"Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Dia baik-baik aja kan?" tanya Satria dengan panik saat dokter Citra keluar dari ruangan UGD."Untung saja cepat dibawa ke sini, jadi kami bisa segera menanganinya. Alhamdulillah, istri kamu dan juga anakmu selamat. Tapi ....""Tapi apa?" perasaan Satria mulai tak enak saat melihat raut wajah sahabatnya."Azizah kritis karena pendarahan itu."DEGH!Lutut Satria terasa lemas saat mendengarnya. Dia tak menyangka jika istri tercintanya akan kritis akibat bi Rahma. Kemudian dia dan abi masuk ruang ICU setelah Azizah di pindahkan.Tangannya terkepal dengan sorot mata yang tajam saat melihat wajah pucat sang istri. ''Aku tidak akan pernah memaafkan bi Rahma. Dia sudah sangat terlewatan, dia sudah melampaui batasnya!''"Apa yang akan kamu lakukan, Satria?" tanya Abi penasaran."Maaf Abi, tapi aku harus melakukan ini. Aku akan menjebloskan dia ke penjara, karena aku tidak mau Bi Rahma membuat ulah lagi yang akan menyakiti Azizah dan juga anakku."Abi Haidar
Fatma duduk sambil menatap ke arah jendela, dia mengkhawatirkan tentang keadaan Azizah. Tak lama Umi masuk sambil membawa semangkuk bubur serta air putih untuk wanita itu minum obat."Nak, ayo makan dulu! Kamu kan belum makan siang, tadi pagi juga makannya cuma sedikit.""Umi ... bagaimana keadaan Azizah? Apa dia sudah sadar dari kritisnya?" Mendengar pertanyaan putrinya, Umi menggeleng sambil menaruh nampan di atas meja kecil, kemudian terdengar helaan nafas pelan dari wanita paruh baya itu."Belum. Azizah masih sama seperti kemarin, tapi Umi punya berita untuk kamu.""Berita apa itu, Umi?" Dahi Fatma mengkerut heran, seketika dia menatap lurus ke arah Uminya dengan lekat. Entah kenapa, melihat dari raut wajah wanita itu, Fatma merasa kabar yang akan diberikan oleh Uminya adalah kabar yang buruk."Bi Rahma ditangkap polisi, karena Satria melaporkannya atas tuduhan pencemaran nama baik dan juga kekerasan.""Apa!" kaget Fatma, "mas Satria melaporkan bibi?" Umi langsung menganggukkan ke
"Karena apa, Mah?" tanya om Perdi tak sabar."Karena wajah dia mirip dengan wanita yang mama benci, Pah." Akhirnya bi Rahma mengungkapkan semuanya."Maksud, mama? Wanita siapa?" bingung Om Perdi.''Ibunya, Azizah. Marwah. Dulu dia pernah merebut laki-laki yang Mamah sukai Pah, dan Mama sangat membencinya. Ternyata, anaknya itu tak jauh beda darinya, wanita murah*n," jelas bi Rahma.Om Perdi terdiam sejenak, ia menatap istrinya dengan lekat. Dapat om Perdi lihat kilat kebencian di mata Istrinya itu. Dia menghela nafasnya dengan perlahan.''Mah, itu kan masa lalu? Lagian Azizah tak ada hubungannya dengan kebencian Mamah. Kalau Mamah membenci ibunya, lalu kenapa Mamah malah melampiaskannya pada dia?'' heran om Perdi.''Sebab wajah wanita itu sangat mirip dengan Ibunya, dan itu membuat Mamah benci!" geram bi Rahma"Astagfirrullah Mah, tidak baik menyimpan dendam pada seseorang Mamah tahu ... bahkan Satria sudah memaafkan kesalahan Mamah,'' ujar om Perdi.Bi Rahma menatap wajah suaminya d
Hati Fatma teriris sakit saat melihat suaminya lebih memperdulikan Azizah, padahal saat ini keningnya juga sedang terluka.'Sabar Fatma ... sabar. Ikhlaskan ...bkamu harus kuat!' batinnya mencoba untuk menguatkan diri, namun tetap saja dia terluka bukan hanya luar tapi dalam jauh lebih sakit.Abi yang melihat putrinya dicampakkan segera mendekat ke arah Fatma lalu membantunya. "Kamu tidak apa-apa, sayang?""Tidak apa-apa, Abi," jawab Fatma sambil tersenyum manis ke arah Abinya."Sebentar. Abi panggil suster dulu untuk mengobati luka kamu ya. Kening kamu berdarah," cemas Abi Haidar, kemudian dia keluar lalu memanggil suster sementara Umi duduk di samping Fatma.Azizah merasa tak enak saat melihat Fatma terluka gara-gara dirinya, sementara Satria langsung menggendongnya untuk menuju kamar mandi."Harusnya kamu bantuin Mbak Fatma juga Mas, kasihan dia sampai terluka," ucap Azizah saat berada di dalam toilet."Saat ini kamu lebih penting. Sudah ... sebaiknya kita keluar sekarang!" Dia kem
"Itu paket dari siapa, Nak?" tanya Umi namun Fatma langsung menggelengkan kepalanya."Aku juga tidak tahu, Umi. Perasaan aku tidak pesan apapun deh.""Jika pun itu pesanan online, biasanya kan kurirnya mengetuk pintu dan memberikannya kepada Bi Siti. Coba kita buka," ujar Abi karena dia pun merasa penasaran.Fatma merasa ragu, dia takut jika di dalamnya terdapat sesuatu hal yang membuatnya syok. Dan melihat itu Abi mengambil kotak tersebut Lalu membukanya."Boneka?" ucap Abi dengan bingung lalu menatap ke arah Fatma.Abi mengeluarkan boneka beruang berwarna pink, membuat Fatma mengerutkan dahinya. "Ini boneka dari siapa, Abi?""Abi juga tidak tahu. Sebentar ...bini ada kartu ucapan, biar Abi bacakan ya."(Teruntuk wanita spesial yang selama ini mengisi hatiku. Mungkin rasa ini salah, karena telah berlabuh kepadamu. Wanita yang berhasil mengukir namanya di hati ini. Wanita yang begitu mulia akhlaknya dan yang begitu cantik parasnya. Begitu beruntung pangeran yang memiliki dirimu dan s
"Abi, tolong bicara kepada Satria agar mengizinkan Fatma untuk tinggal bersama dengan kita! Umi tidak ingin Fatma semakin sakit Abi."Mendengar permintaan Istrinya, Abi Haidar terpaku diam. Dia pun ingin melakukan itu sedari dulu, tetapi pria tersebut tidak bisa ikut campur dalam rumah tangga putrinya, karena semua keputusan ada pada Fatma."Umi ... sejujurnya Abi juga ingin itu. Tapi semua keputusan ada di tangan Fatma. Jika dia mau bertahan, kita tidak bisa memaksa. Tapi percayalah! Apapun keputusan Fatma, itu adalah yang terbaik dan sudah dia pikirkan secara matang. Kita sebagai seorang tua hanya bisa membantu dan juga menggandeng tangannya. Besok kita akan coba tanyakan kepada Fatma dan juga Satria saat mereka ada di rumah ini."..Pagi ini Umi sedang berkutat di dapur membuatkan sarapan dibantu oleh Bi Siti tak lama Fatma menghampiri Uminya lalu mengecup pipinya sekilas."Selamat pagi, Umi.""Selamat pagi sayang. Kamu mau ke mana, kok pakai sepatu?""Aku mau jalan-jalan pagi, s
"Aku, apa?" Umi menatap tajam Satria."Umi, sudahlah ... kitamau sarapan. Jangan memulai keributan!" Abi mengusap pundak sang istri yang terlihat kesal.Umi duduk di kursi dengan wajah di tekuk, dia hanya memperhatikan Fatma yang melayani Satria. Sementara pria itu tak bisa berkutik.Sepanjang sarapan itu berlangsung Satria hanya bisa diam, dia benar-benar tersentil dengan ucapan Umi Khaira. Dia merasa memang sedikit tidak adil kepada Fatma, tetapi Satria juga tak bisa menyalahkan dirinya sendiri karena walau bagaimanapun, Azizah sedang mengandung dan sudah pasti kesehatan wanita itu penting karena dia tengah berbadan dua.Fatma hanya diam melihat kesalahan di wajah Uminya, dia bukan menjadi wanita lemah yang tidak bisa melawan, akan tetapi selagi Satria tidak bermain tangan, selagi Satria tidak membentaknya, tidak memarahinya, maka Fatma akan terus memaafkan.Mungkin jika di dunia nyata ada yang seperti itu, sudah pasti akan menjadi wanita bodoh, karena mau bertahan dengan seorang pr
Satria melengos begitu saja dia memakai bajunya karena akan bersiap-siap menuju cafe kemudian dia berbalik sambil membenarkan dasinya."Kau masih bertanya kenapa?" Pria itu berdecih "ck! Jelas-jelas barang-barang yang kau terima tidak tahu siapa pengirimnya, dan dari mana. Tapi kau malah menyimpannya? Memangnya kau tidak takut jika di dalamnya ada sesuatu yang buruk disimpan? Ini adalah titah dari suamimu ... buang!" tegas Satria.Fatma mengangguk, "baik Mas, aku akan membuangnya." Wanita itu mengambil boneka lalu memasukkannya ke dalam tong sampah."Bagus. Dan jangan pernah kamu menerima barang-barang yang tidak tahu asal-usulnya! Jika tidak ada nama pengirimnya, kau buang saja! Itu semua juga untuk kebaikanmu Fatma karena siapa yang tahu barang-barang seperti itu baik atau tidak."Fatma hanya diam sambil menganggukkan kepalanya. Dia tidak ingin membantah Satria, karena apa yang diucapkannya memang benar, siapa tahu barang-barang yang tanpa pengirim tersebut berdampak buruk kepada