Bab 55 Terjebak dalam lamunan“Bening… Bening!” Kama mencari – cari Bening seusai siuman dari operasi pemasangan ring.Tita yang ada di sampingnya maygul. Adiknya lebih ingat dengan Bening daripada dirinya. “Bening masih ada urusan dengan pekerjaannya. Dia nanti ke sini,” katanya menenangkan, dan bertentangan dengan isi hatinya.Wajah Kama berubah murung, setelah ia sadar sepenuhnya. Dia melihat ada Tita dan Adit yang berada di kamarnya. “Bening berjanji mau menemaniku, tolong telepon dia, dan minta segera datang ke sini,” pinta Kama kolokan.Tita menarik napas panjang. “Iya, nanti Kakak usahakan. Kamu istirahatlah dulu dan jangan banyak bergerak.” Dia merapikan selimut yang menyelimuti tubuh Kama.Kama memejamkan mata, pura – pura tidur akan tetapi justru wajah Bening yang membayang di pelupuk mata.Melihat Kama tidur, Tita mengajak Adit berbicara di luar. “Adit, tolong, jauhkan Kama dengan Bening, kalau perlu pakai orang pintar. Saya tidak mau Kama terpengaruh oleh wanita itu.” Dia
Bab 56 Tuduhan TitaMuka Tita seperti dilempar kotoran oleh Kama. “Ini tidak masuk akal! Kama tidak akan melakukan perbuatan serendah ini pada kakaknya sendiri,” desis Tita murka. Tangan wanita cantik itu mengepal, sedangkan matanya merah menyala. Dia kemudia menoleh pada Adit.“Apa kamu bisa jelaskan permainan apa ini, Adit?!!” Tekanan suara Tita terdengar menakutkan dan dingin, meski begitu membuat bulu kuduk lelaki kemayu itu merinding.“Sumpah, demi Tuhan, saya tidak tahu apa – apa soal ini, Bu. Tadi Pak Kama menyuruh saya keluar. Dengan alasan tidak mau diganggu.” Adit membela diri. Walaupun ada CCTV di kamar Pak Kama, sangat muskil baginya untuk meminta rekaman video pada pihak rumah sakit.Tita menoleh pada Anggi, wajah asistennya itu sama datar dan ketakutan seperti Adit. “Anggi, saya mau bertemu dengan Direktur dan Owner rumah sakit ini. Minta mereka menemui saya segera di apartemen!” sungutnya sambil membalikkan badan dan melangkah pergi.“Gara – gara kamu, sih, aku yang ken
Bab 57 Di mana Kama “Anggi, pesan tiket sekarang. Saya mau pulang! Sebelum itu kamu telepon Adit, supaya dia tetap di Singapura! Dan minta dia lapor ke saya setiap menit!” Muka Tita merah padam, setelah menerima kabar dari Anggi kalau Mr. Ohama sedang ke Luar Negeri. Ego Tita benar – benar terluka dengan sikap Kama yang mengabaikan dia. “Baik Bu!” Anggi memandang Tita yang berjalan anggun naik ke kamar mezzanine, di mana ia suka menghabiskan waktunya di sana selama di apartemen. Tiba – tiba Tita menoleh. “Anggi, saya tidak suruh kamu melamun! Cepat kerjakan perintah saya!” Anggi geragapan. “I-iya, Bu. Sekarang!” Tangannya cepat – cepat mengambil tas yang ada di atas sofa, tapi karena buru – buru kakinya malah terantuk kaki meja, dan membuatnya jatuh terjerembab. Muka wanita itu mencium lantai marmer. “Ah… sial bener!” gerutunya. Setelah menguasai emosinya, Anggi menelpon Adit, kemudian memesan tiket pulang ke Indonesia. Dia kemudian mendengar suara pintu terbuka dan mendongak k
Bab 58 Rumor tak sedap.“Hah? Kama tidak ada di kamar? Bagaimana mungkin? Terus untuk apa para penjaga itu menjaga kamarnya, jika yang dijaga tidak ada?” tanya Tita bingung bercampur cemas yang merenggut dadanya setelah melihat rekaman video milik Adit.“Begitulah kenyataannya, Bu, dan saya juga masih belum menemukan apa yang terjadi,” ujar Adit.Kepala wanita manis itu mendadak pening. “Apa kamu sudah check ke dalam toilet, siapa tahu Kama di sana?”“Tidak ada, Bu. Sewaktu Janitor membersihkan toilet, kamar mandinya kosong dan tempat tidurnya juga sangat rapi, seperti tidak ada yang meniduri?”“Tolong kirimkan video itu ke saya?” pinta Tita tegang.Adit mengirimkan video rekaman tersebut ke nomor Tita. Sekali lagi wanita itu melihat dan mencermati dengan seksama.“Ini betul – betul aneh!” Kening Tita saling bertaut. “Mungkinkah ada yang menculik Kama?” Dia melontarkan pernyataan yang membuatnya semakin cemas. Selama ini ia tahu reputasi Kama.Dia sangat berdedikasi pada pekerjaan, ju
Bab 59 Hujan membawa gairahMalam itu Bening sedikitpun tidak dapat memicingkan matanya. ia membolak -balikkan badan hingga dipannya berderit.Ia kemudian menyeret langkah menuju kamar kedua orang tuanya. Posisinya berada bersebelahan dengan ruang tengah. Tangan Bening pelan mengetuk pintu kamar.Iswati membukakan pintu untuknya. "Ada apa sayang, kok kamu belum tidur?" tanya Iswati pada anaknya. Malam itu dia memakai daster warna hitam motif bambu yang Bening beli di E commerce. Kembaran dengan miliknya dan Mba Atun."Bening tidak bisa tidur Ma. Bening mau tidur bersama Evan malam ini." Dia menyandarkan kepalanya di dinding. Sejak dia pindah ke rumah orang tuanya, Evan tidur bersama mereka. Alasannya supaya membantu Bening tidur nyenyak."Mungkin, setelah memeluk Evan Bening bisa tidur."Iswati menengok ke belakang, di mana suaminya tidur nyenyak memeluk Evan. “Lihatlah, anakmu tidur lelap dipeluk kakeknya.” Tapi Iswati tidak mau mengecewakan Bening.Pelan - pelan dia mengambil bayi m
Bab 60 Love is not controllingPagi - pagi, Tita sangat gusar, Adit tidak bisa dihubungi sama sekali. Mulut perempuan itu terkatup rapat.Di depannya ada roti dengan irisan alpukat dan kopi hitam yang dingin sejak tadi. Ia tidak menyentuhnya sama sekali."Kacau semua, kacau!" Gerutuan tak jelas keluar dari mulut Tita. Tangannya meremas - remas tissue hingga hancur.Dia sangat gusar karena sampai hari ke 5, informasi tentang Kama masih kabur.Walaupun dia sempat mengontak Mr. Ohama dan memberitahunya bahwa Kama baik - baik saja. Tapi hal itu tidak membuatnya bahagia.Ia merasa semua yang dikatakan Mr. Ohama adalah pernyataan bias, mengingat dalam video Adit justru memperlihatkan ruangan Kama kosong.Mungkinkah Kama pindah ke kamar lain untuk mengelabuinya? Dan Mr. Ohama memenuhi keinginan clientnya. Pertanyaan itu ia redam di kepalanya.Beberapa kali Tita mendesah panjang sebelum berteriak memanggil Anggi."Anggi... cepat ke sini!! "Anggi yang mulai tadi menunggu di dapur, terbirit-bi
Bab 61 Membalik FitnahAwal Oktober, sinar matahari dengan digdaya memamerkan kekuatannya menjilat bumi. Panasnya membakar kulit siapapun yang berani melawannya.Musim kering kali ini, lebih panjang dan ganas daripada tahun lalu. Cuaca yang panas dan gerah membuat sebagian orang malas keluar rumah.Tapi Bening tidak, dia tetap bersemangat menyapa hari. Ia lewati panasnya jalan aspal yang melelehkan ban motornya dengan senyum mengembang. Ada banyak hal yang harus ia kerjakan untuk Joli Flower.Sesampainya di Joli Flower, ia sengaja memarkir motornya di depan Bank BNI, jaraknya 10 meter dari Joli Flower, kemudian berjalan kaki ke sana. Kemudian ia melihat Tanto dan Adit berjalan di depannya.“Kasihan Ibu Bening, gara – gara video viral itu, banyak client berhenti berlangganan. Kita juga yang kena imbasnya. Kita kemungkinan besar tidak mendapatkan bonus. Mana aku baru pinjam uang untuk membantu Ibu memperbaiki rumah,” keluh Ismail.“Lebay amay kamu, Il, baru juga dua hari kejadiannya. Ka
Bab 62 Typo membawa berkah "Sebentar, ya, Ibu - ibu, silahkan duduk dulu kalau mau mendaftar." Dengan lemah lembut Bening mengarahkan segerombolan ibu - ibu ke tempat duduk yang tersedia. Wanita itu kemudian mendatangi Tanto yang menunggu dengan tegang. "Ada masalah gawat apa?" tanya Bening. "Yang mendaftar melebihi quota, Bu." "Memangnya ada berapa orang yang mendaftar?" "1000 orang!" Tanto memperlihatkan jawaban orang yang antusias mau mengikuti kelas gratis merangkai bunga. "Wow! Luar biasa! Kamu tinggal bilang kalau quota kita cuma 90 orang. Setelah itu nanti kita bagi sesuai schedule yang mereka mau," kata Bening senang. Raut muka Tanto tampak semakin kalut. Matanya merah seperti hendak menangis. "Tapi, masalahnya tidak sesederhana itu, Bu. Saya melakukan kesalahan. Quota yang saya tulis untuk 900 orang!" "Haaaa!!" Bening melotot. Dia memejamkan mata beberapa saat, kemudian matanya menyisir sekitar. Raut mukanya berubah tegang. "Ikut ke ruangan saya sekarang! Panggil jug