Andreas mengikuti Riana yang keluar dari kamarnya, dengan sigap Andreas langsung memagang tangan Riana, “Kamu mau kemana?” tanya Andreas.“Aku mau minum, pembicaraan tadi membuat tenggorokanku terasa kering,” Andreas tersenyum, kegugupan Riana membuatnya semakin terlihat lucu dan menggemaskan, “Kenapa kamu ketawa?” Riana sangat tidak suka ketika Andreas tertawa seperti sedang menjeknya.“Ah, enggak kok.” Andreas berusaha untuk meredam tawanya. Walaupun susah, dia tidak ingin Riana merasa ditertawakan olehnya. “Kamu lucu sekali,”“Gak ada yang lucu, Mas!” Riana kembali melanjutkan jalannya. Namun, karena Andreas sama sekali belum melepaskan tangannya membuat Riana kembali terhenti. “Kenapa kamu gak lepasin tanganku?”Andreas tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, “Tidak semudah itu untuk aku melepaskan kamu sayang!” Andreas mendekatkan wajahnya kepada wajah Riana, membuat Riana harus menahan nafasnya, “Urusanku dengan kamu belum selesai, sayang!”Riana sedikit mendorong tubuh Andrea
Eligo datang bersama temannya yang Riana ketahui dia bernama Gibran dan salah satunya lagi Riana tidak tau namanya. Riana pernah melihatnya mungkin saat ospek dulu, namun dia tidak terlalu mengingat siapa nama wanita itu.“Hai, lo berdua mau masuk kelas?” tanya Eligo.“Menurut lo?” Wanita itu terus saja menatap Rina, “Lo bukannya yang waktu ospek pernah nolongin gue kan? Dari presma yang nyebelin itu?” tanya wanita itu.Ah iya, Riana baru mengingatnya. Dia pernah menolong wanita ini saat sedang disuruh oleh presma melakukan hukuman karena telat dan Riana yang membantunya untuk kabur dari hukuman itu dengan cara belari dan langsung masuk ke barisan mahasiswa. Namun, mereka berpisah karena mereka memang beda jurusan, dan belum sempat untuk berkenalan, Riana sudah ditarik oleh Kirana untuk segera masuk ke barisannya, “Ah iya, aku baru inget.” Riana menjulurkan tangannya, “Aku Riana!”Wanita itu pun membalas tangan Riana, “Gue Alisa satu kelas sama dua curut ini juga,” ucap Alisa sambil
Seseorang itu kini berada di dalam toilet. Tepatnya dia berada di depan westafel sambil melihat bayangan dirinya yang ada pada cermin. Kedua tangannya mengepal kuat diatas marmer westafel, dadanya dibuat naik turun membayangkan apa yang dia lihat tadi. Kemudian dia meninju diding yang berada dipinggir cermin.“Berengsek!”∞∞∞∞“Eh, Ri anterin gue ke ruangan Andreas dulu yuk?” Riana mengerutkan keningnya, “Lah, mau ngapain?” tanya Riana.“Gue pengen aja sih, ketemu sama dia buat ngobrolin renana kita buat jalan-jalan,” Kirana tetap berusaha untuk membujuk Riana agar dia mau mengantarnya, “Ayolah!”Riana menatap Kirana dengan malah, “Kamu harus inget, kalau aku belum ngomong aku setuju dan aku akan ikut!” lalu dia membalikkan badannya kearah lain meninggalkan Kirana, “Aku juga gak mau ikut ke ruangan pak Andreas,”Kirana menyusul Riana lalu dia menghalangi jalan Riana, “Lo harus ikut ke rungan Andreas dan lo juga pasti ikut gue liburan ke Bali. Gue jamin itu!” ucap Kirana dengan percay
“Aku tidak berubah, mungkin kamu saja yang merasakan hal itu,” ucap Andreas yang kemudian kembali pada kesibukannya.Kirana tersenyum getir, bahkan dalam hal seperti ini pun Andreas sudah menunjukkan kalau dia sudah tidak perduli lagi dengan Kirana. “Iya, mungkin itu cuma perasaan aku aja,” ucap Kirana sambil menganggukkan kepalanya, dia tidak ingin semakin memperkeruh keadaan dirinya dan Andreas kalau Kirana terus membahas tentang perubahan sikap Andreas, “Kamu hari ini pulang jam berapa? Kamu mau main ke rumah aku?” tanya Kirana, bahkan saat ibunya meninggal pun Andreas hanya datang sekali, bahkan Riana pun sama. Namun dia tidak begitu mengharapkan Riana, karena dia tau Riana sangat susah untuk mendapatkan izin keluar rumah pada malam hari. Kirana sangat mengharapkan kehadiran Andreas, walaupun dia tidak berbicara langsung, namun hatinya masih berharap Andreas datang tanpa harus dia ingatkan.“Aku sangat sibuk, Na!” jawab Andreas.Kirana menundukkan kepalanya, “Hari ini adalah tuju
Rumah Kirana malam ini sangatlah ramai, ruang tamu yang sudah dikosongkan dari beberapa perabotan seperti kursi, meja. Lemari hiasan pun sudah dipindahkan ke tempat lain. Kini mulai terisi oleh para lelaki yang datang untuk mengadakan tahlilan.Hal itu memang sudah menjadi kebiasaan dari warga sekitar, para lelaki akan mengadakan tahlilan di malam hari, sedangkan wanita akan mengadakan tahlilan di sore hari.“Ayah, mohon maaf karena saya baru bisa mempatkan diri untuk datang kesini lagi!” ucap Andreas merasa bersalah, kini dia sedang duduk diatas lantai yang hanya dialasi dengan tikar, dia duduk bersama dengan ayah Kirana dan para tetangga lainnya.“Enggak apa-apa kok, Dre. Ayah sangat mengerti dengan kesibukan kamu,” Kirana pernah mengatakan bahwa Andreas sekarang menjadi pemilik dari kampusnya yang membuat Andreas sibuk dan jarang mempunyai waktu senggang. Tentu saja ibu dan ayah Kirana sangat bangga akan mempunyai calon menantu seperti Andreas.“Assalamualaikum,”Andreas dan ayah K
Riana sedang duduk di sofa, dia terus menunggu kedatangan Andreas. Bisa-bisanya laki-laki itu tidak mengabarinya dari tadi siang, dan bahkan dia baru mengetahui kabar dari laki-laki itu satu jam yang lalu.Riana mendengar ketokan pintu dari luar, dengan cepat Riana membuka pintu itu dan benar sesuai dengan harapan dia. Kini Andreas berada di depannya, menatapnya dengan tatapan kebingungan, “Kamu kenapa?” tanya Andreas.Riana masih menatapnya dengan tajam tak lupa dengan tangannya yang dilipat didada, “Harusnya aku yang nanya seperti itu! Kamu kenapa gak ngabarin aku?” tanya Riana dengan amarah yang masih ada dalam dirinya.“Setidaknya izinin aku duduk dulu!” ucap Andreas yang sudah merasakan kakinya yang sangat pegal.Riana menggelengkan kepalanya, “Tidak akan aku izinkan sampai kamu jelasin semuanya ke aku!” Andreas yang sudah merasa kakinya sudah tidak kuat untuk menahan dirinya, memutuskan untuk duduk, “Eh, siapa yang suruh kamu duduk disitu?” tanya Riana yang tidak terima Andreas d
Andreas dan Riana kini sedang duduk, di sofa dengan Andreaas yang memeluk Riana, sedangkan Riana menyenderkan kepalanya pada bahu Andreas sambil menonton acara televisi.“Tadi Kirana ngomongin lagi soal liburan, kamu mau jadi ikut?” tanya Riana.“Aku sih tergantung kamu,” jawab Andreas.Riana menatap Andreas keheranan, “Kok tergantung aku?” bisa saja bukan, Andreas pergi sendiri bersama Kirana kalau dia mau.“Karena aku tidak mungkin meninggalkan kamu atau aku ikut sendiri kesana. Karena itu sama saja memberikan kesempatan Eligo untuk lebih dekat sama kamu, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!” Riana menatap Andreas dengan malas, “Lalu kalaupun aku ikut kesana, kamu akan tetap bersama Kirana terus!” Andreas tertawa mendengar hal itu, lalu dengan sangat cepat dia mencium bibir Riana. “Perasaan kalau aku lagi ngomong kamu ketawa mulu, kenapa sih?” tanya Riana yang merasa tersinggung karena Andreas.Andreas semakin tertawa, membuat Riana cemberut. “Ih, lucu banget sih!” Andreas lal
“Jangan, Na!” Andreas menahan Kirana untuk masuk kedalam kamarnya.Kirana menatap Andreas heran. “Kenapa sih? Aku udah gak kuat nih!” Kirana dengan cepat membuka pintu kamar Andreas, tak sempat Andreas halangi Kirana sudah masuk ke dalam kamar itu.Andreas pun ikut masuk, untuk berjaga-jaga terjadi sesuatu yang tidak dia inginkan. Ternyata ruangan itu kosong, Kirana yang sudah tidak kuat langsung masuk ke kamar mandi yang berada di ujung kamar.Andreas bingung kemana perginya Riana. Dia terus melihat ke semua sisi kamar dan tidak ada tanda-tanda Riana disana. Namun,ada sesuatu hal yang dia sadari, Andreas mulai berjongkok dan melihat ke bawah ranjang kasur. Disana terdapat Riana yang sedang bersembunyi disana, “Ngapain kamu kesini? Cepet-cepet berdiri dan keluar dari kamar!” ucap Riana sambil menyuruh Andreas untuk berdiri kembali. Andreas pun mengikuti apa yang Riana suruh sambil membereskan bajunya agar tidak kusut sedikit pun.Andreas kembali duduk di sofa yang berada di ruang tamu
Dengan sangat perlahan Andreas memangku anaknya itu, dia tersenyum tipis melihat anaknya yang sudah lahir ini. Lalu Andreas mengalihkan pandangannya pada Riana, “Jadi gimana? Janji kamu bakalan kamu tepatin?” tanya Andreas.Riana terkekeh, “Kamu ngebet banget pengen nikah sama aku?” ledek Riana.Andreas berdecih saat Riana meledeknya, mau gimana lagi Andreas memang ingin buru-buru memiliki Riana kembali, apalagi sekarang ditambah dengan ada anaknya. “Tinggal jawab aja kamu nempatin janji kamu atau enggak, gitu aja susah ngomongnya!”Riana membenarkan posisinya, lalu dia mendekat pada Andreas yang masih menggendong anaknya yang sedang tertidur. “Aku udah janji sama kamu kan mas tidak mungkin aku ingkarin, tapi masa kamu mau nikah sekarang kan gak mungkin.”“Ya gak gitu juga, aku niatnya bakalan nikah sama kamu pada saat anak kita berumur 40 hari,” usul Andreas.Riana menganggukkan kepalanya, “Ya bagus kalau gitu!” kemudian Riana mengambil handphonenya dan memilih untuk bermain game. Me
Andreas baru saja keluar dari ruangan rapatnya, selama hampir tiga jam dia duduk didalam hanya untuk membahas pelaksanaan acara kampus saja. Hal itu membuat dirinya sangat pegal karena dia duduk selama rapat itu, walaupun Andreas adalah pemilik kampus, namun dalam hal ini dia tidak terlalu banyak ikut campur karena dia bukanlah rektor melainkan seorang dosen.Andreas merogoh ponselnya. Dia sangat terkejut ketika melihat beberapa panggilan dari mamah Riana. Andreas menggerutuki dirinya sendiri karena dia lupa tidak kalau handphonenya di silent. Andreas hendak menelepon mamah Riana kembali, namun Ranti kembali meneleponnya. Andreas segera mengangkat telepon dari Ranti karena dia takut terjadi apa-apa dengan Riana.[Assalamualaikum mah, ada apa? Apa terjadi sesuatu sama Riana?] tanya Andreas.[Dre, cepat sekarang kamu ke rumah sakit! Riana melahirkan!]Andreas sangat terkejut, dengan cepat dia menuju mobil dengan berlari. Dia tidak memperdulikan tatapan mahasiswanya yang menatapnya aneh
“Aku akan bersedia menikah dengan kamu kembali saat anak yang ada didalam perut aku lahir, apa kamu sanggup?”Andreas terdiam sebentar, dia menatap Riana dengan sangat serius. “Kenapa?” tanya Andreas. Sejujurnya Andreas sangat ingin untuk segera menikahi Riana kembali, dia tidak ingin menunda-nunda waktu.“Apa kata orang kalau kamu menikahi aku lagi dengan keadaan hamil seperti ini?” tanya Riana, “Lebih baik menikah saat aku sudah melahirkan anak kita saja, karena hal itu tidak akan menimbulkan omongan buruk dari orang lain, kamu tidak setuju yah?”Andreas menggelengkan kepalanya, “Aku bukannya tidak setuju, tapi kenapa kamu harus memikirkan omongan orang lain sih?”Riana tersenyum samar, “Aku bukan hanya memikirkan omongan orang lain yang pasti akan berdampak pada keluarga kita juga, tapi dalam agama pun tidak memperbolehkan seseorang menikah dalam keadaan hamil,”Andreas terdiam, dia lupa kalau agama pun melarang untuk menikah dalam keadaan hamil. Andreas menghela nafasnya sejenak
“Riana, maukah kamu menikah kembali denganku?” tanya Andreas.Riana termenung, seumur-umur dia tidak pernah membayangkan kejadian seperti ini akan terjadi padanya. Pada saat ini ditengah orang-orang yang sedang menikmati hidangan mereka, dia dilamar oleh Andreas yang notabenenya adalah mantan suami dan mantan dosennya sendiri. Karena hal yang Andreas lakukan membuat semua orang menatapnya. “Kamu mau yah kembali lagi bersamaku, dan melanjutkan pernikahan kita yang sempat terputus?” bujuk Andreas.“Ngah?” siapa yang tidak kaget dengan semuanya yang terjadi begitu cepat dan mendadak seperti ini. Hati Riana tiba-tiba berdegub sangat kencang sulit untuk dia atur kembali bahkan bibirnya pun terasa sangat sulit untuk berbicara. “Please, menikahlah denganku!” Bahkan sekarang para tamu undangan pun menyuruhnya untuk menerima lamaran Andreas. Riana sedikit melirik kearah pengantin yang ikut mengatakan hal yang sama. Seketika acara pernikahan Gibran dan Kirana berubah menjadi acara lamaran dada
Andreas yang melihat hal itu tepat didepan matanya, lalu berlari menghampiri Riana yang sudah tergeletak dijalanan.“Riana!” teriak Andreas.“Mas Andreas?” ucap Riana sambil melambai-lambaikan tangannya dihadapan wajah Andreas. Riana mengguncangkan bahu Andreas, “Mas kok ngelamun sih?”Andreas tersadar dari lamunannya, dia menghembuskan nafasnya lega karena itu suma khayalannya saja bukan kenyataan. “Riana?” untung saja itu cuma khayalan, kalau itu benar terjadi mungkin saat ini Andreas sudah menangisi Riana.“Kamu ngelamunin apa sih mas? Jadi gak nih periksa kandungannya?” tanya Riana.Andreas melebarkan senyumannya, “Tentu saja jadi, gak mungkin juga enggak sayang!”Riana mengerutkan keningnya, “Lagian kamu ngelamunin apa sih?” tanya Riana penasaran.“Ah enggak kok!” lalu Andreas segera membukakan pintu untuk Riana masuk ke dalam mobilnya. “Ayo masuk!”Riana pun masuk ke dalam mobil. Sebenarnya dia sangat penasaran apa yang membuat Andreas melamun, karena tidak biasanya lelaki itu s
Riana hari ini hanya menghabiskan waktunya di kamar dan memikirkan apa yang terjadi belakangan ini. Dia berfikir kalau hidupnya ternyata bisa dikatakan seperti sinetron dimana dia dijodohkan dengan pacar sahabatnya lalu sahabatnya balas dendam padanya dan berakhir dengan kepergian Eligo beberapa hari yang lalu. Kepergian Eligo membuat Riana sadar bahwa tidak semuanya dia harus miliki, termasuk dengan Eligo walaupun awalnya niat dia terkesan jahat namun lama kelamaan dia terjebak sendiri lalu dia memutuskan untuk pergi karena dia sadar kalau Riana tidak pernah memberikan hatinya untuk Eligo. Riana tentu saja sangat sedih ketika harus berpisah dengan salah satu teman yang selalu menemaninya itu, namun Riana tidak bisa berbuat apa-apa, karena itu adalah keputusan dari Eligo yang tidak bisa Riana ganggu, yang terpenting hubungannya dengan Eligo dan Kirana kini semakin membaik walaupun harus dengan jarak yang sangat jauh.Tadi pagi, Eligo sempat melakukan video call dengannya, hanya sekeda
“Eligo!” panggil Riana.Ketiga orang itu langsung menoleh saat Riana memanggil Eligo. Riana dan Andreas pun berjalan menghampiri Eligo.“Syukurlah kamu belum berangkat!” ujar Riana.Eligo sangat terkejut ketika Riana datang, “Ri lo..” Eligo awalnya berpikir bahwa dia tidak akan pernah melihat Riana kembali karena Eligo sangat sadar akan kesalahannya pada Rana. Namun, kini dia dapat melihat Riana kembali.“Iya aku datang, sama mas Andreas!”Eligo melirik kearah Andreas, “Lo, udah… maafin gue?” tanya Eligo terbata-bata.Kirana pun langsung menoleh pada Riana yang berada disampingnya itu, “Ri gue minta maaf sama lo!” ucap Kirana dengan mata yang berkaca-kaca, “Gue terlalu banyak salah sama lo Ri, sampe gue malu sama diri gue sendiri!” Gibran merangkul Kirana, dia memberikan dukungan moril pada Kirana karena dia sudah mau meminta maaf pada Riana. lalu Riana menatap Andreas, “Aku juga minta maaf sama kamu Dre, maaf karena aku udah bikin rumah tangga kalian jadi hancur.”Riana langsung meme
Gibran menatap ayah Kirana. Walaupun ragu, dia tetap harus terlihat bahwa dirinya layak untuk Kirana, “Kalau keluarga saya sudah merestui niat saya dengan Kirana. Mungkin mereka juga tidak ingin menanggung malu kembali karena saya tidak bertanggung jawab atas apa yang telah saya perbuat,” Gibran meneduhkan pandangannya, “Saya berharap, om bisa memberikan restu om untuk kami berdua!”Ayah Kirana merasakan kebingungan yang sangat besar, disatu sisi dia tidak ingin Kirana melahirkan tanpa adanya seorang suami, tapi disatu sisi dia pun kecewa atas apa yang telah mereka lakukan, terlebih ayah Kirana belum terlalu jauh mengenal Gibran. Ayah Kirana menghela nafasnya panjang, “Baiklah!”Mendengar perkataan yang ambigu dari ayah Kirana membuat Kirana dan Gibran kebingungan untuk mengartikan apa yang diucapkan oleh ayah Kirana, “Maksud om bagaimana?” tanya Gibran memastikan.Ayah Kirana kembali menghela nafasnya, keputusan ini sangat berat untuknya. Namun, ayah Kirana tidak ingin kembali egois
Riana menghentak-hentakkan kakinya kesal. Dengan seenaknya Andreas tetap membawanya ke tempat yang sudah Riana janji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan kembali ke tempat ini lagi. Tetapi dengan seenaknya Andreas tetap memaksa Riana untuk mengajaknya kesini walaupun sudah berapa kali dia menolak tetap saja kalah. “Dasar pemaksa! Apa-apa maksa, gak ngerti apa kalau aku udah gak mau lagi kesini.. Cih dasar!” gerutu Riana. Andreas menggelengkan kepalanya saat melihat perilaku Riana yang menurutnya kekanak-kanakan namun terlihat menggemaskan juga, “Cewek kalau lagi hamil emang kayak gitu yah? Ngambeknya kayak anak kecil!” ujar Andreas sambil terkekeh.Riana yang mendengar ucapan Andreas sekitika menghentikan langkahnya lalu berbalik pada Andreas yang ada dibelakangnya, “Apa yang kamu bilang barusan?” tanya Riana jengkel.Andreas langsung gelagapan, dia tidak menyangka kalau Riana masih bisa mendengar ucapannya tadi padahal dia sudah berbicara dengan suara yang pelan, “Ah.. enggak k