"Tunggu!" Aldi berlari ke arah Leon, ia menatap lekat wajah tegas pria di hadapannya. Aldi yang akan mengunjungi Abel tidak sengaja mendengar pertengkaran mereka. Aldi tidak menyangka jika Leon akan bersikap seperti itu kepada Abel. Bahkan tidak mengakui anak kandungnya sendiri. Leon tersenyum miring menatap tajam ke arah Aldi. "Masih berani kamu menunjukkan wajahmu di hadapan saya?" Suara Leon terdengar sangat menyeramkan. Namun, Aldi tidak takut sama sekali ia justru menajamkan matanya menatap lekat ke arah Leon. "Saya mendengar percakapan Anda dengan Abel, saya tidak menyangka jika Anda sebajingan itu Tuan Leon!" ucap Aldi. Ia merasa sangat kesal, bagaimana bisa Leon mengucapkan hal yang sangat menyakitkan untuk Abel dengar. Terlebih dengan kondisi Abel yang seperti ini. Leon benar-benar tidak memiliki hati. Leon tersenyum devil. "Kenapa? Kamu tidak terima mendengar hinaan yang saya lontarkan untuk wanita itu?" "Apa maksud Anda dengan wanita itu? Dia istri Anda, Tuan Leon. Ti
"Lo lagi hamil Abel mana bisa bercerai!" ucap Liona yang tak habis pikir. Dia ikut kesal melihat pertengkaran yang terjadi pada keluarga saudara kembarnya. Liona mengusap bahu Abel pelan. "Tenangkan diri lo dulu, kalian lagi sama-sama emosi. Jangan buat keputusan saat lo lagi ada di keadaan kayak gini. Gue nggak mau nantinya lo nyesel!" peringat Liona. Abel tersenyum getir. "Liona, meskipun aku tidak hamil aku tetap ingin bercerai dengan Leon. Aku justru merasa beruntung dengan adanya kejadian ini, setidaknya aku dapat melihat sifat aslinya. Seperti apa dia sesungguhnya, dia bahkan jauh lebih kejam dari pada iblis. Dia bukan manusia, Liona! Aku tidak tahan hidup dengannya."Abel memalingkan wajahnya enggan menatap ke arah Liona. Kedua tangannya saling bertaut, entah akan tinggal di mana setelah ini ia pun tidak tahu. Yang pasti Abel tidak akan pernah kembali ke rumah itu lagi! "Leon nggak seburuk yang lo pikir, Abel. Dia emang nggak bisa ngontrol emosinya jadi gue mohon lo juga ngg
"Ya Tuhan, aku sudah tidak tahan!" Abel merasa kepalanya berputar, ia sudah tidak sanggup untuk jalan. Tubuhnya masih terasa sngat lemah, ia pun tidak bisa istirahat sekarang karena Abel yakin jika mereka saat ini tengah mencarinya. "Abel, cepat masuk!" Seakan Tuhan memang menurunkan pertolongan untuknya. Abel segera masuk ke mobil Aldi. Abel memang meminta bantuan Aldi untuk bebas dari rumah sakit. Namun, saat ia keluar nomor Aldi bahkan tidak dapat ia hubungi. Abel menyandarkan kepalanya yang terasa pusing, wajahnya bahkan terlihat sangat pucat. "Abel, kalau lo nggak mau ke tangkap. Sekarang buang seluruh pemberian Leon yang lo bawa, ponsel, emas, atau jam yang sekarang lo pakai. Bisa aja Leon naruh gps di sana!" Abel mengangguk ia melepaskan kalung dan juga anting yang dia kenakan. Aldi memberikan kantung kepadanya. Namun, sat melihat cincin yang tersemat di jarinya Abel sangat ragu untuk melepasnya. Itu adalah cincin pernikahan mereka. "Abel cepat, kita tidak ada waktu lagi.
"Bodoh! Apa yang kalian kerjakan sampai menjaga satu wanita lemah saja tidak becus!" bentak Leon. Ia sangat marah mendapati Abel kabur. Terlebih mereka tidak bisa menemukan keberadaan Abel saat ini. "Maafkan kami, Tuan muda!" ucap salah satu pengawal tersebut, mereka semua menunduk tidak ada yang berani menatao ke arah Leon yang tengah di liputi amarah. "Apakah maafmu dapat mengembalikan wanita itu! Pergilah, cari dia sampai dapat. Kalau kalian kembali dengan tangan kosong kembali, saya tidak akan segan membunuh kalian semua!" teriak Leon. Mereka mengangguk patuh segera pergi untuk mencari keberadaan Abel. Kedua tangan Leon mengepal, ia meninju tembok di depannya. Tak perduli dengan kedua tangannya yang terluka bahkan darah segar mengalir. Tatapan mata Leon menajam, wajahnya terlihat sangat mengerikan. "Berani sekali kau kabur dariku, Abel!" Leon menghembuskan napas kasar, menjatuhkan tubuhnya di sofa.****"Abel, Aldi, kemarilah nak. Nenek sudah buatkan makan malam untuk kalian!
"Lembar baru Abel!" Abel tersenyum tipis, ia terbangun dengan tubuh yang terasa segar. Abel menatap sekeliling melihat dia yang sudah berbaring di ranjang, sedangkan seingatnya semalam ia berada di balkon. "Aku akan menghabiskan hidupku dan putraku di tempat ini. Baby, selamat pagi!" ucap Abel sembari menyapa bayi dalam kandungannya. Abel melihat satu gelas susu hangat dan juga roti di meja samping ranjangnya. Terdapat sticky note di sana, Abel segera membacanya. Bibirnya mengulas senyum tipis saat pesan itu berasal dari Aldi. 'Morning princess, semalam aku melihat putri cantik yang berjalan sembari tertidur, haha. Susu putih dan roti sandwich untuk princess cantik, setelah sarapan lakukan semua kegiatan yang kamu inginkan. See you bulan depan'Abel melihat jam dinding yang sudah menujukkan pukul sebelas siang. Ia cukup terkejut telah tertidur selama itu, setelah menghabiskan minum dan roti tersebut. Abel segera membersihkan diri dan turun, kondisi rumah saat ini terlihat sangat se
"Sekarang lo nyesel?" Leon menatap pintu ruang kerjanya yahh tiba-tiba terbuka. Wajah Liona terlihat menahan amarah, dia sudah mencari Abel kemana pun. Namun, tidak juga ia temukan. "Keluar! Siapa yang mengizinkan kamu masuk." Suara Leon terdengar menyeramkan. Namun, Liona sama sekali tidak takut ia berjalan mendekat ke arah Leon menatap tajam ke arahnya. "Leon gue benci sama lo, kembaliin kakak ipar gue! Bawa dia balik sekarang juga. Bawa keponakan gue balik sekarang! Lo manusia kejam, lo nggak bunga hati! Lo bukan manusia Leon!" sentak Liona, ia memukul dada Leon berulang kali. Tidak ada bantahan dari Leon, pria itu tetap diam menerima semua yang Liona lakukan kepadanya. Pintu ruangan Leon kembali terbuka, David berlari menghentikan kegilaan Liona! Ia menggeret Liona paksa untuk keluar dari ruangan Leon. "Leon, lo harus tanggung jawab, gue nggak mau tahu lo harus bawa Abel balik!" teriak Liona. David membawa Liona masuk ke dalam ruangannya, mendudukkan gadis itu secara paksa d
Abel tengah mempersiapkan makanan untuk makan malam nanti. Ia tersenyum melihat sayuran yang dia masak sudah matang tinggal menunggu ikan dan juga nasinya. Nenek Ami sedang beristirahat di dalam, dia akan keluar saat masakannya sudah matang. Abel terdiam saat kenangan itu kembali datang menghampirinya. Ia merindukan hari-harinya saat tengah sibuk membuatkan masakan untuk Leon. Suami yang sangat ia cintai, Abel masih tidak menyangka jika hubungan mereka harus berakhir begitu saja. Flasback on"Masak apa kamu, By? Baunya harum banget," bisik Leon sembari menduselkan hidungnya di leher Abel. Kedua tangan Leon menyelinap masuk ke dalam perut Abel memberikan usapan lembut pada perut ratanya. "By, baby lagi tidur apa lagi main?" Abel tertawa mendengarnya ia mematikan kompornya berbalik menghadap ke arah Leon. Abel mengalungkan kedua tangannya di leher Leon, ia tersenyum manis menatap wajah tampan suaminya. "Menurut kamu?" Leon sedikit berpikir laku mendekatkan wajahnya dengan Abel dan
Tak terasa sudah tiga bulan kepergian Abel, kini kandungan Abel pun sudah berumur 4 bulan. Abel menjalani hari-harinya cukup bahagia di sana. Ia mulai membantu mengurus toko roti, Abel bahkan menambah menu roti buatannya sendiri yang menjadi favorit pelanggan. Abel menghabiskan waktunya dengan bekerja, ia tidak merasa lelah sama sekali karena pekerjaan itu adalah hobinya. "Abel, ada pesanan lagi 5!" ucap Tante Laras. Abel mengangguk, ia segera menghias bolu cokelat miliknya yang masih terasa hangat karena baru matang. Terkadang jika toko sangat ramai 100 buah roti pun ludes. Abel merasa sangat bahagia jika kue jualannya habis, bahkan mereka sampai kehabisan stok bahan kue. "Tante, besok Abel izin nggak kerja. Mau ke rumah sakit, periksa kandungan." Meskipun kondisinya cukup baik, tetapi Abel pun ingin melihat perkembangan buah hatinya. "Tentu, kamu pergi sendiri? Perlu tante temani?" Abel menggelengkan kepalanya. "Abel diantar Aldi, besok dia kembali. Selesai periksa kalau masih