"Mas, apa benar kamu membelikan rumah untuk Zizah?" tanya Fatma memastikan.Satria mengangguk sambil duduk di samping Fatma. "Iya Fat. Maaf jika aku tak izin padamu. Aku hanya tak mau jika ada selisih paham lagi antara kamu dan Zizah," jelas Satria.Fatma mengangguk kecil dengan perasaan kecewa. Dia mencoba mengerti, "Mas, aku tidak pernah berniat buruk pada Zizah. Aku ingin bertemu dengannya!" Fatma ingin meminta maaf secara langsung pada madunya. Ia ingin meluruskan kesalah pahaman antara mereka berdua.Satria segera menggelengkan kepalanya, ia tak setuju dengan permintaan Fatma, sebab Zizqh juga belum siap bertemu dengannya lagi."Baiklah ... mungkin lain kali," ucap Fatma dengan nada kecewa...Sudah satu bulan Zizah tinggal di rumah barunya bersama Nisa. Dan sudah 1 bulan pula dia tak bertemu dengan Fatma, madunya.Dia juga sudah akrab bersama tetangga-tetangganya di sekitar sana. Sebab Zizah orang yang supel, dan mudah bergaul. Jadi tak susah saat dekat dengan orang lain.Hari
"Hari ini aku mau nganter Zizah cek kandungan dulu," ucap Satria sambil merapihkan kemejanya.Fatma yang selesai meminum obat seketika menatap ke arah suaminya. "Benarkah? Aku ikut ya, Mas?" pintanya.Satria nampak ragu jika Fatma ikut. Dia takut jika Zizah akan kecewa. Namun, Satria juga ingin kedua istrinya rukun kembali seperti dulu."Yasudah, nanti kamu ke RS sendirian ya! Aku mau jemput Zizah dulu."DEGH!Hati Fatma tersayat sakit saat Satria mengatakan itu. Seolah saat ini yang ada di hidup Satria hanyalah Zizah dan Zizah saja. Dia mengangguk kecil, mencoba tersenyum menyembunyikan luka di hatinya. "Apa tak boleh bareng?""Bukan tak boleh. Tapi, aku perlu waktu meyakinkan Azizah." Mendengar itu Fatma hanya tersenyum getir...Satria sudah sampai di rumah Azizah, dia segera turun dan menghampiri sang istri yang sudah bersiap-siap.''Dek, Fatma boleh nggak nemenin kamu USG? Katanya dia mau melihat perkembangan anak kamu?'' tanya Satria dengan dada berdebar.Zizah diam. Dia bingu
Malam ini Fatma ditemani oleh Umi dan Abinya di rumah, karena Satria sedang berada di rumahnya Azizah. Wanita itu sedang memakan salad buatan Umi kesayangannya."Wah! Salad Umi memang tidak pernah berubah, selalu saja enak," puji Fatma sambil memakan lahap semangkuk salad yang berada di tangannya."Bisa aja kamu ngeledek Umi, tapi ngomong-ngomong ... bagaimana tadi di Rumah Sakit? Apakah Azizah tidak marah saat kamu mengantarnya ke sana? Apakah kalian berdebat lagi, atau mungkin dia mungkin menolak?" Umi Khaira menatap ke arah putrinya dengan lekat karena dia begitu penasaran dengan reaksi Azizah saat bertemu dengan Fatma kembali.Wanita itu nampak meminum air putih segelas lalu dia pun menggeleng dengan pelan, menjelaskan tentang kejadian tadi saat berada di rumah sakit di mana Azizah sudah bisa memaafkan dan menerimanya kembali."Syukurlah, Umi turut bahagia mendengarnya. Tqpi Umi juga masih merasa sakit hati terhadap Satria karena dia lebih memperdulikan Azizah, padahal kalian s
"Astaga! Kamu Andre, teman SMP aku dulu kan?" kaget Fatma."Ak pikir kamu tidak mengenaliku lagi." Pria itu tersenyum ke arah Fatma. "Kamu apa kabar?""Alhamdulillah aku baik. Kamu apa kabar? Oh ya, kamu ke sini sendirian?""Alhamdulillah aku juga baik. Iya sendiri, tadinya mau sama Mama, tapi nggak jadi.""Kukira sama istri kamu?" Wanita itu berkata sambil terkekeh kecil."Aku belum menikah. Kamu sendiri?"Fatma mengangguk, "aku sudah. Alhamdulillah." Mendengar jawaban Fatma membuat wajah Andre seketika murung.Tadinya dia sangat bahagia saat bertemu dengan Fatma, namun tiba-tiba saja mendengar Fatma sudah menikah, membuat pria itu seketika hilang harapan. 'Aku sudah terlambat. Seharusnya dulu aku melamarnya. Sudahlah, mungkin memang dia bukan jodohku.' batin Andre."Fatma," panggil seseorang yang tak lain adalah Satria.Dia datang ke sana dan mencari keberadaan Fatma. Azizah dan Nisa mengatakan bahwa Fatma di toilet. Mengetahui dan cukup lama Faa di sana, hingga membuat Satria akhir
"Fatmaa!" teriak Satria dengan lesu saat melihat istrinya pingsan di pinggir jalan. Ia bergegas mencari taksi dan membawanya kerumah sakit.Sesampainya di sana, Fatma langsung di tangani oleh dokter dan suater. Tak lama Dokter keluar dari ruangan dan mengatakan kondisi Fatma yang memburuk.Satria menghela nafasnya dengan panjang. Kakinya lemas seketika saat mengetahui jika saat ini kondisi Fatma benar-benar buruk. Tubuhnya terduduk di kursi dengan kepala menunduk di lengan sang istri.Air mata Satria tak terbendung lagi. Dia menangis sedih, saat mengingat tadi ia telah menyakiti perasaan Fatma."Maafkan aku sayang," lirih Satria.Melihat Fatma sekarat, membuat Satria sedih. Dia merasa belum bisa membahagiakan Fatma selama pernikahannya selama ini. Dua tahu, jika dirinya bukanlah suami yang baik untuk Fatma.Tapi Satria selalu mencoba dan berusaha menjadi suami yang baik untuk Fatma. Dengan memberinya perhatian dan kasih sayang, walaupun dia tak bisa mencintainya."Mas," lirih Fatma sa
"Bunga dari siapa itu?" Tatapan Satria tidak suka saat melihat ada yang mengirim bunga untuk istrinya."Aku juga tidak tahu Mas," jawab Fatma."Memangnya kenapa kalau ada yang mengirim bunga untuk Fatma? Apa peduli kamu?" Umi menatap sini ke arah Satria, ucapannya begitu ketus membuat semua orang di sana merasa terheran, karena biasanya wanita setengah baya itu tidak pernah berbicara dengan nada yang begitu ketuk kepada Satria."Umi, kok bicaranya kayak gitu sih?" Abi mencoba untuk menenangkan sang istri.Sedangkan Umi Khaira hanya melengos saja, jelas dia akan bersikap seperti itu kepada Satria, setelah selama ini diam karena Satria memperlakukan Fatma dengan tidak adilnya.Seorang ibu mana yang akan rela melihat putrinya terus saja disakiti secara lahir dan batin, apalagi saat Umi Khaira mengetahui jika Fatma masuk rumah sakit itu karena tekanan dari Satria yang menuduhnya selingkuh."Biar aja Abi, memang apa perduli dia kalau ada yang mengirimkan Fatma bunga? Memangnya dia mencinta
"Andre!" kaget Fatma.Sedangkan Umi dan Abi saling melirik satu sama lain. 'Jadi dia yang bernama Andre?' batin Umi Khaira.Pria itu tersenyum kemudian mendekat ke arah Fatma sambil membawa buah-buahan. "Andre, kok kamu bisa di sini?" tanya Fatma dengan bingung."Iya, kemarin aku tidak sengaja melihat kamu pingsan di jalan. Tapi saat aku mau bantuin udah ada suami kamu, dan karena aku khawatir jadi aku ikutin kamu sampai rumah sakit ini," jelas Andre."Mulut Fatma membulat, "Oh, begitu ya.""Bagaimana keadaan kamu? Apa sudah mendingan atau ada yang sakit?" Terlihat pria itu begitu sangat perhatian kepada Fatma."Alhamdulillah sudah lebih baik kok. Oh ya Andre, kenalin, ini Umi dan Abiku. adan Umi, Abi, kenalin ini Andre yang tadi aku bilang, teman SMP aku dulu."Andre mencium tangan kedua orang tua Fatma bergantian, setelah itu Abi mempersilakan dia untuk duduk. "Oh ya, suami kamu ke mana?""Suamiku pergi ke cafe.""Halah ... paling juga bukan Cafe, tapi nemuin Azizah," sindir Umi."U
Azizah merasa Umi Khaira sedang menghindari dirinya. Dia berencana untuk menghampiri wanita tersebut tetapi merasa ragu."Sayang, kita pulang yuk! Ini juga udah malam," ajak Satria saat melihat Jam sudah menunjukkan pukul 21.00."Iya Mas, tapi aku pamit dulu ya sama Umi," jawab Azizah.Pria itu hanya mengangguk, mereka pun kembali duduk di sofa dan menunggu Ummi Khaira masuk. Setelah beberapa saat, wanita itu kembali sambil menenteng plastik yang berisi roti."Umi, aku sama Azizah mau pulang dulu ya. Ini juga udah malam, takut nanti kandungan dia kenapa-napa kalau sampai kelelahan," ucap Satria kepada mertuanya sambil mencium tangan Umi.Saat Azizah akan menciumnya, tiba-tiba Umi melengos begitu saja, mendekat ke arah Fatma. "Sayang, ini Umi bawakan roti. Nanti kamu makan sama susu hangat ya!""Umi ... Azizah mau salaman." Fatma menatap sendu ke arah uminya."Oh, mau salaman ya? Tadi Umi nggak lihat," jawabnya dengan cuek, kemudian dia mengulurkan tangannya ke arah Azizah dan langsung