Di perjalanan keluar dari kota Eslander, Rayden membawa mobilnya dengan gelisah. Dia tidak terlalu setuju Clara melarikan diri dari Eslander sendirian. Namun setelah mendapati seluruh perbatasan telah ditutup dan pemeriksaannya sangat berlapis, Rayden akhirnya sepakat. Karena perbatasan masih penuh antrian mobil yang mengular, tandanya Clara belum ditemukan oleh Hollander. Pagi ini dia mengirim koper milik Clara lewat ekspedisi, ternyata itu hanya koper kosong sekalipun janggal mengirim koper kosong, Rayden tetap meminta anak buahnya untuk bergerak berlawanan arah dan mencari ekspedisi pengiriman barang. Dia mengikuti intuisinya kembali ke kota Qurazonty. "Tuan Rayden, Anda pemimpin tertinggi di Lembah Utara! Sangat aneh, Anda bepergian tanpa pengawal?" Kali ini Long Dragon turun langsung memeriksa mobil yang ditumpangi oleh Rayden. "Aku sedang berlibur dan kembali ke Qurazonty untuk bertemu gubernur Delano, pengawal akan menyusul nanti sore, mereka sudah memesan atraksi seluncur s
Jantung Rayden berdegup kencang, dia tahu itu suara seorang wanita. Tetapi siapa? Dia menggengam buku itu erat erat dan memasukkannya ke dalam jubah dinginnya. "Aku ambil buku ini, anggap saja pertukaran yang layak!" Rayden melemparkan sekeping perak kepada panatua Rough Pillar. "Tetapi Tuan Rayden, keluarga Pillar perlu mencatat apa keistimewaan buku tersebut sehingga Anda ingin menukarnya?" Panatua berkilat licik, dia melihat sekeping perak sudah berbinar matanya tetapi jika bisa mendapatkan lebih maka dia akan melakukan upaya terakhirnya. "Buku ini tidak ada istimewanya! Hanya buku tua----Kalianlah yang membuat ini istimewa, anggap saja buku rampasan keluarga Rough yang menjadi jimat bagiku hari ini!" Panatua Rough terbahak-bahak, "Anda benar benar pemimpin yang humoris. Baiklah, tetapi kami hanya melepasnya dengan 3 perak!" "Buku jimat harusnya gratis dan tidak berharga, karena hanya buku usang. Yang membuatku kemari karena mahluk busuk seperti mereka mengacaukan jalanku berte
Saat dia sampai di mobilnya, gerimis ringan mulai turun. Rayden melesat pergi, mencoba melarikan diri dari guntur dan menjauhkan diri dari hutan Pillar Dia yakin Rough akan mencegatnya di setiap tepi hutan. Sungguh bodoh jika terjebak dalam kegelapan di dalam hutan; semua orang tahu Rough adalah serigala liar di malam hari. Tidak ada lagi waktu tersisa saat dia berbalik untuk menghindari Hutan Pilar. Dia berhenti sejenak dan meminumkanpil yang berfungsi sebagai penawar gigitan ular, membuat sayatan kecil di seluruh jari tangan dan kaki Clara. Dalam cuaca berawan, kantong sutra bersinar, dan dengan ragu-ragu, Rayden membukanya, memperlihatkan cincin Mirah Delima yang bersinar redup. Rayden dengan cepat memasangkan cincin itu di jari Clara. Dia masih membungkuk ketika sebuah anak panah menancap pada punggungnya. Di kejauhan gerombolan Rough sudah menuruni bukit, jumlah mereka puluhan. Rayden meloncat pada kursi pengemudi dan memacu mobil di bawah panah Rough yang menyasar pada ban mobi
Di sebuah restoran kecil, seorang pria berkepala plontos dengan nada mengancam mengarahkan senjatanya ke arah pasangan yang gemetaran. "Kami membeli mobil ini dari seseorang di pinggiran kota, mereka mengaku membutuhkan duit untuk biaya melahirkan istrinya!" Pria botak, "....." "Sungguh Tuan, mereka sepasang suami istri yang benar benar butuh duit. Surat mobilnya lengkap, mereka menjual dengan harga murah!" suara bergetar ketakutan dan isak tangis terdengar dari mulut sang istri. "Kak Joe, lepaskan saja mereka mungkin berkata benar!" "Jika kalian berbohong dan melindungi teroris, aku akan menghancurkan tubuh kalian dalam cairan kimia!" Bentaknya. Pasangan itu merangkak dengan kaki mereka, tetapi sekuat apa pun keinginan mereka untuk berlari, kaki mereka terasa terpaku ke tanah karena ketakutan. Akhirnya, mereka berhasil melarikan diri dari orang-orang yang tampak jahat itu. Dengan tangan gemetar, sang suami memutar kunci mobil dan kabur membawa mobil dengan zig zag. "Lagipula in
Clara berguling dari gerobak motor yang kaget karena diperintahkan putar balik. "Keluar dari gerbang belakang, atau kami tembak!" Baron dan Adidas, kedua pemuda itu sebenarnya membawa barang bagi keperluan militer, mereka sangat ketakutan ketika pasukan militer justru meminta mereka putar balik. "Berhenti!" suara galak dan derap langkah kaki pasukan militer mengepung gerobak motor. Adidas yang ketakutan mulai mengompol, "Kami membawa pasokan!" katanya dengan bibir bergetar. Sepasukan tentara yang menatap pada sosok berjubah dengan wajah hitam bersisik tidak berkata-kata. Bayonet panjang di arahkan ke tubuh Clara tetapi akhirnya mereka menusuki jerami dan menemukan kotak kotak kayu berat. "Berangkat, ke gudang belakang, dermaga pelabuhan carter!" Baron dan Adidas menghela nafas lega, dia melirik pada Clara yang tetap tenang berbaring. Memasuki gudang pelabuhan, berderet kapal kapal carter dengan para ABK yang terlihat kuyu dan layu karena seluruh kapal tidak bisa meninggalkan
Rayden keluar dari hotel dengan muka merah padam, hilangnya Clara membuat semua rencananya berubah. "Batalkan misi, aku langsung ke pelabuhan Qurazonia!" teriak Rayden di ujung telpon. Cargil adalah lawan bicaranya, terkejut dengan hilangnya Clara, "Rayden, penawar bisa yang terakhir bahkan bisa melumpuhkan seluruh tubuh dalam seminggu, gadis itu terlalu kuat" "Bisakah kamu ke pulau Samara, kita berpencar mencarinya?" "Oh, aku ingin kembali ke Lembah Utara secepatnya, ibuku semakin lemah" suara Cargil terdengar lesu. "Perjalananmu melewati pulau Samara, luangkan waktu beberapa hari. Jika dalam 3 hari tidak ada kabar tentang gadis itu, kembalilah ke Lembah Utara!" "Jangan katakan kamu akan langsung ke Lembah Serangga menemui gadis itu! Ayah ibumu akan memarahiku jika mereka tahu kamu mengejar seorang gadis" Cargil mengusap pelipisnya karena kesal dengan pengaturan yang tidak adil ini. "Hehehe, bukankah kita mendapat undangan perayaan 200 tahun keluarga El Wongso, kamu akan datan
Bang! Suara kencang dari sangkar sangkar besi diturunkan ke tanah. Matahari membakar tanah karena teriknya, gelombang panas seperti bayangan kematian. Pasir putih selaksa kristal yang bisa mengiris nadi. Orang orang frustasi dengan cuaca yang tiba tiba menyengat ini. Seluruh kedai di pulau Samara dijejali banyak tubuh yang mendambakan air sejuk. Ethan sudah berada di pasar hewan sejak subuh, dia memilih menyewa gubuk kecil yang terbuat dari bilik dan papan tipis, dari sela keropongnya bilik dia bisa mengawasi pasar di depannya. Udara di dalam kamar sangat lembab, sebentar saja jubahnya sudah basah oleh keringat. Matanya menyipit apa yang disebut dengan pelelangan hewan ternyata tidak ada satu pun hewan yang ditawarkan. Waktu kerangkeng besi di buka, di bawah panas yang terik, puluhan pria muda dengan tubuh tegap dan otot yang kuat di rantai oleh besi baja dan di tawarkan sebagai budak. Pasar hewan di penuhi oleh para bangsawan yang berpakaian bagus, mata mereka berbinar melihat buda
10 hari berlalu, "Ya, ampun daya tahan tubuh generasi Book kelima memang tangguh. Lihat! sekali pun peluru dan panah beracun berhasil mengoyak tubuhnya, dia tetap bertahan hidup" "Benar, dia juga seorang jenius dan cukup licik. Uh wajahnya tampan serupa kakek buyutnya." "Untung kita mencium bau darah keluarganya, hmmm....tidak menyangka, akulah yang menemukan cucu Draken Book yang hilang!" Mendengar obrolan dua pelayan di dekatnya, mata Ethan mulai berkedip dan bulu matanya yang panjang dan lentik berkibar, dia mengerjap melepaskan diri dari keterikatan yang lengket. Mereka kemudian terkulai lagi saat sapuan dingin membantu menghilangkan rasa lengket di matanya. "Pangeran Muda Draken Book! Anda sudah bangun! Ayo latih matamu agar terbiasa dengan cahaya!" "Siapkan ramuan penembus jiwa, dan basuh darahnya agar tetap murni!" Seorang pelayan senior mendekat sambil membawa peralatan bedah di atas nampan. Ethan sudah membuka matanya sepenuhnya, memandang wajah pelayan tersebut. "Jang