"Apa kalian tidak becus bekerja! Kenapa bisa seperti ini!" marah Andre sambil menggebrak meja dengan begitu kasar.Suaranya menggelar di ruangan itu, sehingga membuat semua karyawan yang menghadiri meeting tersebut pun merasa ketakutan, bahkan lutut mereka terasa begitu lemas melihat kemarahan bosnya."Saya mempekerjakan kalian di sini, menggaji kalian di sini, untuk memajukan perusahaan, bukan untuk membuatnya bangkrut. Kalau kalian tidak mampu untuk bekerja, silahkan kalian pergi dari sini!"Semua orang tidak ada yang bisa menjawab, bahkan hanya untuk sekedar mengangkat wajah saja mereka tidak sanggup, karena kemarahan Andre seperti seekor singa yang siap menyantap mangsanya."Ma-maaf Pak, ini berkas yang Anda minta." Wanita yang baru saja masuk menyerahkan sebuah berkas kepada Andre dengan tangan sedikit gemetar.Dengan sedikit kasar Andre merampas berkas tersebut, karena saat ini dirinya sedang dikuasai emosi sebab gara-gara keteledoran karyawannya dia harus mengalami kerugian cuk
"Azizah, kamu ada di sini juga? Ayo duduk!" Fatma menarik salah satu kursi yang ada di sampingnya.Wanita itu langsung terduduk. "Maaf jika aku mengganggu. Tapi aku ingin berbicara dengan kamu Mbak. Kemarin aku ke rumah umi dan abi, tapi kata mereka kamu sudah tidak tinggal di sana."Fatma mengangguk lalu mengelap mulutnya dengan tisu, kemudian dia pun berkata, "memangnya ada hal penting apa?""Begini Mbak ... aku sebenarnya ingin meminta maaf karena dulu tidak pamit kepada Mbak, tidak berterima kasih atas segala bantuan Mbak, kepadaku. Tapi saat itu aku tidak bicara, karena tidak mau saja menambah beban hidup Mbak jadi aku memutuskan untuk pergi."Azizah masih merasa bersalah bahkan setelah pertemuannya bersama dengan Fatma di resepsi pernikahan wanita itu, tetap saja masih mengganjal seperti ada sesuatu hal yang belum plong di dalam hatinya."It's okay, aku memahami kamu kok. Jangan terlalu dipikirkan! Kita ini kan sudah seperti adik kakak, jadi sudah sepatutnya kita saling memaafk
"Kita udah sampai sayang." Andre membangunkan sang istri saat pesawat sudah mendarat, mereka berjalan keluar dari pesawat tersebut dan masuk ke dalam bandara untuk mengambil koper.Akan tetapi seketika Fatma tercengang saat membaca nama bandara tersebut yang ternyata adalah Bandar Internasional Dubai."Mas, kita ada di Dubai?" kaget Fatma dengan tatapan membulat dan langsung dibalas anggukkan oleh Andre dengan senyuman yang manis."Iya, kamu kan selalu ingin ke sini. Bukankah sedari dulu cita-citamu ingin sekali pergi untuk jalan-jalan ke Dubai? Jadi sekarang aku kabulkan."Tanpa terasa Fatma meneteskan air mata, dia memeluk penuh rasa haru pada suaminya. Sungguh tak pernah terbayangkan oleh Fatma jika saat ini dia menginjakkan kaki di kota tersebut, di mana Fatma ingin sekali ke sana namun tak pernah kesampaian."Hei jangan menangis sayang! Apa kamu tidak suka aku membawamu ke sini?" Andre mengusap lembut air mata yang membasahi pipi istrinya."Aku sangat bahagia, Mas, sampai aku tid
Fatma juga ikut tercengang saat melihat pria tampan yang ditabrak oleh suaminya,dia sampai melihat bergantian ke arah Andre dan juga pria tampak tersebut.'Astagfirullah!Kenapa wajah mereka sama?' kaget Fatma di dalam hati.Sementara Andre masih tidak berkedip dengan mulut sedikit menganga, dia masih tak percaya jika ada pria yang mirip dengannya begitu pula dengan pria tersebut."Maaf, apa kita saling mengenal?" tanya pria tampan yang berada di hadapan Andre. "Kenapa wajah kita sangat mirip?""Aku tidak tahu, maaf, nama saya Andre.""Saya Geovano Abraham, panggil saja Vano. Bisakah kita duduk sebentar!"Andre mengiyakan karena dia pun sangat penasaran kenapa wajah mereka begitu sama, lalu ketiganya pun duduk di salah satu meja yang kosong. Tak lupa Andre mengenalkan Fatma kepada pria tampan tersebut."Tuan Vano, perkenalkan ini adalah istri saya, namanya Fatma."Vano langsung mengulurkan tangannya, akan tetapi Fatma langsung menangkupkan kedua tangan di depan dada sambil mengangguk k
"Apa pertanyaanku masih kurang jelas Mah? Apakah aku punya kakak atau punya adik?"Tante Lena seketika bungkam, wajahnya mendadak menjadi gugup dan tegang, membuat Andre seketika memicingkan matanya. "Kenapa Mama terlihat tegang begitu? Apakah ada sesuatu hal yang Mama sembunyikan dariku selama ini?"Wanita itu tidak menjawab. Dia bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja, namun Andre yang sudah kepalang penasaran pun mengejar sang mama dan saat sampai di ruang tamu dia menahan tangannya."Kenapa Mama pergi? Itu membuktikan bahwa Mama memang menyembunyikan sesuatu dariku. Sekarang katakan kepadaku! Apa yang Mama sembunyikan selama ini? Apakah benar bahwa aku mempunyai saudara?"Kedua netral tante Lena sudah dipenuhi oleh linangan air mata, membuat Andre semakin yakin bahwa mamanya sedang menyembunyikan sesuatu hal yang penting darinya.Tidak menjawab, tante Lena malah menangis, membuat Fatma mengusap lengannya. "Mas, kamu jangan menekan Mama seperti itu dong!""Siapa juga yang menek
"Itu loh Mah, orang yang aku ceritain sama Mama, bahwa aku ketemu dia di Dubai dan wajahnya sangat mirip denganku. Apa jangan-jangan dia adalah kakakku?""Siapa nama pria itu, Nak?" Tante Lena mulai serius."Namanya Geovano Abraham.""Apa! Abraham!" kaget tante Lena dengan tatapan membulat."Iya, Mama kenal?""Itu adalah nama kepanjangan dari adiknya Papa yang tinggal di Turki. Sudah lama sekali Mama tidak kontak bersama dengan mereka karena dulu papa dan juga adiknya ada konflik tentang harta warisan, dan sampai sekarang kami tidak ada kontak lagi. Mama juga tidak tahu bagaimana perkembangan kakakmu karena setahu Mama mereka sudah pergi entah ke mana."Andre seketika terpaku, begitu pula dengan Fatma dan kedua orang tuanya. Mendadak semua membisu sehingga ruangan itu pun menjadi hening karena mereka sedang bergelut dengan pikirannya sendiri."Bisa saja orang yang kamu temui di Dubai itu adalah kakakmu sendiri.""Mah, aku tidak mau tahu. Pokoknya Mama harus mengajak aku untuk bertem
Pagi ini Andre masih mendiamkan tante Lena, karena dia masih kecewa kepada wanita itu sebab secara tidak langsung sang Mama sudah memisahkannya bersama dengan saudara kembarnya.Fatma melihat kecanggungan di meja makan tersebut, membuatnya merasa tak nyaman. Kemudian dia menggenggam tangan Andre, tetapi pria itu tidak menghiraukan kode dari sang istri."Aku ke kantor dulu ya," ucapnya sambil mengulurkan tangan kepada Fatma untuk dicium."Ya sudah, aku antar kamu ke teras ya, Mas.""Nggak usah, kamu istirahat saja. Assalamualaikum." Pria itu pun berlalu begitu saja tanpa mencium tangan sang mama.Tentu saja tante Lena merasa sedih dengan sikap Andre yang mendadak menjadi dingin. Dia tahu bahwa putranya saat ini tengah kecewa kepadanya, tapi walau bagaimanapun dia juga tidak ingin hal itu terjadi."Oh ya Mah, aku semalam udah ngusulin Mas Andre kalau kita akan mengadakan pertemuan. Kebetulan Tuan Geovano satu minggu lagi akan pulang bersama kedua orang tuanya, katanya sekalian ingin men
Sesampainya mobil di halaman restoran, ketiga orang itu tak langsung turun dari mobil, sebab Andre maupun tante Lena sama-sama menetralkan perasaannya terlebih dahulu untuk mempersiapkan Apa yang akan terjadi nanti di dalam."Mah, Mas, kalian pasti bisa. Jika memang Tuan Vano adalah keluarga kalian, itu pasti akan menjadi momen yang paling mengharukan sekaligus membahagiakan. Jadi sebaiknya kita turun dan masuk, karena tidak enak jika mereka terlalu menunggu lama," ucap Fatma memberi pengertian kepada suami dan juga mertuanya.Andre mengangguk, dia terlihat menghela nafasnya dengan perlahan, kemudian turun dari mobil merapikan kemejanya dan menggandeng tangan Fatma, sementara tante Lena berjalan dari belakang.Sebelum tangannya membuka pintu ruangan yang sudah ia pesan, Andre bertanya terlebih dahulu kepada pelayan yang ada di sana, dan ternyata memang keluarga Vano sudah datang."Bismillah," ucap lirih Andre, kemudian dia membuka pintu tersebut.Saat dirinya masuk dia tersenyum ke ar