Bab 46 Afraid“Apa yang kalian bicarakan tadi?” Kama bertanya dengan telisik pada Bening. “Adakah obrolan kritis, hingga membuatmu lebih banyak melamun?”Sepanjang perjalanan menuju Joli Flower, perempuan yang duduk di sampingnya itu lebih diam dari biasanya.Bening menoleh kemudian menggeleng pelan. “Tidak, tidak ada! Kami hanya mengobrol biasa sesama wanita tentang fashion dan hal remeh – temeh lainnya.”“Sungguh? Apa kamu tidak menyembunyikan sesuatu dariku. Please sayang, aku tidak mau selepas pertemuan ini kamu menjauh dariku,” ucap Kama. Instingnya tajam dan mencium gelagat aneh pada Bening.Ia perhatikan, saat makan siang, Bening tidak banyak bicara dan lebih banyak mendengar percakapan antara dirinya dan Tita.Bening mengangguk. Dalam hati ia tidak mau mengungkapkan apa yang telah Tita katakan pada Kama. Ia pikir, ini akan menjadi masalah rumit. Hubungan dia dan Kama masih baru, dan dia tidak mau memaksa lelaki itu untuk memilih antara dirinya dan Tita.“Benarkah? Tapi aku men
Bab 47 Cinta seorang KakakGedoran pintu di siang bolong itu membuat Kama benar – benar mangkel. Awalnya ia mencoba mengabaikannya tapi makin lama makin kencang.Pria itu melemparkan badannya ke sisi samping pembaringan, kemudian beranjak membukakan pintu. Ia sudah hendak menyerang si perusuh. Begitu pintu terbuka, mulutnya seketika terkunci saat mengetahui siapa yang berdiri di depannya. Wanita itu sedang tersenyum ke arahnya.“Ada apa, Kak?” tanya Kama datar saat melihat kakaknya berdiri dengan anggun dengan mata telisik seperti seorang detektif. Belum sempat ia mempertanyakan kedatangan kakaknya. Perempuan itu sudah memberondongnya dengan pertanyaan.“Kakak yang seharusnya bertanya begitu. Kamu kenapa? Berhari – hari tidak bisa Kakak hubungi. Didatangi ke kantor juga tidak apa. Ke mana aja sih kamu?” keluh Tita sambil memegang pundak Kama.“Kama sibuk.”Hati Tita terhenyak mendengar jawaban pendek dan sikap dingin adiknya. Biasanya Kama selalu hangat kepadanya.Lelaki itu kemudian
Bab 48 When love is hurt“Assalamualaikum.” Sore itu Andini mampir ke rumah Bening. Dilihatnya Iswati sedang bercengkrama dengan suaminya. Sesekali dia tersenyum melihat Evan yang sedang bermain puzzle bersama Elang di lantai.“Waalaikumsalam. Andini, kapan kamu datang dari Spanyol?” Iswati menyambut teman baik Bening itu dengan dekapan hangat.“Kemarin Tan?” Andini mencium tangan Iswati, kemudian suaminya.“Kok aku gak, Kak?” goda Elang nakal.Andini hanya tersenyum. “Bening apa ada di rumah, Tan?”“Ada, Nak. Dia di dalam? Mari masuk dulu,” ajak Iswati ramah.“Apa Bening sibuk, Tan? Telpon saya semingguan ini tidak diangkat,” kata Andini hendak mengadu.“Tidak, seminggu ini dia lebih banyak di rumah, alat bantu dengarnya juga jarang dia pakai sekarang.”Kedua alis Andini saling bertaut. “Maaf Tan, apa ada masalah yang menimpa Bening?”Raut muka Iswati tampak masgul. “Justru itu yang mau Tante cari tahu. Kenapa Bening tiba – tiba berubah. Tolong ya, Nak bantu Tante mencari tahunya. Se
Bab 49 Sorry Nona!Sejumput kejengkelan mempengaruhi otak Kama. Rahang pria itu menegang saat memasuki rumah Tita. Pria itu mencium gelagat aneh dengan undangan mendadak Tita. “Adit, tolong ubah semua jadwal saya! Buat sepadat mungkin,” perintahnya sebelum menyapa keluarga Sasongko yang sedang bercengkrama dengan kakaknya.“Baik, Pak…” Adit kemudian berbelok menuju ruang lain. Di sana ia berpapasan dengan Widuri yang entah datang dari mana. Di belakangnya ada Anggi. “Hai… apa Kama sudah datang?” tanya gadis itu kenes.“Sudah, barusan Pak Kama masuk…” sahut Adit.Sontak Widuri mengambil kaca kecil dalam tas. Beberapa saat kemudian, tangannya sibuk menambahkan riasan wajahnya. Adit memperhatikan itu sekilas perempuan di hadapannya itu.“Bagaimana penampilanku?” tanya Widuri langsung pada Adit. Malam itu ia mengenakan setelan dengan warna mencolok mata, hijau dan merah, dengan sepatu model wedge. Bantalannya sangat tebal. Kemudian tas totenya besar dengan warna genjreng.Mata Adit memic
Bab 50 Kangen“Apa kalian mau mencoba mempermainkan saya, heh!” cetus Widuri murka. Harga dirinya merasa diinjak – injak oleh Kama, karena lelaki itu meninggalkannya di pom bensin.“Telpon Mas Kama sekarang!” bentak Widuri kesal seraya mengentakkan kakinya ke tanah.“Telpon Pak Kama tidak aktif!” sahut Adit. Ia tadi pura – pura menelpon.Widuri mengibaskan tangannya dan tidak terima dengan perkataan Adit. “Bohong kamu!” Dia lalu menelpon Kama dan lelaki itu tidak menjawabnya. Dengan dengkusan kasar, ia menepuk pundak sang sopir dengan kasar. “Kamu keluar, jangan enak – enakan di dalam mobil, cari Pak Kama sekarang!!” Dia masuk ke dalam mobil dengan kepala bertanduk.Pak Imam tidak mau ribut, dia mencari Kama keliling pom bensin, dan beberapa saat dia kembali. “Maaf Mba Widuri, saya tidak menemukan Pak Kama.”“Yang membuat saya heran, apa begitu sikap crazy rich dengan santaimya meninggalkan seorang wanita di pom bensin? Apa dia tidak tahu attitude bagaimana memperlakukan wanita semest
Bab 51 Proposal ElangApa aku sudah gila, Din? Aku melihat Kama di mana – mana.” Bening berkata dengan lesu. Dia tadi malu sekali saat memeluk Elang dan menduga pria itu adalah Kama. Lelaki yang ia rindukan."Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku saat ini. Aku seperti kehilangan kontrol atas diriku dan selalu menyalahkan diriku, kenapa aku tidak kaya dan normal seperti Kamam sehingga aku tidak pantas bersanding dengannya." Bening mengusap wajahnya yang keruh."Hatiku sakit sekali tiap kali mengenyahkan bayangannya. Apa yang harus kulakukan, Din. Sungguh aku tersiksa.” Ia tampak mau menyerah dengan nasib.Ujian yang bertubi – tubi membuat tubuh Bening lelah. Tanpa bisa dicegah, air mata wanita mulai merembes."Be, aku pernah di posisimu, patah hati itu memang tidak nyaman. It's okay untuk bersedih. Asal jangan terhanyut dengan rasa sedih. Kamu sudah melewati banyak hal, sayang, dan ingat, Evan dan Joli Flower butuh kamu.” Andini menghirup napas pelan. “Jalan satu - satunya adal
Bab 52 Undangan spesialSeminggu berlalu tanpa riak berarti. Bening mulai mulai bekerja, senyumnya mengembang, meskipun kesedihan masih terpancar jelas di wajahnya.Cuaca pertengahan September sangat kering. Setelah meeting dengan client, Bening memeriksa laporan keuangan, kemudian dilanjutkan dengan membalas email serta pesan masuk melalui media sosial Joli Flower.Suka tidak suka, dia harus meneruskan pekerjaan yang Ajeng lakukan sebelumnya. Sejujurnya ini sangat melelahkan baginya, dengan tambahan pekerjaan yang harus ia lakukan untuk terus mempromosikan Joli Flower.“Tanto, tolong ke sini sebentar, dan ajari saya cara membuat video?” pinta Bening. Mukanya berlipat dengan kening berkerut. Ia tampak frustrasi.Tanto datang, lelaki kemayu datang. Dia mengajari Bening membuat video reels, kemudian mempostingnya ke media sosial.Bening tersenyum puas, melihat hasil video buatan Tanto. “Terima kasih, kamu pandai sekali membuat videonya lebih estetik,” pujinya sungguh – sungguh.“Biasa a
Bab 53 All you need is loveDengkul Bening gemetar melihat Kama mendekat ke arahnya. Ia ingin menghindar, tapi kakinya seperti terpaku ke bumi. Badannya mendadak kaku dan jantungnya berdegup lebih cepat.“Kenapa diwakilkan pada Kama?” bisik Bening pada mamanya. Ia tak habis pikir dengan ide orang tuanya untuk menjadikan Kama wali pernikahan Elang dan Andini.“Itu ide papamu, Mama hanya mengikuti. Kamu tahu, papamu sangat menyukai Kama.” Iswati langsung sumringah saat Kama menyalaminya.“Terima kasih sudah berkenan datang dan maaf merepotkan jadinya.” Iswati berkata dengan lembut diselingi senyum yang berderai.Kama menyalami Iswati. “Tidak apa – apa, Tante. Saya senang dan terharu Om dan Tante memberikan kepercayaan pada saya untuk menjadi wali nikah Elang.” Ekor mata Kama melirik Bening yang berdiri dan menunduk di samping Iswati.“Kami bersyukur sekali Nak Kama mau. Karena sebagai mamanya Elang awalnya kaget. Anak saya itu kan, setahu saya tidak pernah dekat dengan perempuan. Sikap
Bab 121 Last episode - Immortality “Cukup, Kak, cukup. Stop mentololkan keluarga saya!” Sesabar – sabarnya Bening, hatinya panas mendengar Tita menyebut keluarganya bodoh. Kebencian kakak iparnya itu kian menjadi, setelah tahu Dinda berniat bunuh diri, kemudian memutuskan hengkang dari rumah Tita, dan memilih tinggal bersama kakeknya di Gunung Gajah. Sementara Arum lebih suka tinggal bersama Kama dan Bening. “Kenapa? Ini mulut saya dan saya bebas mengatakan apa yang saya mau. Keluarga kamu memang tolol, dan mau pansos pada keluarga kami. Puas!!” Sorot mata Tita penuh kebencian saat mereka mau ON AIR di salah satu stasiun televisi. Sekonyong – konyong, tangan Tita mengambil gunting dari balik bajunya, dan secepat kilat merobek gaun Bening. Saat Bening belum sepenuhnya sadar, perempuan itu lalu menarik rambut panjang Bening, kemudian dengan bengis memotongnya sangat pendek. “Ya ampun!” teriak beberapa kru yang melihat setengah rambut Bening terlempar lepas ke lantai. Mereka tidak
Bab 120 Morning call“Kak… aku mau menikahi Dinda.”Sontak donat yang ada dalam mulut Bening muncrat keluar. Dia menoleh dan menatap bola mata adiknya tak percaya. “Kejutan apa lagi ini, Lang?” tanyanya kaget.Wanita itu ingat, saat Andini meninggalkan Elang, lelaki itu terpuruk dan berpikir tidak mau menikah lagi. Eh, sekarang tiba – tiba dia bilang mau menikahi keponakan Kama. Hatinya dag – dig – dug. Ketakutan yang selama ia simpan, terjadi juga.Elang duduk dengan santai di kursinya.“Salah satu alasannya adalah Kanaya, dia butuh sosok Ibu. Walaupun aku tahu, Mama dan Kakak sangat sayang kepadanya. Tapi, Kanaya butuh real mom, dan aku pikir Dinda adalah wanita tepat untuk Kanaya. Dia sangat sayang pada Kanaya.”“Apa kamu sudah memberitahu Mama soal ini?” tanya Bening. Donat bedak kesukaannya tak lagi membuatnya bergairah.Elang tersenyun nakal. Sifat isengnya mulai tumbuh. “Justru karena itu, aku bilang sama Kakak, supaya Kakak mau membantuku bilang sama Mama. Please… hanya Kakak
Bab 119 Forgiving“When a deep injury is done to us, we never recover until we forgive.” – Alan Paton“Aku benci Ibra! Aku muak melihat laki – laki itu!” Bening meremas – remas tangannya. “Tolong jangan pinta aku untuk menemuinya!” Bening benar – benar marah saat Kama tiba – tiba mengajaknya ke rumah sakit untuk menjenguk mantan suaminya itu.Bening masuk ke dalam kamar, dan menenggelamkan mukanya di bantal. Air matanya tumpah teringat dengan semua yang dilakukan Ibra.Kama menarik napas panjang, kemudian duduk di tepi ranjang, sembari mengelus kepala Bening.“Sayang, aku paham dengan kemarahanmu. Tapi Ibra menunggumu, aku tidak tega melihat dia selalu memanggil namamu.”Bening bangun dan duduk di sebelah Ibra. Air matanya meluncur deras. “Hatiku sakit Kama! Ibra sangat jahat kepadaku dan Evan, biarkan saja dia menanggung karmanya!”Kama memeluk dan mengecup kening Bening. “Aku mengerti sayang. Hanya saja, tak ada salahnya memafkan orang yang telah menyakiti hati kita. Ibra sudah mend
Bab 118 The last wish “Tolong beritahu Kak Bening, Mas Ibra sekarat dan ingin sekali bertemu dengannya.” Intan memegang kedua lengan Atun dengan kuat. Setelah dia menceritakan semua yang terjadi. Atun menggeleng. “Maaf Jeng, aku tak bisa. Aku takut Ibu Bening marah kepadaku. Kamu tahu kan, apa yang telah kakakmu lakukan pada Ibu Bening?” Dia khawatir, permintaan itu akan memporak – porandakan kebahagiaan Bening. Ajeng tidak mau perjalanannya sia - sia. “Aku tahu Mba, kakakku memang brengsek, dia telah menghancurkan hidup Kak Bening, tapi tolong Mba Atun, beritahu Kak Bening, bahwasannya kakakku mau meninggal dengan tenang. Aku tahu, selama ini dia menunggu Kak Bening. Mungkin dia mau meminta maaf sama Kak Bening langsung.” Terburu – buru Ajeng mengambil ponsel yang disembunyikan di dalam kantung celananya bagian dalam. “Kalau tidak percaya, lihatlah, lihatlah video ini.” Ajeng memutar video tentang kakaknya. Atun tercekat melihat kondisi Ibra yang sangat mengenaskan. Timbul rasa
Bab 117 A sweet kiss“Sial!!” Suara gedoran pintu itu membuyarkan kenikmatan Kama yang hampir mencapai puncak nirvana. Dia menghentikan gerakannya.“Buka dulu sayang, siapa tahu penting,” kata Bening, mengusap peluh di kening Kama yang berada di atasnya.Muka Kama cemberut, kelihatan kesal sekali dengan gangguan yang ditimbulkan pagi itu. “Biarkan saja. Kita lanjutkan saja permainan kita. Tanggung!” Tangannya menarik selimut dan menutupi tubuhnya dan Bening.Laki – laki itu kemudian memagut bibir Bening, mengulumnya dengan lembut, kemudian melakukan gerakan lamban naik – turun tapi dengan intense, seirama dengan alunan instrument piano yang mengalun lembut. “Kama… kama apa kamu ada di dalam? Tolong buka pintunya sebentar. Kakak mau bicara.” Dengan tak sabar, Tita menggedor – gedor pintu kamar Kama.“Ibu Tita, maaf, tolong jangan ganggu Bapak dan Ibu dulu, mereka mungkin masih tidur,” kata Atun. “Ibu silahkan tunggu dan duduk dulu di situ.”“Hey… diam kamu!” bentak Tita kasar. “Saya i
Bab 116 A slice of life“Oh my God! Meskipun kamu sudah menjadi istri sah Kama, saya tidak sudi dekat – dekat dengan kamu!” ucap Tita songong, saat Bening menyambangi rumahnya siang itu dengan membawa makanan.Kebencian perempuan itu pada Bening telah membuatnya menjadi perempuan buruk, hingga melupakan etika sebagai tuan rumah, dan membiarkan Bening berdiri dari 10 menit lalu.Telinga Anggi yang mendengarnya turut panas, ekor matanya melirik Bening yang berdiri dengan tegar dan tatapan teduh.“Tidak apa – apa, Kak, saya mengerti. Tujuan saya ke sini, selain untuk menjenguk Kakak, saya mau mengajak Kakak untuk menemui Ibu Irina, pekan ini. Beliau ingin sekali bertemu dengan Kakak ipar saya, sekaligus ingin mengajak Kakak bergabung dalam paguyuban Empowering Woman.” Intonasi suara Bening sangat tenang, dan tampak sangat professional menguasai emosinya. “Email resminya, nanti akan dikirim oleh Meli Sudrajat – sekretaris beliau.”Dagu Tita mendongak, sedang tangannya melipat ke depan dad
Bab 115 A perfect wedding “Tidak! Tidak! Saya tidak setuju dengan pernikahan mendadak ini!” Iswati melipat kedua tangannya ke depan. Dia memaksa tersenyum. “Saya paham kalian orang kaya dan bisa melakukan semua yang kalian mau, tapi tidak pada anak saya.” Terlihat jelas Iswati melindungi keluarganya. “Halah sok, paling juga menginginkan pernikahan mewah tujuh hari tujuh malam, supaya bisa disombongin ke media sosial,” celetuk Tita dengan mulut mencibir. “Cukup Ibu Tita, saya mendengar apa yang Anda katakan! Saya memang tidak seberuntung kalian, tapi seujung kuku pun, saya tidak berniat pansos kepada Kama!” balik Bening. Dia menatap tajam mata Tita. Tita kaget dengan keberanian Bening menyanggah perkataannya. Wanita yang dianggapnya lemah itu ternyata pemberani. “Stop! Papa minta tolong jaga sikapmu.” Sapto memperingatkan Tita. Dia kemudian menghadap ke Iswati dan Gatot. “Maaf jika sikap saya menyinggung keluarga Pak Gatot. Masalahnya, menurut pendapat saya, lebih baik menyegerak
Bab 14 Agreement “Sebelum istri saya meninggal, dia telah menyiapkan perhiasan buat istri Kama. Tolong terima ini, sebagai tanda pengikat dari Kama.” Sapto melihat orang tua Bening dengan mata lembut. Asisten Sapto kemudian meletakkan kotak kayu berukir di atas meja, dan membukanya. Kedua mata Gatot dan Iswati terbelalak melihat isi kotak tersebut. Di dalamnya terdapat perhiasan lengkap mulai, cincin hingga kalung bertahtakan berlian. Iswati yang duduk di samping suaminya, menelan ludah yang mendadak kering. Sebagai perempuan tak bisa dipungkiri dia terkesima dengan perhiasan seindah itu. Dalam hati dia menaksir harganya mencapai milyaran. Dia ngeri menbayangkan berapa jumlah kekayaan orang tua Kama, sehingga begitu mudahnya memberikan perhiasan dengan harga fantastic. Sementara Bening, terlihat duduk dengan anggun sambil memangku Evan. Kemilau perhiasan itu sama sekali tidak menggetarkan hatinya. “Maaf, Pak, bukannya saya lancang, tidak menghargai niat baik Bapak Sapto. Tapi,
Bab 113 Fools “Katakan sejujurnya Andini, apa benar Kanaya itu bukan anak kamu dan Elang?” desak Bening saat menemui sahabatnya itu di rumahnya. Ia sengaja datang ke rumah Andini pagi – pagi sekali. Andini yang masih memakai jubah tidurnya, tanpa ragu menuang anggur putih ke dalam kristalnya yang mahal. Kemudian dia duduk di seberang Bening. Mulutnya yang habis di filler menyesap anggur putih itu dengan nikmat. “Iya. Amir meninggalkan aku setelah mengetahui diriku hamil.” Wanita cantik itu membasahi bibir bawahnya. “Saat itu aku panik, aku takut menambah dosa, jika aku menggugurkan Kanaya. Maka, ketika Elang menawarkan pernikahan. Kuanggap itu jalan ninjaku untuk menyelamatkan muka. Dari awal aku berniat meninggalkan Elang setelah Kanaya lahir.” “Lantas, apa kamu bisa menjelaskan tentang Elang yang mengidam itu?” tanya Bening dengan mata berkilat. Ia tahu Elang sempat drop saat awal Andini hamil. “Aku mensugesti Elang, itu saja.” Dengan santai Andini menyesap anggur putihnya, dan