya Umi yang sudah tak sabar."Bismillah! Iya Abi, Umi, Fatma mau berpisah dengan Mas Satria, jika ini memang jalan yang terbaik. Dan Fatma sudah tidak bisa lagi menjalin hubungan dengan Mas Satria, karena rasanya begitu sangat sakit setiap mengingat setiap luka yang diberikannya di hati ini."Umi dan Abi tersenyum mendengar itu, mereka bukanlah orang tua yang jahat, ingin membuat putrinya berpisah dengan suami. Mereka juga tidak berniat untuk membuat Fatma menjadi istri yang durhaka, tetapi itu semua perlu dilakukan saat sebuah hubungan tidak bisa lagi di dasari dengan kejujuran bahkan kepercayaan."Abi senang mendengarnya Nak. Kamu tahu kenapa Abi begitu ngotot ingin mencerai kamu dengan Satria?" Fatma menggeleng. "Bukan hanya karena pria itu tidak mencintai kamu, dan bukan hanya dia yang tidak bisa menghargai kamu, tetapi ada hal lain yang membuat Abi memutuskan ini.""Apa itu, Bi?" tanya Fatma penasaran."Di dalam sebuah rumah tangga itu, kita harus meme
"Kamu yang pernah bilang kepadaku, kalau kamu tidak akan pernah meninggalkanku. Kamu tidak akan pernah berpisah dengan ku kan, Fatma?""Itu memang benar Mas. Tapi aku tidak pernah berjanji..Aku memang sangat mencintai kamu, aku memang tidak ingin berpisah denganmu, tetapi itu dulu Mas. Setelah aku pikir-pikir, apa yang dikatakan abi dan umi itu benar, cinta tak harus memiliki. Jika aku terus bertahan denganmu, hanya akan membuat aku sakit, hanya akan membuat aku semakin menderita karena terus saja mengalah."Pria menggelengkan kepalanya, Satria langsung terduduk dengan tatapan memohon ke arah Fatma, dia sungguh-sungguh tidak ingin berpisah dengan wanita itu.Melihat tatapan Satria Fatma merasa iba tapi keputusannya juga sudah sangat bulat. "Maaf Mas, kamu harus bisa menghargai keputusanku. Sejujurnya aku pun tidak ingin melanggar Nazar ku atau pun mengambil keputusan ini, tetapi ini jalan yang terbaik. Apa kamu ingin membuat hidupku semakin menderita, Mas? Kamu mau semakin menanamka
"Sudah," jawab Rafa pada seorang perempuan cantik.Rafa menatap lekat ke arah wanita yang sedang menunduk dengan wajah sendu, tatapannya lurus mengarah ke lantai. "Kamu yakin tidak ingin bertemu dengan Satria, Azizah?"Ya, wanita itu adalah Azizah. Waktu berada di rumah sakit, Azizah tahu bahwa Rafa ini adalah sahabatnya Satria, dia tidak tahu lagi harus pergi ke mana, dan saat Fatma tidak berada di sana Azizah mendengar jika Rafa membutuhkan pembantu untuk di apartemennya, dia pun berinisiatif untuk bekerja di sana, tetapi Azizah juga meminta Rafa untuk tidak memberitahu keberadaannya kepada Satria."Tidak Tuan, aku sudah tidak ingin lagi bertemu dengan Mas Satria. Aku ingin mengubur semuanya dalam-dalam, aku ingin memulai kehidupanku yang baru." Wanita itu sejenak menghela nafasnya.Dia merasa setelah menikah dengan Satria, entah kenapa hidupnya selalu saja dikelilingi kesialan, bahkan sekarang dia sudah diusir oleh keluarganya dan kehilangan orang terkasihnya, yaitu kedua orang tua
Mamanya Andre menatap ke arah Fatma dengan begitu lekat, bergantian kepada kedua orang tuanya. "Jadi begini ... sebenarnya kedatangan tante dan juga Andre, karena kami ingin mempunyai niat baik ke sini.""Niat baik? Maksudnya Tante?" Fatma semakin gugup."Kamu kan sudah sendiri, dan kamu juga pasti sudah tahu kan kalau Andre itu mencintai kamu. Jadi kedatangan tante dan Andre ke sini untuk melamar kamu."DEGH!Bagaikan disambar petir, Fatma benar-benar sangat syok, jantungnya kian berdebar dengan kuat, nafasnya tertahan dengan mata tak berkedip sama sekali saat mendengar ucapan dari mamanya Andre.Dugaannya ternyata benar, bahwa kedatangan mereka ke sana untuk melamarnya. Tapi berbeda dengan Umi dan Abinya mereka malah tersenyum bahagia saat wanita itu mengutarakan kedatangannya."Tapi Tante, aku kan dan Mas Satria baru saja bercerai, dan aku masih dalam masa iddah." Fatma akhirnya angkat bicara setelah beberapa menit terdiam."Iya aku tahu kok," ujar Andre, "aku akan menunggu sampai
Setelah perceraiannya bersama dengan Satria, Fatma tidak pernah lagi bertemu dengan pria itu, karena Satria juga sekarang lagi mengembangkan usahanya di luar kota. Dia ingin hidup tenang dan damai di sana."Ayo Mas, aku udah siap," ajak Fatma saat dia sudah duduk di kursi roda"Ayo sayang!" Andre membantu Fatma untuk duduk di mobil, setelah itu mereka berpamitan kepada Umi dan Abi karena Andre akan membawa Fatma ke kantornya.Dia ingin Fatma mengetahui tentang kantornya di mana nantinya perusahaan itu akan Andre wariskan kepada istrinya"Mas, aku sebenarnya ingin berbicara serius sama kamu." Fatma menyandarkan kepalanya di bahu kekar Andre yang sedang menyetir."Ada apa?" Pria itu mengelus kepala Fatma dengan begitu lembut."Kamu kan tahu aku tidak bisa memiliki anak, bagaimana pernikahan kita nanti tanpa anak, Mas? Sedangkan--" Lagi-lagi ucapan wanita itu terhenti karena Andre menaruh jari telunjuknya di bibir wanita tersebut."Udah kubilang, jangan pernah mengatakan itu! Aku menerim
Hari yang ditunggu pun telah tiba, saat ini adalah hari spesial bagi Fatma dan juga Andre, di mana mereka akan melangsungkan ijab qobul di rumah Fatma. Sementara acara resepsi nanti malam akan dilangsungkan di sebuah hotel ternama di kota tersebut."Saya terima nikah dan kawinnya Fatma Nur Azzahra dengan mas kawin tersebut tunai." Andre mengucapkan ijab qobul dalam satu kali tarikan nafas."SAAH!"Fatma yang tadinya berwajah tegang pun bisa bernafas lega, dia tersenyum saat semua orang mengatakan sah. Tak terasa air matanya kembali menetes, ini adalah pernikahan keduanya tetapi entah kenapa rasa bahagia melebihi pernikahannya bersama dengan Satria.Setelah mereka meminta restu kepada kedua orang tua masing-masing, keduanya pun saat ini sedang duduk di atas pelaminan menyambut para tamu yang mengucapkan selamat."Kamu hari ini benar-benar cantik sayang," puji Andre dengan begitu tulus. Matanya berbinar penuh pancaran cinta terhadap Fatma.Wanita itu tersipu malu, dia menundukkan kepala