Sesampainya di rumah, Satria terus menggandeng tangan Zizah. Dan pada saat melewati ruang tamu, Umi memanggil keduanya. ''Bagaiama, Sat? Zizah sakit apa? Dia baik-baik saja kan?'' cemas Umi.Satria tersenyum bahagia menatap semua orang di hadapannya. "Umi tak perlu khawatir. Zizah baik-baik saja. Dia seperti itu karena ...'' Satria menggantung ucapannya, membuat semua orang sangat penasaran.''Karena apa, Mas?'' tanya Fatma dengan tak sabar.''Karena, saat ini Zizah sedang, hamil!" seru Satria dengan bahagia.Ucapan dia sukses membuat Umi dan Fatma menutup mulutnya. Mereka sangat terkejut, tapi sedetik kemudian mereka memeluk Zizah dengan erat.''Selamat ya, Zah. Akhirnya kamu hamil, dan kita akan jadi ibu.'' ujar Fatma.''Selamat ya, Sayang! Umi bahagia sekali ... karena sebentar lagi Umi akan dapat cucu," ucap Umi sambil mengecup kening Zizah.''Selamat ya Nak, Abi do'a kan semoga kandungan kamu sehat selalu,'' timal Abi.''Aamiin.'' jawab mereka serempak.Semua wajah terlihat baha
Satria pulang larut malam. Jam menunjukan pukul 2e.00 malam. Dia melangkah dengan wajah lelah ke kamar Zizah, sebab malam ini, adalah jatahnya.Pintu kamar di buka, dan lampu masih menyala menandakan penghuni kamar belum tidur. Satria melihat kasur yang kosong, tapi dia mendengar suara gemericik air di kamar mandi.''Dek, kamu di dalam?'' tanyanya sambil mengetuk pintu kamar mandi.''Iya Mas, sebentar!'' jawab Zizah dari dalam kamar mandi.Tak berselang lama pintu kamar mandi terbuka. Nampaklah Zizah dengan balutan piyama tidur tanpa lengan. Satria menatapnya tanpa berkedip, dan itu malah membuat Zizah malu.''Mas, kenapa lihatin adek begitu?'' tanyanya malu.Satria langsung mengecup bibir Zizah sekilas, membuat sang istri merona malu. Dan itu malah membuat Satria merasa gemas.''Bagaimana Mas tak terpesona. Adek begitu cantik, dan Mas gak rela, jika kecantikan adek di lihat orang,'' pujinya.Zizah tersenyum manis mendengar pujian dari suaminya, kemudian Satria menarik pinggang istrin
Fatma termenung di dekat jendela kamarnya, dia memikirkan tentang Satria yang sudah dua hari ini berada di kediaman Azizah.Tangannya terulur mengelus perut. Dia pun ingin merasakan menjadi wanita hamil, tetapi sayang, Fatma tidak bisa. Bahkan kedatangan Umi ke kamarnya pun tidak terdengar oleh wanita itu karena Fatma terlalu fokus dengan lamunan."Nak ... makan siang dulu yuk!" ajak Umi dengan nada yang begitu cemas. Sedari siang tadi Fatma belum makan nasi sama sekali, bahkan tadi pagi pun dia hanya makan sedikit.,"Tidak, Umi. Fatma tidak lapar."Melihat anaknya terus murung, Umi Khaira pun memeluk tubuhnya dari belakang, kemudian menaruh dagunya di pundak rapuh Fatma."Ketahuilah, Nak. Setiap manusia memiliki ujiannya masing-masing. Umi tahu, kalau kamu adalah wanita yang hebat dan kuat. Umi juga tahu perasaan kamu saat ini pasti cemburu bukan, melihat suamimu lebih perhatian dan lebih cinta kepada Azizah? Apalagi saat ini Azizah tengah mengandung."Mendengar penuturan sang Umi,
Kini Zizah dan Satria harus kembali ke kota, sebab Bik Siti mengabari kalau saat ini Fatma sedang sakit dan di rawat di rumah sakit.Mereka pulang lebih pagi, agar sampai ke kota tidak terlalu sore. Selama dalam perjalanan Zizah terlihat begitu cemas, dia takut jika madunya kenapa-napa.Satria yang melihat ke khawatiran istrinya, segera menggenggam tangan Zizah. Mengatakan jika semua akan baik-baik saja.Jam 1 siang, mereka sudah sampai di rumah sakit, tempat Fatma di rawat. Zizah dan Satria segera melangkah ke ruang rawat Fatma. Disana, sudah ada Abi, Umi dan sepasang suami istri. Yaitu Bi Rahma dan suaminya.Bi Rahma, terlihat tak suka saat melihat Zizah masuk kedalam ruangan itu. Matanya menatap sinis pada Zizah, tapi dia tak perduli. Dia hanya khawatir pada keadaan madunya.''Mba, bagaimana keadaan Mba, sekarang?'' cemas Zizah.''Aku gak papa kok, Zah, gak usah cemas," lirih Fatma.''Halah ... ini kan yang kamu mau? Menyita waktu Satria, dan membiarkan Fatma seperti ini. Kamu seng
Satria mengendarai mobilnya dengan gelisah, dia sudah pulang kerumah tapi tak menemukan Zizah. Bik Siti juga bilang kalau Zizah belum pulang kerumah.Dia memukul setir mobil dengan kesal. Sebab, karenanya Zizqh pergi. Satria terus mencari, pandangannya menelisik ke kanan dan kiri jalan, hingga hari mulai sore dan hujan yang mulai turun, tapi dia masih belum juga menemukan Zizah.''Dimana kamu sayang? Mas khawatir padamu dan anak kita. Pulanglah Dek ... jangan bikin Mas dilanda cemas begini," lirihnya.Sedangkan di tempat lain, Zizah sedang mencoba menyalakan Hp-nya. Sebab Hp-nya mati karena habis baterai. Hingga dia meminjam cargeran pada Nisa.Setelah menyalakan ponselnya, Zizah kaget, sebab ada 40 panggilan dan 60 pesan dari Satria. Dia tahu, pasti saat ini suaminya sedang khawatir padanya.'Ya Allah, ampunilah aku, karena sudah membuat suamiku cemas. Aku hanya ingin menenangkan diri ini Ya Rabb.'Dia menekan no Adam, lalu menelponnya.Satria yang mendengar telponnya berbunyi, seger
Fatma hari ini sudah di perbolehkan pulang, dia selalu di temani oleh umi dan abinya. Zizah yang sedang duduk menonton tv, kemudian bangun dan membuka pintu depan. Dia menyambut Kakak madunya itu.Suasana di rumah itu pun kembali sepsrti semula etelah Fatma membaik. Rumah yang selalu penuh kasih dan sayang, penuh senyum dan tawa. Dua wanita shalihah itu selalu hidup rukun. Walaupun tidak ada yang tahu keadaan hati mereka seperti apa?Tak terasa, waktu sudah bergulir. Kini, kandungan Zizah sudah menginjak bulan ke lima. Setelah 1 bulan yang lalu mengadakan tasyakuran 4 bulan kehamilannya.Saat ini, Zizah sedang membuat juz untuknya dan juga Fatma. Dia menaiki tangga, namun pada saat dia akan mengetuk pintu kamar Fatma. Tiba tiba Zizah mendengar seseorang sedang berbicara, seperti sedang menelpon.Dia pun mengurungkan niatnya. Tapi pada saat dia akan berbalik badan, tiba tiba Zizah mendengar Fatma sedang berbicara dengan seseorang.''Apa kau sudah gila? Bagaimana mungkin aku meminta Mas
Satria menggendong Fatma dengan cemas. Dia memanggil suster untuk segera membawanya ke UGD. Setelah itu, Satria meminta Dokter segera memeriksa keadaan sang istri. Dan setelah di periksa, ternyata kepala Fatma terbentur lumayan keras, hingga membuatnya tak sadarkan diri, untungnya tidak ada luka yang parah.Ummi dan Abi datang dengan tergopoh gopoh setelah menerima telpon dari Satria tentang putrinya.''Bagaimana keadaan Fatma, Sat? Dia baik-baik saja kan?'' tanya Umi dengan khawatir.''Umi tenang saja. Fatma gak apa apa kok."''Bagaimana bisa dia begini, Sat?'' tanya Abi penasaran.''Fatma jatuh dari tangga Bi, saat Satria pulang tadi.''Dia tak menceritakan jika Zizah yang menyebabkan Fatma jatuh. Satria takut jika mertuanya akan membenci Zizah. Kemudian Abi dan Umi masuk kedalam ruang UGD.Sementara itu, Satria pergi ke toilet. Dia mengacak rambutnya dengan kesal.''Kenapa tadi aku membentak Zizah? Aku yakin, jika saat ini dia sedang marah padaku,'' gumamnya.Satria menyesal sebab
Satria tidak pulang ke rumah sakit, sebab dia masih merasa kecewa kepada Fatma saat mendengar kenyataan dari Bi Siti, bahwa Fatma hanya menginginkan anak dari Azizah.Pria itu termenung di kamar sambil menjambak rambutnya. Dia masih tidak percaya jika Fatma bisa melakukan itu. Sudah 5 tahun ia mengenalnya, dan entah kenapa Satria tidak 100% percaya, namun bi Siti pun tidak mungkin berbohong."Jika memang Fatma tidak berkata seperti itu mungkin Azizah tidak akan pergi dari sini. Tapi, besok sebelum aku ke rumah sakit, aku harus menemui Nisa dulu," gumamnya dengan sangat yakin bahwa Azizah berada di kediaman Nisa.Karena wanita itu tidak memiliki sanak saudara di kota, jadi ke mana lagi Azizah akan pergi selain ke rumahnya Nisa.....................Pagi ini Satria sudah siap untuk pergi ke kediamannya Nisa, tetapi kontrakannya kosong seperti tidak ada orang. Akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi ke cafe di mana Nisa bekerja, namun saat sampai di sana ternyata wanita itu belum datang