Bab 102 Victory“Oh sejak kapan kamu menjadikan kantor jadi tempat mesum begini?!!”Kama menoleh dan melihat Tita melihatnya dengan canggung. Dia melepaskan ciumannya pada Bening.“Selamat siang, Bu,” sapa Bening. Dia mundur beberapa langkah dari Kama. Dia menunduk dan mengusap bibirnya perlahan.Tita tak peduli, dan memandang Bening dengan tatapan sinis.“Saya barusan datang mengunjungi Kama, hanya ingin memastikan dia baik – baik saja,” lanjut Bening keki. Semenjak Kama mimisan dan pingsan di rumahnya, ia sering mengkhawatirkan kondisi Kama.“Tidak bisakah kamu menelponnya saja. Kama bukan anak SD,” tukas Tita kejam. Matanya menelisik penampilan Bening. “Lagipula, apa kamu tidak tahu, di sini kantor. Bukan tempat untuk pacaran!”Dalam hati Tita sebenarnya dia mengagumi pemilihan mode yang dipakai Bening. Kain batik sutra yang dililit, berikut kebaya model klasik, dipadukan dengan sepatu sandal. Penampilan sederhana dan kelihatan sangat memikat.Sayangnya Tita terlalu angkuh untuk me
Bab 103 Tenderly"Kenapa kamu murung sayang, apa kamu merindukan aku?"Kama tergelak melihat wajah Bening yang ketakutan bercampur kaget. Dia lantas melepaskan tangannya dari Bening."Ini sama sekali tidak lucu!" kata Bening kesal. Dia menyeret kopornya menuju gate 21 tanpa memedulikan Kama.Pria itu mengejarnya. "Sayang, sorry aku hanya ingin memberikan kejutan, dan langsung ke hotel. Sayangnya aku melihatmu sudah chexk out!"Bening menghentikan langkah, kemudian berbalik dan spontan memukuli dada bidang Kama. "Apa kamu tahu, aku seperti orang senewen saat ponselmu sama sekali tidak bisa kuhubungi. Aku takut terjadi sesuatu denganmu,." Matanya berkaca - kaca saat mengatakannya. Ia memang takut kehilangan Kama.Serta merta Kama memeluknya. Dalam hatinya senang, Bening mengkhawatirkan dirinya. "Oh sayang, maafkan aku." Dia mengecup kening Bening lembut."Kamu tahu, aku juga sama gilanya denganmu saat di daerah Kalimantan yang kukunjungi tidak ada signal. Setelah kunjungan selesai, aku
104 Regret You never know what you have until you lose it, and once you lost it you can never get it back. “Ibra, bagaimana kamu mau sembuh, jika kamu tidak mau makan?” bujuk Herni gundah, melihat semangkuk bubur yang masih utuh, Ibra mengunci mulutnya, hanya air matanya yang terus meleleh, sebagai jawaban pada ibunya. Mulut lelaki itu dipenuhi dengan sariawan, dan membuatnya kesulitan untuk mengunyah makanan. “Apa kamu mau minum?” kata Herni. Ibra mengangguk. Herni mengangkat kepala Ibra supaya lebih tinggi. Kemudian mengambil segelas air kunyit yang diberi madu di atas meja. Lelaki itu menyesap air kunyit pelan, membasahi mulutnya yang perih. Tiap kali melihat Ibra, hatinya nyeri. Tubuh anaknya tinggal tulang belulang yang dibungkus kuli tipis. Hanya sorot matanya saja yang menandakan dia masih hidup. Mata yang seperti menunggu sesuatu. Ibra semenjak beberapa bulan lalu hanya tergolek di amben. Herni dan Ajeng secara bergantian merawatnya, membolak – balikkan badannya supay
Bab 105 Warm embrace “Ma, Bening mau pindah rumah,” kata Bening, setelah makan malam. Dia menunggu moment selama hampir 20 minggu. Setelah Andini melahirkan, mamanya lumayan sibuk wira – wiri ke rumah Elang, membantu Andini merawat Kanaya - anak pertamanya. Iswati tersedak. “Kamu mau tinggal di mana? Bukankah Mama sudah meminta kamu untuk menemani kami?” Seketika wajahnya berubah murung. Ia tak sanggup jika harus membayangkan rumahnya sepi. Bening memeluk mamanya. “Bukan begitu, Ma. Bening senang dan terbantu selama tinggal di sini. Hanya saja, Joli Flower butuh tempat. Mumpung harga tanahnya miring, sekalian Bening mau bangun rumah di situ.” “Tapi, Be… kamu kan bisa membangun toko di depan. Kamu tinggal bilang saja pada kami, pasti kami buatkan,” jawab Iswati setengah mengkel. “Halaman depan itu luas, kamu bisa gunakan sebagian untuk bangun toko.” Iswati berusaha mencegah keinginan anaknya. Bening menggeleng. “Rumah ini, bukan hanya milik Bening saja, tapi punya Elang juga. Oke
Bab 106 Imperfection“Ya Allah Gusti, apa salah hamba, kenapa anak – anak hamba keduanya ditinggalkan pasangannya?” ratap Iswati. Setelah tahu perihal masalah Elang dan Andini.Gatot mengelus pundak istrinya. “Istighfar Ma, ini ujian kita.”“Papa ini gimana sih, apa kamu tidak sedih melihat kedua cucumu tidak punya orang tua lengkap? Evan ditinggalkan ayahnya, Sedangkan Kanaya ditinggalkan mamanya.” Iswati menangis. “Mama tidak menyangka Andini yang kelihatan baik dan sayang sama Kanaya, malah rela meninggalkan dia sendirian. Wanita macam apa itu, Pa. Kok seenaknya juga nulis surat Kanaya dikasih ke Bening. Memangnya Kanaya itu roti yang kalau gak suka dikasihkan ke orang. Kalau memang mau berpisah, dari Elang, kenapa tidak bilang baik – baik saja?!” Iswati mengeluarkan semua perasaan yang mengganjal di dadanya. ‘Sakit hati Mama, Pa.”Bening yang sedari tadi diam, menimpali. “Sudah Ma, bukan saatnya kita saling menyalahkan. Sekarang apa langkah kita selanjutnya?” Dia melihat ke Elang
Bab 107 A reason “Selamat, impianmu sudah terwujud. Aku tak sabar segera menikahimu,” kata Kama antusias, saat datang ke acara selamatan pindah rumah Bening. Dia datang bersama Dinda, Arum dan Adit. Wanita itu membangun rumahnya bergaya Jepang. Persis di belakang toko Joli Flower. Di tengahnya ada taman bergaya Jepang dengan tanaman Ketapang Kencana. Dibawahnya ada gerabah sebagai pemanis. “Terima kasih,” sahut Bening. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan. “Mana Dinda dan Arum?” tanyanya. “Entahlah, tadi kulihat bermain bersama Evan dan Mba Atun.” Kama memperhatikan Bening yang sedang membawakan wedang jahe untuknya. Ia jauh lebih kurus. “Apa kamu merindukan aku.” Wanita itu tersipu, Hampir dua minggu dia tidak bertemu dengan Kama. “Biasanya yang bilang duluan lebih kangen,” balasnya sembari menyunggingkan seulas senyum. Dia melihat pria itu belum bercukur, dan rambutnya lebih panjang. Kulitnya juga lebih legam. Meskipun begitu, ketampanan Kama masih terpancar. “Tentu saja aku sanga
Bab 108 Solitude “Kama, siapakah wanita cantik di sampingmu itu.” Mata Wijaya seakan terhipnotis oleh Bening “Kamu belum mengenalkannya kepadaku.” Wijaya mengambil tempat duduk di sebelah Kama, sembari menatap Bening lama. Kemudian ia melempar senyum. Pria itu lupa, ada Andini di sebelahnya. Wanita itu tampak tersenyum kecut, hidungnya kembang – kempis, kelihatan sekali ia benci melihat mata Wijaya terpincut pada Bening. Kama yang melihat mata Wijaya tertuju pada Bening, berdeham. “Sorry, aku sampai lupa mengenalkan, Bening, dia kekasihku, pemilik Joli Flower dan menjadi Fashion stylist Istri Presiden.” Kama membanggakan Bening di hadapan Wijaya. Bening menganggukkan kepala, senyum tipis menghiasi wajahnya, sebagai penghormatan pada teman bisnis Kama. Dalam hati, ia menyembunyikan rasa eneg pada pria yang memiliki tubuh subur, perut buncit, bibir memble, mata belok, serta memiliki jidat lebar dan mengkilap itu. Dalam hati Bening bertanya – tanya, bagaimana Andini bisa tertarik p
Bab 109 I dare not dream PLAK! Bening tanpa sadar menampar pipi Elang. “Kamu tidak usah mencari Andini. Percuma!” Mata wanita itu berkaca – kaca sembari memegang tangannnya. Emosinya naik saat melihat Elang hendak membawa Kayana ke rumah Andini. Elang meringis kesakitan, mengusap pipinya yang panas. Wajah kakaknya begitu dekat dan ia sama sekali tidak menyangka Bening yang lembut bisa menamparnya. “Be, kenapa kamu tega menampar adikmu? Salah apa dia?!!” Iswati yang baru pulang pengajian langsung melindungi Elang. “Ma, Bening melakukan itu supaya Elang sadar, untuk melupakan Andini.” “Kak… Andini itu masih istriku. Kayana butuh Ibu. Aku tidak tega melihatnya menderita seperti Evan,” tutur Elang kelu. Dia tidak pernah melihat Bening semarah itu padanya. “Berikan Kanaya kepadaku. Aku mau ke rumah Andini.” Dia masih bersikeras hendak pergi ke rumah istrinya. Tubuh Bening bergetar. Selama ini, dia bungkam tidak menceritakan pertemuannya dengan Andini. “Untuk apa kamu mencari perempua