Bab 45 Rahasia KamaKama melihat Tita dengan mimik serius sekali.“Pergilah sebentar, aku mau berbicara serius dengan Bening,” pinta Tita halus.Hati Kama semakin deg – degan. Dia membawa kakaknya menjauh dari Bening. “Kak, please promise me, you won’t hurt her.”Tita memandang wajah adiknya. “Apa kamu sangat mencintainya?” tanyanya hati – hati.“Kak, please jangan menggoda. Kakak tahu aku sangat serius dengan Bening.”“Kalau begitu, berikan kami berdua waktu untuk bicara, dan ini pembicaraan antar perempuan. Kamu percaya Kakak. kan?” ucap Tita, menaikkan sebelah alisnya. Dia membaca kekhawatiran pada raut muka adiknya.“Baiklah…” Kama menyerah.“Kamu kembalilah bekerja, biar Bening di sini.”Kama mengeryitkan kedua alisnya. “Bukankah Kakak mengundang kami makan siang? Kenapa sekarang berbeda?” tanyanya heran.“Kakak merubah rencana.” Tita lalu memanggil Anggi – sekretaris sekaligus asistennya. “Tolong bawakan Pak Kama lunch box.” Setelah itu ia mengajak Bening ke kamarnya.Kama melih
Bab 46 Afraid“Apa yang kalian bicarakan tadi?” Kama bertanya dengan telisik pada Bening. “Adakah obrolan kritis, hingga membuatmu lebih banyak melamun?”Sepanjang perjalanan menuju Joli Flower, perempuan yang duduk di sampingnya itu lebih diam dari biasanya.Bening menoleh kemudian menggeleng pelan. “Tidak, tidak ada! Kami hanya mengobrol biasa sesama wanita tentang fashion dan hal remeh – temeh lainnya.”“Sungguh? Apa kamu tidak menyembunyikan sesuatu dariku. Please sayang, aku tidak mau selepas pertemuan ini kamu menjauh dariku,” ucap Kama. Instingnya tajam dan mencium gelagat aneh pada Bening.Ia perhatikan, saat makan siang, Bening tidak banyak bicara dan lebih banyak mendengar percakapan antara dirinya dan Tita.Bening mengangguk. Dalam hati ia tidak mau mengungkapkan apa yang telah Tita katakan pada Kama. Ia pikir, ini akan menjadi masalah rumit. Hubungan dia dan Kama masih baru, dan dia tidak mau memaksa lelaki itu untuk memilih antara dirinya dan Tita.“Benarkah? Tapi aku men
Bab 47 Cinta seorang KakakGedoran pintu di siang bolong itu membuat Kama benar – benar mangkel. Awalnya ia mencoba mengabaikannya tapi makin lama makin kencang.Pria itu melemparkan badannya ke sisi samping pembaringan, kemudian beranjak membukakan pintu. Ia sudah hendak menyerang si perusuh. Begitu pintu terbuka, mulutnya seketika terkunci saat mengetahui siapa yang berdiri di depannya. Wanita itu sedang tersenyum ke arahnya.“Ada apa, Kak?” tanya Kama datar saat melihat kakaknya berdiri dengan anggun dengan mata telisik seperti seorang detektif. Belum sempat ia mempertanyakan kedatangan kakaknya. Perempuan itu sudah memberondongnya dengan pertanyaan.“Kakak yang seharusnya bertanya begitu. Kamu kenapa? Berhari – hari tidak bisa Kakak hubungi. Didatangi ke kantor juga tidak apa. Ke mana aja sih kamu?” keluh Tita sambil memegang pundak Kama.“Kama sibuk.”Hati Tita terhenyak mendengar jawaban pendek dan sikap dingin adiknya. Biasanya Kama selalu hangat kepadanya.Lelaki itu kemudian
Bab 48 When love is hurt“Assalamualaikum.” Sore itu Andini mampir ke rumah Bening. Dilihatnya Iswati sedang bercengkrama dengan suaminya. Sesekali dia tersenyum melihat Evan yang sedang bermain puzzle bersama Elang di lantai.“Waalaikumsalam. Andini, kapan kamu datang dari Spanyol?” Iswati menyambut teman baik Bening itu dengan dekapan hangat.“Kemarin Tan?” Andini mencium tangan Iswati, kemudian suaminya.“Kok aku gak, Kak?” goda Elang nakal.Andini hanya tersenyum. “Bening apa ada di rumah, Tan?”“Ada, Nak. Dia di dalam? Mari masuk dulu,” ajak Iswati ramah.“Apa Bening sibuk, Tan? Telpon saya semingguan ini tidak diangkat,” kata Andini hendak mengadu.“Tidak, seminggu ini dia lebih banyak di rumah, alat bantu dengarnya juga jarang dia pakai sekarang.”Kedua alis Andini saling bertaut. “Maaf Tan, apa ada masalah yang menimpa Bening?”Raut muka Iswati tampak masgul. “Justru itu yang mau Tante cari tahu. Kenapa Bening tiba – tiba berubah. Tolong ya, Nak bantu Tante mencari tahunya. Se
Bab 49 Sorry Nona!Sejumput kejengkelan mempengaruhi otak Kama. Rahang pria itu menegang saat memasuki rumah Tita. Pria itu mencium gelagat aneh dengan undangan mendadak Tita. “Adit, tolong ubah semua jadwal saya! Buat sepadat mungkin,” perintahnya sebelum menyapa keluarga Sasongko yang sedang bercengkrama dengan kakaknya.“Baik, Pak…” Adit kemudian berbelok menuju ruang lain. Di sana ia berpapasan dengan Widuri yang entah datang dari mana. Di belakangnya ada Anggi. “Hai… apa Kama sudah datang?” tanya gadis itu kenes.“Sudah, barusan Pak Kama masuk…” sahut Adit.Sontak Widuri mengambil kaca kecil dalam tas. Beberapa saat kemudian, tangannya sibuk menambahkan riasan wajahnya. Adit memperhatikan itu sekilas perempuan di hadapannya itu.“Bagaimana penampilanku?” tanya Widuri langsung pada Adit. Malam itu ia mengenakan setelan dengan warna mencolok mata, hijau dan merah, dengan sepatu model wedge. Bantalannya sangat tebal. Kemudian tas totenya besar dengan warna genjreng.Mata Adit memic
Bab 50 Kangen“Apa kalian mau mencoba mempermainkan saya, heh!” cetus Widuri murka. Harga dirinya merasa diinjak – injak oleh Kama, karena lelaki itu meninggalkannya di pom bensin.“Telpon Mas Kama sekarang!” bentak Widuri kesal seraya mengentakkan kakinya ke tanah.“Telpon Pak Kama tidak aktif!” sahut Adit. Ia tadi pura – pura menelpon.Widuri mengibaskan tangannya dan tidak terima dengan perkataan Adit. “Bohong kamu!” Dia lalu menelpon Kama dan lelaki itu tidak menjawabnya. Dengan dengkusan kasar, ia menepuk pundak sang sopir dengan kasar. “Kamu keluar, jangan enak – enakan di dalam mobil, cari Pak Kama sekarang!!” Dia masuk ke dalam mobil dengan kepala bertanduk.Pak Imam tidak mau ribut, dia mencari Kama keliling pom bensin, dan beberapa saat dia kembali. “Maaf Mba Widuri, saya tidak menemukan Pak Kama.”“Yang membuat saya heran, apa begitu sikap crazy rich dengan santaimya meninggalkan seorang wanita di pom bensin? Apa dia tidak tahu attitude bagaimana memperlakukan wanita semest
Bab 51 Proposal ElangApa aku sudah gila, Din? Aku melihat Kama di mana – mana.” Bening berkata dengan lesu. Dia tadi malu sekali saat memeluk Elang dan menduga pria itu adalah Kama. Lelaki yang ia rindukan."Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku saat ini. Aku seperti kehilangan kontrol atas diriku dan selalu menyalahkan diriku, kenapa aku tidak kaya dan normal seperti Kamam sehingga aku tidak pantas bersanding dengannya." Bening mengusap wajahnya yang keruh."Hatiku sakit sekali tiap kali mengenyahkan bayangannya. Apa yang harus kulakukan, Din. Sungguh aku tersiksa.” Ia tampak mau menyerah dengan nasib.Ujian yang bertubi – tubi membuat tubuh Bening lelah. Tanpa bisa dicegah, air mata wanita mulai merembes."Be, aku pernah di posisimu, patah hati itu memang tidak nyaman. It's okay untuk bersedih. Asal jangan terhanyut dengan rasa sedih. Kamu sudah melewati banyak hal, sayang, dan ingat, Evan dan Joli Flower butuh kamu.” Andini menghirup napas pelan. “Jalan satu - satunya adal
Bab 52 Undangan spesialSeminggu berlalu tanpa riak berarti. Bening mulai mulai bekerja, senyumnya mengembang, meskipun kesedihan masih terpancar jelas di wajahnya.Cuaca pertengahan September sangat kering. Setelah meeting dengan client, Bening memeriksa laporan keuangan, kemudian dilanjutkan dengan membalas email serta pesan masuk melalui media sosial Joli Flower.Suka tidak suka, dia harus meneruskan pekerjaan yang Ajeng lakukan sebelumnya. Sejujurnya ini sangat melelahkan baginya, dengan tambahan pekerjaan yang harus ia lakukan untuk terus mempromosikan Joli Flower.“Tanto, tolong ke sini sebentar, dan ajari saya cara membuat video?” pinta Bening. Mukanya berlipat dengan kening berkerut. Ia tampak frustrasi.Tanto datang, lelaki kemayu datang. Dia mengajari Bening membuat video reels, kemudian mempostingnya ke media sosial.Bening tersenyum puas, melihat hasil video buatan Tanto. “Terima kasih, kamu pandai sekali membuat videonya lebih estetik,” pujinya sungguh – sungguh.“Biasa a