"Itu loh Mah, orang yang aku ceritain sama Mama, bahwa aku ketemu dia di Dubai dan wajahnya sangat mirip denganku. Apa jangan-jangan dia adalah kakakku?""Siapa nama pria itu, Nak?" Tante Lena mulai serius."Namanya Geovano Abraham.""Apa! Abraham!" kaget tante Lena dengan tatapan membulat."Iya, Mama kenal?""Itu adalah nama kepanjangan dari adiknya Papa yang tinggal di Turki. Sudah lama sekali Mama tidak kontak bersama dengan mereka karena dulu papa dan juga adiknya ada konflik tentang harta warisan, dan sampai sekarang kami tidak ada kontak lagi. Mama juga tidak tahu bagaimana perkembangan kakakmu karena setahu Mama mereka sudah pergi entah ke mana."Andre seketika terpaku, begitu pula dengan Fatma dan kedua orang tuanya. Mendadak semua membisu sehingga ruangan itu pun menjadi hening karena mereka sedang bergelut dengan pikirannya sendiri."Bisa saja orang yang kamu temui di Dubai itu adalah kakakmu sendiri.""Mah, aku tidak mau tahu. Pokoknya Mama harus mengajak aku untuk bertem
Pagi ini Andre masih mendiamkan tante Lena, karena dia masih kecewa kepada wanita itu sebab secara tidak langsung sang Mama sudah memisahkannya bersama dengan saudara kembarnya.Fatma melihat kecanggungan di meja makan tersebut, membuatnya merasa tak nyaman. Kemudian dia menggenggam tangan Andre, tetapi pria itu tidak menghiraukan kode dari sang istri."Aku ke kantor dulu ya," ucapnya sambil mengulurkan tangan kepada Fatma untuk dicium."Ya sudah, aku antar kamu ke teras ya, Mas.""Nggak usah, kamu istirahat saja. Assalamualaikum." Pria itu pun berlalu begitu saja tanpa mencium tangan sang mama.Tentu saja tante Lena merasa sedih dengan sikap Andre yang mendadak menjadi dingin. Dia tahu bahwa putranya saat ini tengah kecewa kepadanya, tapi walau bagaimanapun dia juga tidak ingin hal itu terjadi."Oh ya Mah, aku semalam udah ngusulin Mas Andre kalau kita akan mengadakan pertemuan. Kebetulan Tuan Geovano satu minggu lagi akan pulang bersama kedua orang tuanya, katanya sekalian ingin men
Sesampainya mobil di halaman restoran, ketiga orang itu tak langsung turun dari mobil, sebab Andre maupun tante Lena sama-sama menetralkan perasaannya terlebih dahulu untuk mempersiapkan Apa yang akan terjadi nanti di dalam."Mah, Mas, kalian pasti bisa. Jika memang Tuan Vano adalah keluarga kalian, itu pasti akan menjadi momen yang paling mengharukan sekaligus membahagiakan. Jadi sebaiknya kita turun dan masuk, karena tidak enak jika mereka terlalu menunggu lama," ucap Fatma memberi pengertian kepada suami dan juga mertuanya.Andre mengangguk, dia terlihat menghela nafasnya dengan perlahan, kemudian turun dari mobil merapikan kemejanya dan menggandeng tangan Fatma, sementara tante Lena berjalan dari belakang.Sebelum tangannya membuka pintu ruangan yang sudah ia pesan, Andre bertanya terlebih dahulu kepada pelayan yang ada di sana, dan ternyata memang keluarga Vano sudah datang."Bismillah," ucap lirih Andre, kemudian dia membuka pintu tersebut.Saat dirinya masuk dia tersenyum ke ar
"Mbak, wanita itu siapa?" tanya Tante Angelica kepada tante Lena."Dia adalah Fatma, menantuku, istrinya Andre," jawab Tante Lena sambil menghapus air matanya.Tante Angelica mengangguk, kemudian tatapannya kembali beralih kepada putra semata wayangnya tersebut. "Sayang, mama mohon jangan bersikap seperti itu kepada Mamamu! Semua ini murni kesalahan papa dan mama yang telah menjauhkan kalian. Kami dulu cekcok karena sebuah harta warisan, tapi kini kami sadar bahwa harta itu tidaklah penting dibandingkan tali persaudaraan. Jangan sampai kamu menyesal seperti apa yang telah mama dan papa rasakan saat ini."Vano terdiam mendengar ucapan sang Mama, dia melirik ke arah papanya, kemudian kembali menatap kearah wanita yang berada dihadapannya tersebut.Seketika Vano langsung memeluk tubuh tante Lena, dia juga merindukan wanita itu, wanita yang telah melahirkannya ke dunia, walaupun bukan tante Lena yang mengurusnya dan juga menjaganya sedari kecil."Aku juga sangat merindukan Mama."Tante Le
"Andre, sebenarnya Fatma sakit apa? Kenapa tiba-tiba dia pingsan?" tanya Vano yang penasaran saat mereka sudah berada di Rumah Sakit dan sedang menunggu Fatma di depan UGD."Sebenarnya Fatma sedang sakit keras," jawab Andre, kemudian dia pun menjelaskan perihal tentang penyakit Fatma kepada Vano dan kedua orang tua angkatnya.Tentu saja mereka sangat terkejut, tak menyangka jika ternyata di balik senyuman manis Fatma, wanita itu mengidap penyakit yang sangat ganas bahkan mematikan."Sorry ya, aku nggak tahu kalau Fatma memang sakit keras. Tapi aku yakin dia wanita yang kuat, dia mampu melewati ini semua." Vano menepuk pundak saudaranya"Iya Kak, terima kasih banyak." Andre tersenyum kemudian memeluk tubuh sang kakak, setelah itu dia pun duduk sambil menunggu dokter keluar."Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Andre saat dokter sudah selesai memeriksa keadaan Fatma."Saya sarankan untuk dirawat di rumah sakit, karena kondisinya benar-benar lemah. Dan saya tidak bisa memastikan be
"Aku tidak tahu, dan aku tidak mau tahu. Mau Anda Presiden, mau kau pejabat sekalipun, tidak ada hubungannya dengan hidupku. Sudahlah, minggir aku mau masuk!" Wanita itu menyenggol bahu Vano.Bahkan dia tidak peduli dengan tatapan tajam dari pria tampan tersebut, dan lebih mengherankan bagi Vano adalah ... wanita itu berani menggertaknya, padahal selama ini tidak ada yang berani kepadanya."Tuan, apakah saya perlu memberi pelajaran kepada wanita tadi?" tanya Samuel dengan tatapan tajamnya kepada wanita yang baru saja masuk ke dalam Cafe tersebut."Tidak usah. Ayo kita pulang! Mama sudah menunggu," ajak Vano sambil membenarkan kacamatanya kembali kemudian mereka masuk di dalam mobil.'Siapa wanita tadi? Aku jadi penasaran, dia sampai tidak tergila-gila dengan ketampananku, padahal wanita manapun akan terpesona dengan Wwibawa dan juga parasku yang terlampau melebihi Dewa.' batin Vano dengan begitu pedenya.Entah kenapa dia merasa penasaran dengan wanita yang baru saja menabraknya, di m
"Jadi namanya Caca. Nama yang sangat lucu, sesuai dengan parasnya," lirih Vano sambil tersenyum."Tuan, dia juga bekerja di perusahaan milik Tuan Andre," ujar Samuel."Menarik." Terlihat senyum menyeringai dari Vano. "Kita lihat saja Nona! Permainan apa yang akan aku berikan kepadamu. Kau sudah berani menggertakku, dan kau tidak tahu siapa diriku."Pria itu sudah menemukan sebuah cara untuk menjerat wanita tersebut, lebih tepatnya untuk bermain-main dengan Caca, karena entah kenapa Vano langsung tertarik pada wanita yang baru ditemuinya pertama kali.Pagi hari Vano sudah siap dengan setelan kantornya. Dia memang tidak memiliki cabang di Indonesia, itu kenapa Tante Lena merasa heran."Kamu mau ke mana, kok sudah rapi saja?" tanyanya saat berada di meja makan."Selama Andre menunggu istrinya di Singapura aku yang akan menghandel kantor milik dia, Mah. Karena walau bagaimanapun aku ingin membantu Andre, supaya pria itu fokus pada kesehatan Fatma dan untuk urusan kantor aku bisa membantu
Pria itu tersenyum sinis kemudian dia bangkit dari duduknya berjalan perlahan ke arah Caca. Melihat wanita itu dengan raut wajah yang sudah tegang."Kenapa? Apa kau lupa denganku?" tanyanya dengan nada begitu angkuh.Caca meremas roknya, dia merutuki kebodohannya kemarin karena sudah menggertak Vano. 'Astaga! Jadi dia CEO pengganti Pak Andre. Aduh ... bagaimana kalau dia mencari masalah denganku dan dia malah memecatku? Tapi kan di luar itu semua tidak ada masalahnya dengan kerjaan?'"Kenapa kau diam saja?" tanya Vano kembali saat melihat wanita yang berada di hadapannya dia membisu."Tidak apa-apa, Pak. Saya cuma kaget saja. Dan saya rasa hubungan kemarin tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan, itu di luar dari kerjaan kita kan Pak. Memangnya apa kesalahan saya sampai harus dipanggil ke sini?"Vano sangat tertarik dengan pribadi Caca. Dia sama sekali tidak takut dengan dirinya. 'Menarik. Bahkan dia seperti menantangku, tidak takut jika aku akan memencetnya. Baiklah kita akan berm