Kini Zizah dan Satria harus kembali ke kota, sebab Bik Siti mengabari kalau saat ini Fatma sedang sakit dan di rawat di rumah sakit.Mereka pulang lebih pagi, agar sampai ke kota tidak terlalu sore. Selama dalam perjalanan Zizah terlihat begitu cemas, dia takut jika madunya kenapa-napa.Satria yang melihat ke khawatiran istrinya, segera menggenggam tangan Zizah. Mengatakan jika semua akan baik-baik saja.Jam 1 siang, mereka sudah sampai di rumah sakit, tempat Fatma di rawat. Zizah dan Satria segera melangkah ke ruang rawat Fatma. Disana, sudah ada Abi, Umi dan sepasang suami istri. Yaitu Bi Rahma dan suaminya.Bi Rahma, terlihat tak suka saat melihat Zizah masuk kedalam ruangan itu. Matanya menatap sinis pada Zizah, tapi dia tak perduli. Dia hanya khawatir pada keadaan madunya.''Mba, bagaimana keadaan Mba, sekarang?'' cemas Zizah.''Aku gak papa kok, Zah, gak usah cemas," lirih Fatma.''Halah ... ini kan yang kamu mau? Menyita waktu Satria, dan membiarkan Fatma seperti ini. Kamu seng
Satria mengendarai mobilnya dengan gelisah, dia sudah pulang kerumah tapi tak menemukan Zizah. Bik Siti juga bilang kalau Zizah belum pulang kerumah.Dia memukul setir mobil dengan kesal. Sebab, karenanya Zizqh pergi. Satria terus mencari, pandangannya menelisik ke kanan dan kiri jalan, hingga hari mulai sore dan hujan yang mulai turun, tapi dia masih belum juga menemukan Zizah.''Dimana kamu sayang? Mas khawatir padamu dan anak kita. Pulanglah Dek ... jangan bikin Mas dilanda cemas begini," lirihnya.Sedangkan di tempat lain, Zizah sedang mencoba menyalakan Hp-nya. Sebab Hp-nya mati karena habis baterai. Hingga dia meminjam cargeran pada Nisa.Setelah menyalakan ponselnya, Zizah kaget, sebab ada 40 panggilan dan 60 pesan dari Satria. Dia tahu, pasti saat ini suaminya sedang khawatir padanya.'Ya Allah, ampunilah aku, karena sudah membuat suamiku cemas. Aku hanya ingin menenangkan diri ini Ya Rabb.'Dia menekan no Adam, lalu menelponnya.Satria yang mendengar telponnya berbunyi, seger
Fatma hari ini sudah di perbolehkan pulang, dia selalu di temani oleh umi dan abinya. Zizah yang sedang duduk menonton tv, kemudian bangun dan membuka pintu depan. Dia menyambut Kakak madunya itu.Suasana di rumah itu pun kembali sepsrti semula etelah Fatma membaik. Rumah yang selalu penuh kasih dan sayang, penuh senyum dan tawa. Dua wanita shalihah itu selalu hidup rukun. Walaupun tidak ada yang tahu keadaan hati mereka seperti apa?Tak terasa, waktu sudah bergulir. Kini, kandungan Zizah sudah menginjak bulan ke lima. Setelah 1 bulan yang lalu mengadakan tasyakuran 4 bulan kehamilannya.Saat ini, Zizah sedang membuat juz untuknya dan juga Fatma. Dia menaiki tangga, namun pada saat dia akan mengetuk pintu kamar Fatma. Tiba tiba Zizah mendengar seseorang sedang berbicara, seperti sedang menelpon.Dia pun mengurungkan niatnya. Tapi pada saat dia akan berbalik badan, tiba tiba Zizah mendengar Fatma sedang berbicara dengan seseorang.''Apa kau sudah gila? Bagaimana mungkin aku meminta Mas
Satria menggendong Fatma dengan cemas. Dia memanggil suster untuk segera membawanya ke UGD. Setelah itu, Satria meminta Dokter segera memeriksa keadaan sang istri. Dan setelah di periksa, ternyata kepala Fatma terbentur lumayan keras, hingga membuatnya tak sadarkan diri, untungnya tidak ada luka yang parah.Ummi dan Abi datang dengan tergopoh gopoh setelah menerima telpon dari Satria tentang putrinya.''Bagaimana keadaan Fatma, Sat? Dia baik-baik saja kan?'' tanya Umi dengan khawatir.''Umi tenang saja. Fatma gak apa apa kok."''Bagaimana bisa dia begini, Sat?'' tanya Abi penasaran.''Fatma jatuh dari tangga Bi, saat Satria pulang tadi.''Dia tak menceritakan jika Zizah yang menyebabkan Fatma jatuh. Satria takut jika mertuanya akan membenci Zizah. Kemudian Abi dan Umi masuk kedalam ruang UGD.Sementara itu, Satria pergi ke toilet. Dia mengacak rambutnya dengan kesal.''Kenapa tadi aku membentak Zizah? Aku yakin, jika saat ini dia sedang marah padaku,'' gumamnya.Satria menyesal sebab
Satria tidak pulang ke rumah sakit, sebab dia masih merasa kecewa kepada Fatma saat mendengar kenyataan dari Bi Siti, bahwa Fatma hanya menginginkan anak dari Azizah.Pria itu termenung di kamar sambil menjambak rambutnya. Dia masih tidak percaya jika Fatma bisa melakukan itu. Sudah 5 tahun ia mengenalnya, dan entah kenapa Satria tidak 100% percaya, namun bi Siti pun tidak mungkin berbohong."Jika memang Fatma tidak berkata seperti itu mungkin Azizah tidak akan pergi dari sini. Tapi, besok sebelum aku ke rumah sakit, aku harus menemui Nisa dulu," gumamnya dengan sangat yakin bahwa Azizah berada di kediaman Nisa.Karena wanita itu tidak memiliki sanak saudara di kota, jadi ke mana lagi Azizah akan pergi selain ke rumahnya Nisa.....................Pagi ini Satria sudah siap untuk pergi ke kediamannya Nisa, tetapi kontrakannya kosong seperti tidak ada orang. Akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi ke cafe di mana Nisa bekerja, namun saat sampai di sana ternyata wanita itu belum datang
Fatma sempat melihat kilat kemarahan di mata suaminya.''Mas, kamu salah paham. Aku tak pernah mengusir Zizah.'' bela Fatma pada dirinya.''Iya, kau tak mengusirnya. Tapi kau, mengiginkannya pergi, kan? Jika iya, maka kau berhasil Fat. Dia sudah pergi dari rumah!'' geram Satria menatap marah istri pertamanya itu.''Apa! Zizah pergi!" kaget Fatma.''Ck! Bukannya kau senang? Bahkan kau hanya ingin anaknya Zizah saja kan? Apa salah dia padamu, Fat? Dia, bertahan itu karena kamu! Dia hamil juga karena permintaan kamu. Lalu kau, malah mau mengambil anaknya? Dimana hatimu, Fat? Dimana!" geram Satria.''Mas, kamu salah paham, Mas."''Salah paham kamu bilang? Bik Situ melihat perdebatan kalian,'' tutur Satria.''Mas, aku tak pernah berpikiran buruk seperti itu pada Zizah. Kalian salah paham." Fatma mencoba menjelaskan menangis.Abi dan Umi tak terima Fatma di marahi seperti itu. "Satria. Kamu bisa kan bicara baik-baik pada istrimu? Dia sedang sakit," ucap Abi."Maaf Bi. Tapi dia sudah keterla
Sudah satu minggu lamanya Azizah pergi dari rumah. Satria pun belum bisa menemukan keberadaan Zizah, bahkan telponnya pun tak pernah aktip. Hari ini. Kemudian dia membenamkan kepala nya di antara kedua lengannya di atas meja kerja.''Kau kenapa, Sat?" tanya Dokter Citra.''Kau, sejak kapan masuk?'' heran Satria sebab ia tak mendengar Citra masuk keruangannya.''Bagaimana kau tahu. Bahkan, sedari tadi aku mencarimu, tapi kau tak dengar." Dokter citra kemudian mendudukan bokongnya di kursi, di hadapan Satria.''Aku, sedang memikirkan istriku, Cit. Dia pergi dari rumah, dan sampai sekarang aku belum menemukan keberadaannya,'' ujar Satria dengan wajah lesu.''Kenapa bisa?'' kaget Citra, bahkan matanya membulat sempurna mendengar penuturan sahabatnya.''Aku membentaknya, karena salah paham, hingga menyakiti hatinya dan juga karena ia bertengkar dengan Fatma," jujur Satria.''Huuuufff ... Itu resiko mu, Sat. Kenapa kau mempunyai dua istri?'' decak Citra.''Lalu, aku harus bagaimana, Cit? Ak
Setelah Abi Haidar menyelesaikan pekerjaannya, dia menuju rumah sakit dan di sana masih ada Bi Rahma serta Umi. Kebetulan Bi Rahma baru akan pamit pulang."Syukurlah kamu datang Mas Haidar," ujar Bi Rahma, "tadi menantu durjana kamu itu ke sini, dan dia malah menyalahkan Fatma atas kepergian wanita sialan itu," ucapnya dengan begitu ketus."Jadi tadi Satria ke sini?" Abi Haidar menatap ke arah sang istri dan langsung dibalas anggukan oleh Umi Khaira."Ya sudah, kalau gitu aku pamit dulu," ucap Bi Rahma, namun seketika dia menatap lekat ke arah kakak iparnya tersebut. "Aku harap kamu bisa memberi pengertian kepada suami dari putrimu itu! Kasihan Fatma, dia sudah menderita penyakit yang begitu mematikan, ditambah dia juga harus menderita luka batin dari suami dan juga madunya. Sejujurnya aku tuh cukup kesal kepada putrimu, karena dia malah menyuruh suaminya untuk menikah lagi, dan sekarang lihatlah! Suaminya lebih dominan kepada istri barunya ketimbang kesehatan Fatma, tapi apapun itu a