“Gimana kalian mau ikut gak? Double date gitu ceritanya, mau dong?” bujuk Kirana. Riana sangat bingung, dia tidak tau harus mengatakan apa, apalagi sekarang Andreas sedang menanti jawabannya dengan tatapan mata yang menyeramkan.“Kalau gue sih, terserah Riana. Kan gak lucu kalau gue ikut lo berdua, yang ada gue jadi nyamuk disana!” Eligo menatap Riana, “Lo mau ikut?”“Ayolah, Ri. Andreas juga ikut, masa lo gak kasian gitu liat sodara gue yang jomblo ini jadi nyamuk!” bujuk Kirana kembali.Riana terkejut saat mendengar Andreas akan ikut bersama Kirana ke Bali untuk jalan-jalan?. Tapi kenapa dia tidak memberitahunya tadi? Apakah dia berniat untuk berjalan-jalan berdua saja dengan Kirana dan membiarkannya sedirian di apartemen?. Riana kemudian tersenyum, “Iya, aku ikut!” Riana tidak akan membiarkan Andreas bersenang-senang sedangkan dirinya tidak dan hanya menunggu di rumah saja. Riana tidak memperdulikan lagi Andreas yang terus menatapnya tajam.Kirana memegang tangan Andreas, “Sayang
Andreas mengikuti Riana yang keluar dari kamarnya, dengan sigap Andreas langsung memagang tangan Riana, “Kamu mau kemana?” tanya Andreas.“Aku mau minum, pembicaraan tadi membuat tenggorokanku terasa kering,” Andreas tersenyum, kegugupan Riana membuatnya semakin terlihat lucu dan menggemaskan, “Kenapa kamu ketawa?” Riana sangat tidak suka ketika Andreas tertawa seperti sedang menjeknya.“Ah, enggak kok.” Andreas berusaha untuk meredam tawanya. Walaupun susah, dia tidak ingin Riana merasa ditertawakan olehnya. “Kamu lucu sekali,”“Gak ada yang lucu, Mas!” Riana kembali melanjutkan jalannya. Namun, karena Andreas sama sekali belum melepaskan tangannya membuat Riana kembali terhenti. “Kenapa kamu gak lepasin tanganku?”Andreas tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, “Tidak semudah itu untuk aku melepaskan kamu sayang!” Andreas mendekatkan wajahnya kepada wajah Riana, membuat Riana harus menahan nafasnya, “Urusanku dengan kamu belum selesai, sayang!”Riana sedikit mendorong tubuh Andrea
Eligo datang bersama temannya yang Riana ketahui dia bernama Gibran dan salah satunya lagi Riana tidak tau namanya. Riana pernah melihatnya mungkin saat ospek dulu, namun dia tidak terlalu mengingat siapa nama wanita itu.“Hai, lo berdua mau masuk kelas?” tanya Eligo.“Menurut lo?” Wanita itu terus saja menatap Rina, “Lo bukannya yang waktu ospek pernah nolongin gue kan? Dari presma yang nyebelin itu?” tanya wanita itu.Ah iya, Riana baru mengingatnya. Dia pernah menolong wanita ini saat sedang disuruh oleh presma melakukan hukuman karena telat dan Riana yang membantunya untuk kabur dari hukuman itu dengan cara belari dan langsung masuk ke barisan mahasiswa. Namun, mereka berpisah karena mereka memang beda jurusan, dan belum sempat untuk berkenalan, Riana sudah ditarik oleh Kirana untuk segera masuk ke barisannya, “Ah iya, aku baru inget.” Riana menjulurkan tangannya, “Aku Riana!”Wanita itu pun membalas tangan Riana, “Gue Alisa satu kelas sama dua curut ini juga,” ucap Alisa sambil
Seseorang itu kini berada di dalam toilet. Tepatnya dia berada di depan westafel sambil melihat bayangan dirinya yang ada pada cermin. Kedua tangannya mengepal kuat diatas marmer westafel, dadanya dibuat naik turun membayangkan apa yang dia lihat tadi. Kemudian dia meninju diding yang berada dipinggir cermin.“Berengsek!”∞∞∞∞“Eh, Ri anterin gue ke ruangan Andreas dulu yuk?” Riana mengerutkan keningnya, “Lah, mau ngapain?” tanya Riana.“Gue pengen aja sih, ketemu sama dia buat ngobrolin renana kita buat jalan-jalan,” Kirana tetap berusaha untuk membujuk Riana agar dia mau mengantarnya, “Ayolah!”Riana menatap Kirana dengan malah, “Kamu harus inget, kalau aku belum ngomong aku setuju dan aku akan ikut!” lalu dia membalikkan badannya kearah lain meninggalkan Kirana, “Aku juga gak mau ikut ke ruangan pak Andreas,”Kirana menyusul Riana lalu dia menghalangi jalan Riana, “Lo harus ikut ke rungan Andreas dan lo juga pasti ikut gue liburan ke Bali. Gue jamin itu!” ucap Kirana dengan percay
“Aku tidak berubah, mungkin kamu saja yang merasakan hal itu,” ucap Andreas yang kemudian kembali pada kesibukannya.Kirana tersenyum getir, bahkan dalam hal seperti ini pun Andreas sudah menunjukkan kalau dia sudah tidak perduli lagi dengan Kirana. “Iya, mungkin itu cuma perasaan aku aja,” ucap Kirana sambil menganggukkan kepalanya, dia tidak ingin semakin memperkeruh keadaan dirinya dan Andreas kalau Kirana terus membahas tentang perubahan sikap Andreas, “Kamu hari ini pulang jam berapa? Kamu mau main ke rumah aku?” tanya Kirana, bahkan saat ibunya meninggal pun Andreas hanya datang sekali, bahkan Riana pun sama. Namun dia tidak begitu mengharapkan Riana, karena dia tau Riana sangat susah untuk mendapatkan izin keluar rumah pada malam hari. Kirana sangat mengharapkan kehadiran Andreas, walaupun dia tidak berbicara langsung, namun hatinya masih berharap Andreas datang tanpa harus dia ingatkan.“Aku sangat sibuk, Na!” jawab Andreas.Kirana menundukkan kepalanya, “Hari ini adalah tuju
Rumah Kirana malam ini sangatlah ramai, ruang tamu yang sudah dikosongkan dari beberapa perabotan seperti kursi, meja. Lemari hiasan pun sudah dipindahkan ke tempat lain. Kini mulai terisi oleh para lelaki yang datang untuk mengadakan tahlilan.Hal itu memang sudah menjadi kebiasaan dari warga sekitar, para lelaki akan mengadakan tahlilan di malam hari, sedangkan wanita akan mengadakan tahlilan di sore hari.“Ayah, mohon maaf karena saya baru bisa mempatkan diri untuk datang kesini lagi!” ucap Andreas merasa bersalah, kini dia sedang duduk diatas lantai yang hanya dialasi dengan tikar, dia duduk bersama dengan ayah Kirana dan para tetangga lainnya.“Enggak apa-apa kok, Dre. Ayah sangat mengerti dengan kesibukan kamu,” Kirana pernah mengatakan bahwa Andreas sekarang menjadi pemilik dari kampusnya yang membuat Andreas sibuk dan jarang mempunyai waktu senggang. Tentu saja ibu dan ayah Kirana sangat bangga akan mempunyai calon menantu seperti Andreas.“Assalamualaikum,”Andreas dan ayah K
Riana sedang duduk di sofa, dia terus menunggu kedatangan Andreas. Bisa-bisanya laki-laki itu tidak mengabarinya dari tadi siang, dan bahkan dia baru mengetahui kabar dari laki-laki itu satu jam yang lalu.Riana mendengar ketokan pintu dari luar, dengan cepat Riana membuka pintu itu dan benar sesuai dengan harapan dia. Kini Andreas berada di depannya, menatapnya dengan tatapan kebingungan, “Kamu kenapa?” tanya Andreas.Riana masih menatapnya dengan tajam tak lupa dengan tangannya yang dilipat didada, “Harusnya aku yang nanya seperti itu! Kamu kenapa gak ngabarin aku?” tanya Riana dengan amarah yang masih ada dalam dirinya.“Setidaknya izinin aku duduk dulu!” ucap Andreas yang sudah merasakan kakinya yang sangat pegal.Riana menggelengkan kepalanya, “Tidak akan aku izinkan sampai kamu jelasin semuanya ke aku!” Andreas yang sudah merasa kakinya sudah tidak kuat untuk menahan dirinya, memutuskan untuk duduk, “Eh, siapa yang suruh kamu duduk disitu?” tanya Riana yang tidak terima Andreas d
Andreas dan Riana kini sedang duduk, di sofa dengan Andreaas yang memeluk Riana, sedangkan Riana menyenderkan kepalanya pada bahu Andreas sambil menonton acara televisi.“Tadi Kirana ngomongin lagi soal liburan, kamu mau jadi ikut?” tanya Riana.“Aku sih tergantung kamu,” jawab Andreas.Riana menatap Andreas keheranan, “Kok tergantung aku?” bisa saja bukan, Andreas pergi sendiri bersama Kirana kalau dia mau.“Karena aku tidak mungkin meninggalkan kamu atau aku ikut sendiri kesana. Karena itu sama saja memberikan kesempatan Eligo untuk lebih dekat sama kamu, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi!” Riana menatap Andreas dengan malas, “Lalu kalaupun aku ikut kesana, kamu akan tetap bersama Kirana terus!” Andreas tertawa mendengar hal itu, lalu dengan sangat cepat dia mencium bibir Riana. “Perasaan kalau aku lagi ngomong kamu ketawa mulu, kenapa sih?” tanya Riana yang merasa tersinggung karena Andreas.Andreas semakin tertawa, membuat Riana cemberut. “Ih, lucu banget sih!” Andreas lal