"Fatmaa!" teriak Satria dengan lesu saat melihat istrinya pingsan di pinggir jalan. Ia bergegas mencari taksi dan membawanya kerumah sakit.Sesampainya di sana, Fatma langsung di tangani oleh dokter dan suater. Tak lama Dokter keluar dari ruangan dan mengatakan kondisi Fatma yang memburuk.Satria menghela nafasnya dengan panjang. Kakinya lemas seketika saat mengetahui jika saat ini kondisi Fatma benar-benar buruk. Tubuhnya terduduk di kursi dengan kepala menunduk di lengan sang istri.Air mata Satria tak terbendung lagi. Dia menangis sedih, saat mengingat tadi ia telah menyakiti perasaan Fatma."Maafkan aku sayang," lirih Satria.Melihat Fatma sekarat, membuat Satria sedih. Dia merasa belum bisa membahagiakan Fatma selama pernikahannya selama ini. Dua tahu, jika dirinya bukanlah suami yang baik untuk Fatma.Tapi Satria selalu mencoba dan berusaha menjadi suami yang baik untuk Fatma. Dengan memberinya perhatian dan kasih sayang, walaupun dia tak bisa mencintainya."Mas," lirih Fatma sa
"Bunga dari siapa itu?" Tatapan Satria tidak suka saat melihat ada yang mengirim bunga untuk istrinya."Aku juga tidak tahu Mas," jawab Fatma."Memangnya kenapa kalau ada yang mengirim bunga untuk Fatma? Apa peduli kamu?" Umi menatap sini ke arah Satria, ucapannya begitu ketus membuat semua orang di sana merasa terheran, karena biasanya wanita setengah baya itu tidak pernah berbicara dengan nada yang begitu ketuk kepada Satria."Umi, kok bicaranya kayak gitu sih?" Abi mencoba untuk menenangkan sang istri.Sedangkan Umi Khaira hanya melengos saja, jelas dia akan bersikap seperti itu kepada Satria, setelah selama ini diam karena Satria memperlakukan Fatma dengan tidak adilnya.Seorang ibu mana yang akan rela melihat putrinya terus saja disakiti secara lahir dan batin, apalagi saat Umi Khaira mengetahui jika Fatma masuk rumah sakit itu karena tekanan dari Satria yang menuduhnya selingkuh."Biar aja Abi, memang apa perduli dia kalau ada yang mengirimkan Fatma bunga? Memangnya dia mencinta
"Andre!" kaget Fatma.Sedangkan Umi dan Abi saling melirik satu sama lain. 'Jadi dia yang bernama Andre?' batin Umi Khaira.Pria itu tersenyum kemudian mendekat ke arah Fatma sambil membawa buah-buahan. "Andre, kok kamu bisa di sini?" tanya Fatma dengan bingung."Iya, kemarin aku tidak sengaja melihat kamu pingsan di jalan. Tapi saat aku mau bantuin udah ada suami kamu, dan karena aku khawatir jadi aku ikutin kamu sampai rumah sakit ini," jelas Andre."Mulut Fatma membulat, "Oh, begitu ya.""Bagaimana keadaan kamu? Apa sudah mendingan atau ada yang sakit?" Terlihat pria itu begitu sangat perhatian kepada Fatma."Alhamdulillah sudah lebih baik kok. Oh ya Andre, kenalin, ini Umi dan Abiku. adan Umi, Abi, kenalin ini Andre yang tadi aku bilang, teman SMP aku dulu."Andre mencium tangan kedua orang tua Fatma bergantian, setelah itu Abi mempersilakan dia untuk duduk. "Oh ya, suami kamu ke mana?""Suamiku pergi ke cafe.""Halah ... paling juga bukan Cafe, tapi nemuin Azizah," sindir Umi."U
Azizah merasa Umi Khaira sedang menghindari dirinya. Dia berencana untuk menghampiri wanita tersebut tetapi merasa ragu."Sayang, kita pulang yuk! Ini juga udah malam," ajak Satria saat melihat Jam sudah menunjukkan pukul 21.00."Iya Mas, tapi aku pamit dulu ya sama Umi," jawab Azizah.Pria itu hanya mengangguk, mereka pun kembali duduk di sofa dan menunggu Ummi Khaira masuk. Setelah beberapa saat, wanita itu kembali sambil menenteng plastik yang berisi roti."Umi, aku sama Azizah mau pulang dulu ya. Ini juga udah malam, takut nanti kandungan dia kenapa-napa kalau sampai kelelahan," ucap Satria kepada mertuanya sambil mencium tangan Umi.Saat Azizah akan menciumnya, tiba-tiba Umi melengos begitu saja, mendekat ke arah Fatma. "Sayang, ini Umi bawakan roti. Nanti kamu makan sama susu hangat ya!""Umi ... Azizah mau salaman." Fatma menatap sendu ke arah uminya."Oh, mau salaman ya? Tadi Umi nggak lihat," jawabnya dengan cuek, kemudian dia mengulurkan tangannya ke arah Azizah dan langsung
Hari ini Fatma sudah boleh pulang dari rumah sakit, dia dijemput oleh Satria atas permintaan Azizah. Sementara madunya sudah menunggu di rumah sambil menyiapkan kejutan untuk menyambut kedatangan Fatma."Selamat datang kembali Mbak," ucap Azizah sambil memeluk tubuh wanita itu. "Aku sudah buatin makanan kesukaan Mbak, dan aku jamin sangat sehat.""Makasih ya Azizah," ucap Fatma dengan wajah yang masih terlihat pucat.Umi tidak bereaksi apapun, dia hanya dia membisu melihat reaksi dan juga perlakuan hangat dari Azizah terhadap putrinya. Entah kenapa hati wanita itu masih merasa kecewa kepada Azizah, walaupun sebenarnya Azizah tidak memiliki salah apapun karena dia adalah korban."Ao sayang kita duduk di sana!" ajak Umi sambil menunjuk ke arah sofa. Tak lama Azizah datang membawakan puding buatannya untuk Fatma."Ini Mbak, aku tadi buatin puding semoga Mbak suka ya.""Wah! Repot-repot sekali Azizah, tapi terima kasih ya. Ini pasti sangat enak, kelihatannya saja sudah menggugah selera."
Azizah terdorong ke lantai lumayan keras, dia memegangi perutnya yang terasa begitu sakit karena hentakan yang begitu kuat.Wajahnya meringis menahan sakit yang teramat sangat, dan itu membuat semua orang yang di sana menjerit panik. "Astaga! Azizah!" jerit Fatma."Ya Allah, sayang!" Satria segera berjongkok dengan wajah paniknya."Aduh Mas ... perut aku sakit ... ssh! Aduh ..." Azizah memegangi perutnya sedikit meremas karena sakit yang begitu teramat sangat, hingga tiba-tiba saja cairan merah keluar dari selangkangannya."Astaghfirullahaladzim! Satria, Azizah pendarahan!" seru Umi untuk pertama kalinya mengangkat suara setelah beberapa hari ini dia mendiamkan Azizah.Melihat itu semua orang pun menjadi panik, termasuk Fatma, tapi tidak dengan bi Rahma. Dia malah tersenyum puas. Dengan buru-buru Satria menggendong tubuh Azizah untuk menuju rumah sakit, dan Fatma dilarang untuk ikut karena dia baru saja pulang."Tapi Umi, aku sangat khawatir dengan keadaan Azizah. Bagaimana kalau terj
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Dia baik-baik aja kan?" tanya Satria dengan panik saat dokter Citra keluar dari ruangan UGD."Untung saja cepat dibawa ke sini, jadi kami bisa segera menanganinya. Alhamdulillah, istri kamu dan juga anakmu selamat. Tapi ....""Tapi apa?" perasaan Satria mulai tak enak saat melihat raut wajah sahabatnya."Azizah kritis karena pendarahan itu."DEGH!Lutut Satria terasa lemas saat mendengarnya. Dia tak menyangka jika istri tercintanya akan kritis akibat bi Rahma. Kemudian dia dan abi masuk ruang ICU setelah Azizah di pindahkan.Tangannya terkepal dengan sorot mata yang tajam saat melihat wajah pucat sang istri. ''Aku tidak akan pernah memaafkan bi Rahma. Dia sudah sangat terlewatan, dia sudah melampaui batasnya!''"Apa yang akan kamu lakukan, Satria?" tanya Abi penasaran."Maaf Abi, tapi aku harus melakukan ini. Aku akan menjebloskan dia ke penjara, karena aku tidak mau Bi Rahma membuat ulah lagi yang akan menyakiti Azizah dan juga anakku."Abi Haidar
Fatma duduk sambil menatap ke arah jendela, dia mengkhawatirkan tentang keadaan Azizah. Tak lama Umi masuk sambil membawa semangkuk bubur serta air putih untuk wanita itu minum obat."Nak, ayo makan dulu! Kamu kan belum makan siang, tadi pagi juga makannya cuma sedikit.""Umi ... bagaimana keadaan Azizah? Apa dia sudah sadar dari kritisnya?" Mendengar pertanyaan putrinya, Umi menggeleng sambil menaruh nampan di atas meja kecil, kemudian terdengar helaan nafas pelan dari wanita paruh baya itu."Belum. Azizah masih sama seperti kemarin, tapi Umi punya berita untuk kamu.""Berita apa itu, Umi?" Dahi Fatma mengkerut heran, seketika dia menatap lurus ke arah Uminya dengan lekat. Entah kenapa, melihat dari raut wajah wanita itu, Fatma merasa kabar yang akan diberikan oleh Uminya adalah kabar yang buruk."Bi Rahma ditangkap polisi, karena Satria melaporkannya atas tuduhan pencemaran nama baik dan juga kekerasan.""Apa!" kaget Fatma, "mas Satria melaporkan bibi?" Umi langsung menganggukkan ke