Bab 48 When love is hurt“Assalamualaikum.” Sore itu Andini mampir ke rumah Bening. Dilihatnya Iswati sedang bercengkrama dengan suaminya. Sesekali dia tersenyum melihat Evan yang sedang bermain puzzle bersama Elang di lantai.“Waalaikumsalam. Andini, kapan kamu datang dari Spanyol?” Iswati menyambut teman baik Bening itu dengan dekapan hangat.“Kemarin Tan?” Andini mencium tangan Iswati, kemudian suaminya.“Kok aku gak, Kak?” goda Elang nakal.Andini hanya tersenyum. “Bening apa ada di rumah, Tan?”“Ada, Nak. Dia di dalam? Mari masuk dulu,” ajak Iswati ramah.“Apa Bening sibuk, Tan? Telpon saya semingguan ini tidak diangkat,” kata Andini hendak mengadu.“Tidak, seminggu ini dia lebih banyak di rumah, alat bantu dengarnya juga jarang dia pakai sekarang.”Kedua alis Andini saling bertaut. “Maaf Tan, apa ada masalah yang menimpa Bening?”Raut muka Iswati tampak masgul. “Justru itu yang mau Tante cari tahu. Kenapa Bening tiba – tiba berubah. Tolong ya, Nak bantu Tante mencari tahunya. Se
Bab 49 Sorry Nona!Sejumput kejengkelan mempengaruhi otak Kama. Rahang pria itu menegang saat memasuki rumah Tita. Pria itu mencium gelagat aneh dengan undangan mendadak Tita. “Adit, tolong ubah semua jadwal saya! Buat sepadat mungkin,” perintahnya sebelum menyapa keluarga Sasongko yang sedang bercengkrama dengan kakaknya.“Baik, Pak…” Adit kemudian berbelok menuju ruang lain. Di sana ia berpapasan dengan Widuri yang entah datang dari mana. Di belakangnya ada Anggi. “Hai… apa Kama sudah datang?” tanya gadis itu kenes.“Sudah, barusan Pak Kama masuk…” sahut Adit.Sontak Widuri mengambil kaca kecil dalam tas. Beberapa saat kemudian, tangannya sibuk menambahkan riasan wajahnya. Adit memperhatikan itu sekilas perempuan di hadapannya itu.“Bagaimana penampilanku?” tanya Widuri langsung pada Adit. Malam itu ia mengenakan setelan dengan warna mencolok mata, hijau dan merah, dengan sepatu model wedge. Bantalannya sangat tebal. Kemudian tas totenya besar dengan warna genjreng.Mata Adit memic
Bab 50 Kangen“Apa kalian mau mencoba mempermainkan saya, heh!” cetus Widuri murka. Harga dirinya merasa diinjak – injak oleh Kama, karena lelaki itu meninggalkannya di pom bensin.“Telpon Mas Kama sekarang!” bentak Widuri kesal seraya mengentakkan kakinya ke tanah.“Telpon Pak Kama tidak aktif!” sahut Adit. Ia tadi pura – pura menelpon.Widuri mengibaskan tangannya dan tidak terima dengan perkataan Adit. “Bohong kamu!” Dia lalu menelpon Kama dan lelaki itu tidak menjawabnya. Dengan dengkusan kasar, ia menepuk pundak sang sopir dengan kasar. “Kamu keluar, jangan enak – enakan di dalam mobil, cari Pak Kama sekarang!!” Dia masuk ke dalam mobil dengan kepala bertanduk.Pak Imam tidak mau ribut, dia mencari Kama keliling pom bensin, dan beberapa saat dia kembali. “Maaf Mba Widuri, saya tidak menemukan Pak Kama.”“Yang membuat saya heran, apa begitu sikap crazy rich dengan santaimya meninggalkan seorang wanita di pom bensin? Apa dia tidak tahu attitude bagaimana memperlakukan wanita semest
Bab 51 Proposal ElangApa aku sudah gila, Din? Aku melihat Kama di mana – mana.” Bening berkata dengan lesu. Dia tadi malu sekali saat memeluk Elang dan menduga pria itu adalah Kama. Lelaki yang ia rindukan."Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku saat ini. Aku seperti kehilangan kontrol atas diriku dan selalu menyalahkan diriku, kenapa aku tidak kaya dan normal seperti Kamam sehingga aku tidak pantas bersanding dengannya." Bening mengusap wajahnya yang keruh."Hatiku sakit sekali tiap kali mengenyahkan bayangannya. Apa yang harus kulakukan, Din. Sungguh aku tersiksa.” Ia tampak mau menyerah dengan nasib.Ujian yang bertubi – tubi membuat tubuh Bening lelah. Tanpa bisa dicegah, air mata wanita mulai merembes."Be, aku pernah di posisimu, patah hati itu memang tidak nyaman. It's okay untuk bersedih. Asal jangan terhanyut dengan rasa sedih. Kamu sudah melewati banyak hal, sayang, dan ingat, Evan dan Joli Flower butuh kamu.” Andini menghirup napas pelan. “Jalan satu - satunya adal
Bab 52 Undangan spesialSeminggu berlalu tanpa riak berarti. Bening mulai mulai bekerja, senyumnya mengembang, meskipun kesedihan masih terpancar jelas di wajahnya.Cuaca pertengahan September sangat kering. Setelah meeting dengan client, Bening memeriksa laporan keuangan, kemudian dilanjutkan dengan membalas email serta pesan masuk melalui media sosial Joli Flower.Suka tidak suka, dia harus meneruskan pekerjaan yang Ajeng lakukan sebelumnya. Sejujurnya ini sangat melelahkan baginya, dengan tambahan pekerjaan yang harus ia lakukan untuk terus mempromosikan Joli Flower.“Tanto, tolong ke sini sebentar, dan ajari saya cara membuat video?” pinta Bening. Mukanya berlipat dengan kening berkerut. Ia tampak frustrasi.Tanto datang, lelaki kemayu datang. Dia mengajari Bening membuat video reels, kemudian mempostingnya ke media sosial.Bening tersenyum puas, melihat hasil video buatan Tanto. “Terima kasih, kamu pandai sekali membuat videonya lebih estetik,” pujinya sungguh – sungguh.“Biasa a
Bab 53 All you need is loveDengkul Bening gemetar melihat Kama mendekat ke arahnya. Ia ingin menghindar, tapi kakinya seperti terpaku ke bumi. Badannya mendadak kaku dan jantungnya berdegup lebih cepat.“Kenapa diwakilkan pada Kama?” bisik Bening pada mamanya. Ia tak habis pikir dengan ide orang tuanya untuk menjadikan Kama wali pernikahan Elang dan Andini.“Itu ide papamu, Mama hanya mengikuti. Kamu tahu, papamu sangat menyukai Kama.” Iswati langsung sumringah saat Kama menyalaminya.“Terima kasih sudah berkenan datang dan maaf merepotkan jadinya.” Iswati berkata dengan lembut diselingi senyum yang berderai.Kama menyalami Iswati. “Tidak apa – apa, Tante. Saya senang dan terharu Om dan Tante memberikan kepercayaan pada saya untuk menjadi wali nikah Elang.” Ekor mata Kama melirik Bening yang berdiri dan menunduk di samping Iswati.“Kami bersyukur sekali Nak Kama mau. Karena sebagai mamanya Elang awalnya kaget. Anak saya itu kan, setahu saya tidak pernah dekat dengan perempuan. Sikap
Bab 54 Ketika mata saling bicaraSpontan Bening berlari ke tempat Kama makan bersama tamu undangan lain diikuti oleh Iswati dan Andini yang berlari di belakangnya.Di tengah – tengah resto, ia melihat tamu undangan berkerumun. Secepat kilat Bening menyeruak kerumunan itu.Kemudian, matanya nanar saat melihat Kama terkapar di lantai dengan muka pucat seperti mayat.Sementara itu, Elang dan papanya berada di sisi kiri – kanan Kama. Wajah mereka tak kalah pucat.“Apa yang terjadi? Tanya Bening gugup.“Aku tidak tahu, Kak. Saat hendak duduk Mas Kama tiba – tiba pingsan.”Tangan Bening memegang denyut nadi Kama. Sayangnya denyut nadi pria itu tidak teraba. Ia kemudian mendekatkan telinganya ke dada, Kama. Irama jantungnya tidak terdeteksi. Wanita itu panik.“Elang! Cepat telpon ambulance!” teriak Bening panik. Sambil memompa jantung Kama. “Tetaplah stay bersama kami, Kama, tolong, kuatlah,” ucapnya sambil terisak.Andini tercekat. Gadis itu berdiri di belakang Bening.Sementara Iswati, dia
Bab 55 Terjebak dalam lamunan“Bening… Bening!” Kama mencari – cari Bening seusai siuman dari operasi pemasangan ring.Tita yang ada di sampingnya maygul. Adiknya lebih ingat dengan Bening daripada dirinya. “Bening masih ada urusan dengan pekerjaannya. Dia nanti ke sini,” katanya menenangkan, dan bertentangan dengan isi hatinya.Wajah Kama berubah murung, setelah ia sadar sepenuhnya. Dia melihat ada Tita dan Adit yang berada di kamarnya. “Bening berjanji mau menemaniku, tolong telepon dia, dan minta segera datang ke sini,” pinta Kama kolokan.Tita menarik napas panjang. “Iya, nanti Kakak usahakan. Kamu istirahatlah dulu dan jangan banyak bergerak.” Dia merapikan selimut yang menyelimuti tubuh Kama.Kama memejamkan mata, pura – pura tidur akan tetapi justru wajah Bening yang membayang di pelupuk mata.Melihat Kama tidur, Tita mengajak Adit berbicara di luar. “Adit, tolong, jauhkan Kama dengan Bening, kalau perlu pakai orang pintar. Saya tidak mau Kama terpengaruh oleh wanita itu.” Dia