"Azizah!" Fatma berkata dengan raut wajah yang kaget di dalam hatinya.Wanita yang ia tatap berjalan mendekat sambil menggandeng tangan seorang pria yang amat sangat ia kenali, tentu saja raut wajah Fatma bukan hanya terkejut, tetapi juga bingung ada hubungan apa antara Azizah dengan pria itu."Kenapa dia menggandeng tangan Rafa?" bingungnya."Sayang." Andre memanggil Fatma, membuat wanita itu seketika menoleh. "Itu bukannya Azizah dan juga sahabatnya mantan suami kamu ya? Kok bisa bergandengan seperti itu sih?""Aku juga tidak tahu Mas," jawab Fatma dengan lirih, hingga tiba-tiba Azizah sudah berada di depan matanya.Mereka pun langsung berpelukan, dan di sana Fatma menanyakan tentang hubungan keduanya. Ternyata Azizah dan juga Rafa sudah menikah, walaupun pernikahan mereka memang tidak mengundang banyak orang hanya dihadiri oleh keluarganya saja."Jadi sekarang kamu sudah menikah dengan Rafa? Kenapa kamu tidak pernah ngabariku, Azizah?""Maafkan aku ya Mbak, aku hanya tidak ingin me
Andre kembali menyatukan bibirnya bersama sang istri, melumbatnya dengan begitu penuh has rat, mengecap setiap manis bibir Indah tersebut, sementara tangannya sudah nakal dan robek lingerie yang dikenakan oleh Fatma."Kamu begitu cantik sayang," pujinya dengan tatapan hor-ny, sementara kedua tangan sudah menangkup 2 bukit kembar tersebut dan meremasnya secara perlahan, membuat Fatma menahan nafas dan memejamkan matanya."Mmmphh ... sssh." Dia melengkung saat remasan itu terasa begitu nikmat.Sementara Andre tersenyum kemudian dia menurunkan cium annya ke leher Fatma, meninggalkan beberapa jejak keunguan di sana, memberitahukan semua orang bahwa Fatma hanyalah miliknya dan selamanya akan tetap begitu.Tangannya menyusup di balik leher Fatma, membuka tali yang melingkar hingga pengait tersebut terlepas dan menampilkan dua bukit kembar Indah nan kenyal milik Fatma."Sangat indah, benar-benar membuatku tertantang." Andre dengan tatapan tak sabar kemudian dia kembali menciumi telinga Fatma
Pagi hari Fatma terbangun saat mendengar adzan subuh di ponselnya, dia mengerjapkan mata dan merasa kedinginan karena selimutnya sedikit melorot.Melirik ke arah samping dan tersenyum, ternyata yang dialaminya semalam bukanlah mimpi. Perlahan tangannya terangkat mengusap wajah tampan sang suami.'Betapa beruntungnya aku memiliki suami seperti dirimu. Aku merasa aku sudah menjadi seorang Ratu yang amat sangat dicintai oleh rajanya. Jika saja waktu dapat diputar, ingin rasanya aku menikah denganmu sejak dulu, jika melihat bagaimana perlakuan lembutmu dan bagaimana tatapan cintamu kepadaku Mas.' Tanpa terasa Fatma meneteskan air mata.Namun dia terlonjak kaget saat tiba-tiba saja tangannya ditangkap oleh Andre, kemudian dikecupnya dengan begitu lembut. "Good morning my wife tersayang.""Good morning, hubby," jawab Fatma sambil tersenyum manis.Andre tidak menjawab, dia langsung menyelundupkan wajahnya kepada dua gundukan hangat yang begitu kenyal menempel di dadanya, dan melihat kelakuan
"Mas, ini rumah siapa?" tanya Fatma saat mereka turun dari mobil dan dia melihat rumah yang begitu megah di hadapannya berlantai dua."Ini rumah kita," jawab Andre, "ayo masuk! Aku akan memperkenalkan kamu pada pelayan yang ada di sini."Wanita itu mengangguk sambil tersenyum, kemudian dia menggandeng lengan sang suami masuk ke dalam rumah dan melihat ada lima pelayan berjejer di sana, kemudian Andre pun memperkenalkannya satu persatu."Sekarang kita ke kamar yuk! Kamu juga pasti capek kan?" Namun Fatma mendengar nada bicara yang begitu aneh dari suaminya."Yakin ke kamar ngajak aku istirahat?" tebak Fatma sambil melirik ke arah sang suami saat berada di anak tangga."Sekalian bermain, hehe ..." Andre terkekeh kecil kemudian dia menggendong tubuh sang istri, membuat Fatma seketika mengalungkan tangannya."Mas, takut jatuh. Lebih baik aku turun dan jalan sendiri saja ya.""Tubuh kamu tidak berat, bahkan ringan seperti kapas." Pria itu tersenyum begitu manis, tatapannya lurus ke depan m
"Laki-laki Bu," jawab pelayan itu sambil menundukkan kepalanya."Hah? Laki-laki?" lirih Fatma yang sedikit kebingungan, karena dia merasa tidak mempunyai teman laki-laki selama ini.Wanita itu pun berjalan menuju ruang tamu, dan saat sampai di sana ada seorang pria yang tengah berdiri di depan pintu dengan posisi membelakanginya. "Maaf, Anda siapa? Kenapa cari saya?"Pria tersebut seketika membalikkan tubuhnya, dan itu tentu saja membuat Fatma sangat kaget, karena yang datang ternyata adalah mantan suaminya sendiri."Mas Satria," lirih Fatma dengan tatapan terkejut.Pria itu tersenyum melihat Fatma dari atas sampai bawah. 'Ternyata dia baik-baik saja.'"Maaf Mas, ada apa ya kamu malam-malam menemuiku?" Terdengar nada bicara Fatma sedikit canggung, karena walau bagaimanapun dia sekarang sudah menjadi seorang istri dan tidak mungkin mengizinkan mantan suaminya untuk masuk ke dalam tanpa seizin dari Andre."Sayang, siapa yang bertamu?" tanya Andre dari dalam rumah, sebab tadi dia mendeng
Pagi ini Fatma sudah berkemas karena besok dia sudah berangkat bulan madu bersama dengan Andre. Setelah selesai wanita itu berjalan ke ruang makan untuk meminum teh bersama umi dan abinya, karena kebetulan tadi pagi kedua orang tuanya datang."Umi, bantuin aku masak yuk! Aku mau bikin makan siang untuk dibawa ke kantornya mas Andre, nih."Dengan senang hati umi membantu putrinya, mereka pun membuat makanan kesukaan Andre, dan setelah selesai Fatma pun bersiap pergi ke kantor suaminya dengan senyum yang selalu terpantri di wajah cantiknya.Dia menyadari bahwa saat ini Andre sudah berhasil merebut hati dan cintanya, serta menggeserkan nama Satria di hatinya. Bahkan bayang-bayang percintaan mereka selalu saja berputar di kepala, mengingat bagaimana ganasnya Andre saat berada di atas ranjang.''Semoga mas Andre suka dengan masakan aku," lirih Fatma sambil tersenyum, kemudian merapikan gamis serta jilbabnya sebelumnya masuk ke dalam kantor.Wanita itu pun menaiki lift menuju lantai atas di
"Apa kalian tidak becus bekerja! Kenapa bisa seperti ini!" marah Andre sambil menggebrak meja dengan begitu kasar.Suaranya menggelar di ruangan itu, sehingga membuat semua karyawan yang menghadiri meeting tersebut pun merasa ketakutan, bahkan lutut mereka terasa begitu lemas melihat kemarahan bosnya."Saya mempekerjakan kalian di sini, menggaji kalian di sini, untuk memajukan perusahaan, bukan untuk membuatnya bangkrut. Kalau kalian tidak mampu untuk bekerja, silahkan kalian pergi dari sini!"Semua orang tidak ada yang bisa menjawab, bahkan hanya untuk sekedar mengangkat wajah saja mereka tidak sanggup, karena kemarahan Andre seperti seekor singa yang siap menyantap mangsanya."Ma-maaf Pak, ini berkas yang Anda minta." Wanita yang baru saja masuk menyerahkan sebuah berkas kepada Andre dengan tangan sedikit gemetar.Dengan sedikit kasar Andre merampas berkas tersebut, karena saat ini dirinya sedang dikuasai emosi sebab gara-gara keteledoran karyawannya dia harus mengalami kerugian cuk
"Azizah, kamu ada di sini juga? Ayo duduk!" Fatma menarik salah satu kursi yang ada di sampingnya.Wanita itu langsung terduduk. "Maaf jika aku mengganggu. Tapi aku ingin berbicara dengan kamu Mbak. Kemarin aku ke rumah umi dan abi, tapi kata mereka kamu sudah tidak tinggal di sana."Fatma mengangguk lalu mengelap mulutnya dengan tisu, kemudian dia pun berkata, "memangnya ada hal penting apa?""Begini Mbak ... aku sebenarnya ingin meminta maaf karena dulu tidak pamit kepada Mbak, tidak berterima kasih atas segala bantuan Mbak, kepadaku. Tapi saat itu aku tidak bicara, karena tidak mau saja menambah beban hidup Mbak jadi aku memutuskan untuk pergi."Azizah masih merasa bersalah bahkan setelah pertemuannya bersama dengan Fatma di resepsi pernikahan wanita itu, tetap saja masih mengganjal seperti ada sesuatu hal yang belum plong di dalam hatinya."It's okay, aku memahami kamu kok. Jangan terlalu dipikirkan! Kita ini kan sudah seperti adik kakak, jadi sudah sepatutnya kita saling memaafk