Pagi hari Fatma terbangun saat mendengar adzan subuh di ponselnya, dia mengerjapkan mata dan merasa kedinginan karena selimutnya sedikit melorot.Melirik ke arah samping dan tersenyum, ternyata yang dialaminya semalam bukanlah mimpi. Perlahan tangannya terangkat mengusap wajah tampan sang suami.'Betapa beruntungnya aku memiliki suami seperti dirimu. Aku merasa aku sudah menjadi seorang Ratu yang amat sangat dicintai oleh rajanya. Jika saja waktu dapat diputar, ingin rasanya aku menikah denganmu sejak dulu, jika melihat bagaimana perlakuan lembutmu dan bagaimana tatapan cintamu kepadaku Mas.' Tanpa terasa Fatma meneteskan air mata.Namun dia terlonjak kaget saat tiba-tiba saja tangannya ditangkap oleh Andre, kemudian dikecupnya dengan begitu lembut. "Good morning my wife tersayang.""Good morning, hubby," jawab Fatma sambil tersenyum manis.Andre tidak menjawab, dia langsung menyelundupkan wajahnya kepada dua gundukan hangat yang begitu kenyal menempel di dadanya, dan melihat kelakuan
"Mas, ini rumah siapa?" tanya Fatma saat mereka turun dari mobil dan dia melihat rumah yang begitu megah di hadapannya berlantai dua."Ini rumah kita," jawab Andre, "ayo masuk! Aku akan memperkenalkan kamu pada pelayan yang ada di sini."Wanita itu mengangguk sambil tersenyum, kemudian dia menggandeng lengan sang suami masuk ke dalam rumah dan melihat ada lima pelayan berjejer di sana, kemudian Andre pun memperkenalkannya satu persatu."Sekarang kita ke kamar yuk! Kamu juga pasti capek kan?" Namun Fatma mendengar nada bicara yang begitu aneh dari suaminya."Yakin ke kamar ngajak aku istirahat?" tebak Fatma sambil melirik ke arah sang suami saat berada di anak tangga."Sekalian bermain, hehe ..." Andre terkekeh kecil kemudian dia menggendong tubuh sang istri, membuat Fatma seketika mengalungkan tangannya."Mas, takut jatuh. Lebih baik aku turun dan jalan sendiri saja ya.""Tubuh kamu tidak berat, bahkan ringan seperti kapas." Pria itu tersenyum begitu manis, tatapannya lurus ke depan m
"Laki-laki Bu," jawab pelayan itu sambil menundukkan kepalanya."Hah? Laki-laki?" lirih Fatma yang sedikit kebingungan, karena dia merasa tidak mempunyai teman laki-laki selama ini.Wanita itu pun berjalan menuju ruang tamu, dan saat sampai di sana ada seorang pria yang tengah berdiri di depan pintu dengan posisi membelakanginya. "Maaf, Anda siapa? Kenapa cari saya?"Pria tersebut seketika membalikkan tubuhnya, dan itu tentu saja membuat Fatma sangat kaget, karena yang datang ternyata adalah mantan suaminya sendiri."Mas Satria," lirih Fatma dengan tatapan terkejut.Pria itu tersenyum melihat Fatma dari atas sampai bawah. 'Ternyata dia baik-baik saja.'"Maaf Mas, ada apa ya kamu malam-malam menemuiku?" Terdengar nada bicara Fatma sedikit canggung, karena walau bagaimanapun dia sekarang sudah menjadi seorang istri dan tidak mungkin mengizinkan mantan suaminya untuk masuk ke dalam tanpa seizin dari Andre."Sayang, siapa yang bertamu?" tanya Andre dari dalam rumah, sebab tadi dia mendeng
Pagi ini Fatma sudah berkemas karena besok dia sudah berangkat bulan madu bersama dengan Andre. Setelah selesai wanita itu berjalan ke ruang makan untuk meminum teh bersama umi dan abinya, karena kebetulan tadi pagi kedua orang tuanya datang."Umi, bantuin aku masak yuk! Aku mau bikin makan siang untuk dibawa ke kantornya mas Andre, nih."Dengan senang hati umi membantu putrinya, mereka pun membuat makanan kesukaan Andre, dan setelah selesai Fatma pun bersiap pergi ke kantor suaminya dengan senyum yang selalu terpantri di wajah cantiknya.Dia menyadari bahwa saat ini Andre sudah berhasil merebut hati dan cintanya, serta menggeserkan nama Satria di hatinya. Bahkan bayang-bayang percintaan mereka selalu saja berputar di kepala, mengingat bagaimana ganasnya Andre saat berada di atas ranjang.''Semoga mas Andre suka dengan masakan aku," lirih Fatma sambil tersenyum, kemudian merapikan gamis serta jilbabnya sebelumnya masuk ke dalam kantor.Wanita itu pun menaiki lift menuju lantai atas di
"Apa kalian tidak becus bekerja! Kenapa bisa seperti ini!" marah Andre sambil menggebrak meja dengan begitu kasar.Suaranya menggelar di ruangan itu, sehingga membuat semua karyawan yang menghadiri meeting tersebut pun merasa ketakutan, bahkan lutut mereka terasa begitu lemas melihat kemarahan bosnya."Saya mempekerjakan kalian di sini, menggaji kalian di sini, untuk memajukan perusahaan, bukan untuk membuatnya bangkrut. Kalau kalian tidak mampu untuk bekerja, silahkan kalian pergi dari sini!"Semua orang tidak ada yang bisa menjawab, bahkan hanya untuk sekedar mengangkat wajah saja mereka tidak sanggup, karena kemarahan Andre seperti seekor singa yang siap menyantap mangsanya."Ma-maaf Pak, ini berkas yang Anda minta." Wanita yang baru saja masuk menyerahkan sebuah berkas kepada Andre dengan tangan sedikit gemetar.Dengan sedikit kasar Andre merampas berkas tersebut, karena saat ini dirinya sedang dikuasai emosi sebab gara-gara keteledoran karyawannya dia harus mengalami kerugian cuk
"Azizah, kamu ada di sini juga? Ayo duduk!" Fatma menarik salah satu kursi yang ada di sampingnya.Wanita itu langsung terduduk. "Maaf jika aku mengganggu. Tapi aku ingin berbicara dengan kamu Mbak. Kemarin aku ke rumah umi dan abi, tapi kata mereka kamu sudah tidak tinggal di sana."Fatma mengangguk lalu mengelap mulutnya dengan tisu, kemudian dia pun berkata, "memangnya ada hal penting apa?""Begini Mbak ... aku sebenarnya ingin meminta maaf karena dulu tidak pamit kepada Mbak, tidak berterima kasih atas segala bantuan Mbak, kepadaku. Tapi saat itu aku tidak bicara, karena tidak mau saja menambah beban hidup Mbak jadi aku memutuskan untuk pergi."Azizah masih merasa bersalah bahkan setelah pertemuannya bersama dengan Fatma di resepsi pernikahan wanita itu, tetap saja masih mengganjal seperti ada sesuatu hal yang belum plong di dalam hatinya."It's okay, aku memahami kamu kok. Jangan terlalu dipikirkan! Kita ini kan sudah seperti adik kakak, jadi sudah sepatutnya kita saling memaafk
"Kita udah sampai sayang." Andre membangunkan sang istri saat pesawat sudah mendarat, mereka berjalan keluar dari pesawat tersebut dan masuk ke dalam bandara untuk mengambil koper.Akan tetapi seketika Fatma tercengang saat membaca nama bandara tersebut yang ternyata adalah Bandar Internasional Dubai."Mas, kita ada di Dubai?" kaget Fatma dengan tatapan membulat dan langsung dibalas anggukkan oleh Andre dengan senyuman yang manis."Iya, kamu kan selalu ingin ke sini. Bukankah sedari dulu cita-citamu ingin sekali pergi untuk jalan-jalan ke Dubai? Jadi sekarang aku kabulkan."Tanpa terasa Fatma meneteskan air mata, dia memeluk penuh rasa haru pada suaminya. Sungguh tak pernah terbayangkan oleh Fatma jika saat ini dia menginjakkan kaki di kota tersebut, di mana Fatma ingin sekali ke sana namun tak pernah kesampaian."Hei jangan menangis sayang! Apa kamu tidak suka aku membawamu ke sini?" Andre mengusap lembut air mata yang membasahi pipi istrinya."Aku sangat bahagia, Mas, sampai aku tid
Fatma juga ikut tercengang saat melihat pria tampan yang ditabrak oleh suaminya,dia sampai melihat bergantian ke arah Andre dan juga pria tampak tersebut.'Astagfirullah!Kenapa wajah mereka sama?' kaget Fatma di dalam hati.Sementara Andre masih tidak berkedip dengan mulut sedikit menganga, dia masih tak percaya jika ada pria yang mirip dengannya begitu pula dengan pria tersebut."Maaf, apa kita saling mengenal?" tanya pria tampan yang berada di hadapan Andre. "Kenapa wajah kita sangat mirip?""Aku tidak tahu, maaf, nama saya Andre.""Saya Geovano Abraham, panggil saja Vano. Bisakah kita duduk sebentar!"Andre mengiyakan karena dia pun sangat penasaran kenapa wajah mereka begitu sama, lalu ketiganya pun duduk di salah satu meja yang kosong. Tak lupa Andre mengenalkan Fatma kepada pria tampan tersebut."Tuan Vano, perkenalkan ini adalah istri saya, namanya Fatma."Vano langsung mengulurkan tangannya, akan tetapi Fatma langsung menangkupkan kedua tangan di depan dada sambil mengangguk k
"Mas Satria!" kaget Fatma.Satria menatap teduh ke arah Fatma, bergantian pada bayi yang ada di dalam gendongan wanita itu. "Hai, aku tadi habis meeting tidak sengaja melihat kalian. Maaf jika aku mengganggu.""Tidak apa Nak. Sini duduklah bergabung bersama dengan kami!" ajak Abi sambil menepuk kursi kosong yang ada di sebelahnya."Oh ya, tidak apa Bi. Saya juga masih ada pekerjaan, dan bayi ini siapa?" tanyanya penasaran sambil melihat ke arah bayi mungil nan cantik yang berada di dalam gendongan mantan istrinya."Ini adalah anak kami," jawab Andre."Hah? Anak?" bingung Satria, karena setahunya Fatma tidak bisa hamil. Dia juga memperhatikan bahwa wajah wanita itu sekarang berbinar dengan sangat cantik, tidak seperti saat berada di sisinya pucat tanpa gairah.'Fatma benar-benar berubah. Auranya sekarang terpancar begitu sangat indah dan cantik, berbeda saat dia bersamaku dulu.' batin Satria."Iya, memang Fatma tidak bisa hamil," sindir Andre yang tahu isi di dalam pikiran Satria. "Tap
"Kalau aku sih setuju saja. Lalu kapan kita akan ke sana dan rekomendasi Panti Asuhan mana yang bagus menurut mama atau menurut Umi dan Abi?""Umi punya rekomendasi yang bagus," ucap Umi Khaira.Mereka setuju untuk 4 hari ke sana, melihat apakah ada seorang bayi yang akan diadopsi atau tidak. Dan setelah makan malam selesai Caca dan juga tante Lena pulang begitu pula dengan Umi dan Abi."Kamu baik-baik ya Nak. Kalau ada apa-apa dan butuh apa-apa, tinggal bilang sama Umi. Pasti Umi buatkan dan Umi bantu. Dan Andre. Tolong jaga Fatma ya! Besok Umi ke sini lagi.""Iya Umi. Umi dan Abi hati-hati di jalannya!""Assalamualaikum," ucap Abi dan Umi serempak."Waalaikumsalam."..Hari yang ditunggu pun telah tiba, di mana hari ini Fatma, Andre dan keluarga mereka pergi ke sebuah Panti Asuhan, tetapi tidak dengan Caca, karena dia menemani Vano di rumah."Ayo kita masuk!" ajak Umi, "Assalamualaikum!" ucapnya saat mereka sudah masuk ke dalam panti asuhan."Waalaikumsalam. Eh, mbak Khaira." Seora
Hari ini Fatma dan juga Andre pulang kembali ke tanah air zetelah wanita itu dinyatakan sembuh. Tentu saja membuat kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata oleh Andre maupun kedua orang tua Fatma."Mas, aku bisa jalan sendiri," ucap Fatma dengan wajah yang malu saat Andre menggendongnya turun dari mobil setelah mereka sampai di rumah."Iya, aku tahu, tapi aku tidak mau jika istriku sampai kelelahan," jawabannya sambil tersenyum manis, kemudian dia masuk dan menidurkan Fatma di atas ranjang. "Istirahat dulu ya! Nanti setelah makanan siap aku akan memberitahumu."Fatma hanya bisa mengangguk sambil tersenyum bahagia, karena perlakuan Andre yang begitu membuatnya semakin jatuh cinta.Dia merasa seperti seorang ratu di dalam kehidupan Andre, di mana pria itu tak pernah sekalipun menyakitinya, bahkan selalu membuatnya tersenyum. Mungkin memang itu yang dinamakan cinta sejati."Sekarang aku percaya Mas, bahwa penyakit itu bisa sembuh bukan karena Allah saja, tetapi karena bat
"Bu, Caca pergi dulu ya," ucap Caca sambil mencium tangan ibunya saat jam menunjukkan pukul 07.30 pagi, sebab tadi Vano sudah mengirimkan pesan bahwa sopirnya sedang menunggu di parkiran rumah sakit."Maafkan Ibu ya, Nak, kamu harus menikah dengannya tanpa cinta. Maaf jika kami belum bisa menjadi orang tua yang baik untukmu." Bu Eka menangis."Ibu ini bicara apa sih. Tidak perlu menyesali apapun. Caca ikhlas kok. Lagi pula, cinta akan datang seiring berjalannya waktu. Doakan saja yang terbaik untuk rumah tangga Caca. Kalau begitu Caca pamit ya Bu, Pak Vano sudah menunggu."Setelah mencium tangan ibunya Caca pergi, akan tetapi sang ayah masih belum tersadar, sehingga wali nikah diwakilkan kepada wali hakim, sebab tidak memungkinkan untuk ayahnya Caca hadir.Saat mobil sudah sampai di kediaman tante Lena, Caca langsung disambut oleh wanita itu. "Jadi kamu yang bernama Caca?""Iya Tante. Maaf, Tante siapa ya?" Caca yang bilang memang belum mengetahui siapa Tante Lena."Perkenalkan. Saya
"Syarat? Syarat apa yang Bapak maksud?" bingung Caca sambil menatap ke arah Vano.Pria itu tersenyum miring kemudian dia melipat tangannya di depan dada dan menyandarkan tubuhnya di dinding."Syaratnya adalah ... kau harus menikah denganku!" Ucapan Vano sontak membuat kedua bola mata Caca membulat, tetapi pria itu masih terlihat begitu santai. "Ya terserah pada dirimu ... kalau kau memang sayang dengan ayahmu, maka aku bisa membantumu. Syaratnya adalah tadi, jika kau tak mau juga tak masalah."Pria itu menegakkan tubuhnya hendak pergi dari sana, namun tiba-tiba Caca menahan tangannya. "Saya mau, Pak."Dia tidak mempunyai pilihan lain, karena bagi Caca keselamatan sang ayah itu lebih utama. Apalagi saat ini sedang kritis dan butuh pertolongan."Kau yakin?" tatapan Vano menyipit mencoba untuk meyakinkan wanita tersebut. Tapi di dalam hatinya dia bersorak bahagia."Saya yakin, Pak!" Caca bahkan tidak perduli jika nanti Vano menyakitinya setelah mereka menikah, karena baginya saat ini kes
"Bukan maksud abi untuk membelanya, Umi. Hanya saja takut dia tersinggung. Bagaimana kalau maksud dia memang tidak ingin merebut Andre? Memang real hanya sebatas teman." Abi Haidar berkata dengan pikiran yang positif.Akan tetapi, Umi Khaira adalah seorang wanita dan dia sangat tahu karakter seperti Mila itu bagaimana. Mendengar penjelasan dari suaminya, Umi Khaira malah terkekeh dan itu membuat Abi sangat bingung."Kenapa Umi malah tertawa? Memangnya ucapan abi ada yang salah?""Abi, Abi ..." Beliau menggelengkan kepalanya. "Abi ini adalah seorang pria, jadi mana paham jika berada di posisi wanita itu seperti apa. Dengar ya Bi! Tidak ada seorang lawan jenis yang memberikan perhatian dengan secara berlebihan kepada teman lelakinya, begitu pula sebaliknya, jika tidak ada sebuah perasaan. Teman hanya sekedarnya menyemangati itu sudah hal biasa, tetapi jika memberikan perhatian dengan mengirimkan makanan setiap hari, apakah itu hal yang wajar? Umi rasa tidak."Andre dan juga Abi hanya di
Sesuai dengan permintaan Vano, Caca membawanya berkeliling tempat-tempat yang menurutnya menyenangkan sekaligus sangat indah jika di malam hari.Setelah jam menunjukkan pukul 23.30 malam, Vano mengajak Caca untuk pulang. Walaupun sebenarnya dia tidak ingin, tetapi kasihan melihat wanita itu yang sepertinya sudah mengantuk."Oh ya, nanti aku mau kau mengajakku di saat siang hari.""Hah? Siang hari, Pak? Tapi kan siang-siang itu waktunya bekerja, jadi mana mungkin bisa?"PLETAK!"Kamu itu bodoh sekali." Vano menyentil kening Caca, membuat wanita itu merengut. "Libur kerja kan bisa. Memangnya selama 7 hari itu nonstop bekerja? Hari Minggu bukannya libur?""Iya, tapi nggak usah nyentil kening saya juga Pak! Jidat saya ini nggak jenong," sungut Caca dengan bibir yang sudah maju 5 cm.Vano benar-benar gemas, ingin sekali dia mencubit kedua pipi Caca tapi ditahannya. 'Wanita ini benar-benar sangat menarik. Baru kali ini aku merasa gemas kepada lawan jenis. Biasanya wanita secantik apapun ti
Caca membalik tubuhnya, seketika cengiran kuda pun ia tampilkan di wajah imutnya. "Eh ... Pak Vano.""Apa kamu bilang tadi? Kamu mau bejek saya? Emang kamu pikir saya perkedel?" Pria itu menaruh kedua tangan di atas pinggang sambil menatap tajam ke arah Caca."Hah? Bejek? Ti-tidak Pak. Bapak salah denger kali. Mungkin telinga Bapak belum dikorek selama satu bulan.""Jadi, secara tidak langsung kamu mengatakan kalau saya ini jorok? Iya!" sentaknya dengan kesal."Tidak Pak. Siapa juga yang berkata seperti itu. Kalau begitu saya duluan ya Pak, permisi!" Caca segera berlari tanpa menunggu jawaban dari Vano, dia masuk ke dalam lift dengan dada yang sudah berdebar kencang."Astaga Caca! Hampir aja kepalamu kena jitak. Masih mending kalau dia cuma menjitak, coba kalau dia memecat diriku? Dari mana lagi aku harus dapat uang sebanyak itu untuk operasi ayah, jika tidak bekerja di sini, huuhh ..." Wanita itu menghela nafas dengan kasar sambil memegangi dadanya. "Lagian mukanya horor banget wala
Pria itu tersenyum sinis kemudian dia bangkit dari duduknya berjalan perlahan ke arah Caca. Melihat wanita itu dengan raut wajah yang sudah tegang."Kenapa? Apa kau lupa denganku?" tanyanya dengan nada begitu angkuh.Caca meremas roknya, dia merutuki kebodohannya kemarin karena sudah menggertak Vano. 'Astaga! Jadi dia CEO pengganti Pak Andre. Aduh ... bagaimana kalau dia mencari masalah denganku dan dia malah memecatku? Tapi kan di luar itu semua tidak ada masalahnya dengan kerjaan?'"Kenapa kau diam saja?" tanya Vano kembali saat melihat wanita yang berada di hadapannya dia membisu."Tidak apa-apa, Pak. Saya cuma kaget saja. Dan saya rasa hubungan kemarin tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan, itu di luar dari kerjaan kita kan Pak. Memangnya apa kesalahan saya sampai harus dipanggil ke sini?"Vano sangat tertarik dengan pribadi Caca. Dia sama sekali tidak takut dengan dirinya. 'Menarik. Bahkan dia seperti menantangku, tidak takut jika aku akan memencetnya. Baiklah kita akan berm