Panatua bungsu memberikan ramuan terakhir kepada Jenson dan Marroco yang mulai bisa duduk. Namun Jack Black Shadow tidak merespon obat yang diberikan. Silveryn dilanda kecemasan. "Untuk racun getah karet seharusnya responnya sama, kemungkinan ada syok yang mendalam seperti serangan jantung. Aku memberikan ramuan penguat jantung, tetapi butuh kerjasama dari tubuh Jack sendiri!" Panatua juga terlihat cemas. "Di belakang gua monster raksasa terdapat tanaman gingseng berusia ratusan tahun, untuk mengambilnya harus memiliki trik kotor. Karena ginseng itu memiliki kaki seribu. Setelah kamu memotongnya, mereka akan berlari kencang atau terbang dan hilang!" Marion memberi saran. "Aku akan mengambilnya!" Dallas bangkit dan siap berangkat. "Tidak!" Silveryn menahan bahu Dallas, "Kita tidak tahu monster raksasa itu sudah mati atau belum, sangat berbahaya untukmu!" "Sepertinya monster raksasa itu tidak jahat!" Dallas mencoba memberikan argumennya, dia juga merasa penasaran dengan cerita Mario
Dallas dan Silveryn duduk dengan tenang di bebatuan sambil menyanyikan lagu pengantar tidur. Hawa panas di tanah akibat bubuk kalajengking memaksa gingseng hijau langka merangkak keluar. Dallas menghitung ada sepuluh gingseng yang ramping berkilauan di bawah matahari. Silveryn memiliki suara yang lebih merdu, dia terus bersenandung. Suaranya sangat magis. Dallas dan Silveryn kagum dengan mendekatnya ginseng hijau. Dallas menahan napas saat ia membuat jaring yang bagus. Beberapa ginseng melompat ke jaring, dan Dallas mengamankannya erat-erat sebelum memasukkannya ke dalam kantong sutra. Sementara beberapa ginseng merayap perlahan, Silveryn mulai bosan bernyanyi. Dallas tersenyum ketika mengamati kegelisahan kakaknya, menemukan bakat menyanyinya yang menggemaskan. Kegembiraan mereka disela oleh suara yang lebih merdu dan bertenaga. Anehnya, ginseng di dalam kantong sutra mulai bergerak dengan kuat, memberontak terhadap penahanannya. Silveryn melihat monster raksasa berdiri tidak jauh
Sampan mendekati dermaga tambak garam emas. Silveryn dan Dallas memimpin jalan. Di belakang mereka monster raksasa terus mengikuti. Dia menciduk ikan dengan jarinya yang panjang. Wajahnya terlihat lebih gembira. Dallas tersenyum geli, "Sial, kalau iblis Henrico tahu aku hanya berhasil mencium bibir monster minggu ini, pasti dia akan terus menindasku" "Taruhanmu dengan Henrico seimbang, setidaknya monster itu berjenis kelamin lelaki" Silveryn mengejek adiknya. Mulut Dallas monyong seketika,"Kapan kalian para saudara lelaki bersikap lebih lembut ke adikmu ini?" Silveryn tidak menjawab, pikirannya bercabang. Waktu Dallas masih di perut ibunya, dia selalu menciumi perut ibu yang besar. Dan berharap punya adik perempuan. Sayangnya setelah Dallas lahir, adik perempuannya ini lebih nakal dari Marroco. Keras kepalanya membuat ayah dan ibunya sering menjerit karena kenakalan Dallas yang tanpa ampun. Dallas kecil hobi menangkap ular berbisa dan menggigit ular itu sampai mati. Suatu hari dia
Marroco memasuki kabin yang cukup luas di kapal DR.MILLER, bersama Jenson, dia memilih untuk istirahat. Racun getah karet membuat persendiannya terasa ngilu. Sedangkan Panatua bersama Jack dan para pengawal ada di kabin yang super luas. Kapal DR.MIlLER memiliki 3 deck dengan lebih selusinan kamar tamu, kamar suite milik Pangeran Muda Draken Book dan kamar ABK di deck bawah. Monster raksasa berada dalam kurungan pengawal Draken. Ia terlihat tenang, tidur nyenyak. Ethan sudah memberikan ramuan untuk luka dalam yang di derita monster raksasa. Silveryn tetap waspada, dia tidak suka berdekatan dengan bangsa vampire. Sebagai serigala Lycan mereka pasti memiliki perbedaan penglihatan dengan vampire. Menempati kabin paling kecil yang terletak di dekat tangga, Silveryn merebahkan dirinya dalam posisi berdiri dan dia tertidur cukup lama. Waktu sinar bulan menerangi jendela kabin, Silveryn sudah sepenuhnya berubah menjadi Lycan. Jubah dan semua senjata ada di tempat tidur. Dia mengunci pintu d
Kapal DR.MILLER memasuki sebuah peraian dangkal, ratusan atol berdiri angkuh di atas peraian, kabut tipis menyelimuti pagi, dikejauhan tidak terlalu mencolok aktfitas di sekitar dermaga. Kapal sauh jauh beberapa mil dari dermaga. Dan kapten sudah membuat kapal benar benar tenang. Silveryn dan Dallas, berdiri di atas geladak, mereka bertukar omongan. Sebelum Ethan datang menyela percakapan mereka. "Karena cuaca sangat buruk beberapa hari, kami perlu membeli bahan bakar dan perbekalan" ujar Ethan dengan sopan. "Tidak masalah, aku mengenal dermaga Villain dengan baik, aku akan turun mencari bandar kapal yang bisa menyewakan kapalnya untuk kami berpisah di sini" Dallas menyambut Ethan dengan hormat. "Ada sekoci di lambung kapal, kamu bisa memakainya untuk mencapai dermaga!" "Terimakasih, sementara kami mencari kapal, aku minta izin Jack dan monster tetap di sini" Silveryn berkata dan dia tersenyum melihat Ethan mengangguk setuju. Sebentar saja, Silveryn dan Dallas mengayuh sekoci de
"Re-m!" suara terputus putus tiba tiba keluar dari mulut monster yang duduk di ujung geladak di bawah matahari pagi, bulunya kering dan berjuntai lebat, berwarna pucat putih keemasan. Matanya yang biru besar mengerjap ke arah Dallas. "Rr-eem!" katanya lagi, jarinya menunjuk pada dirinya sendiri. Dallas menggoyangkan kepalanya dan berpikir, "Rem, namamu Rem?" "Rem?" tanya Maroco sambil menyipitkan matanya karena matahari di tengah lautan mulai garang. Monster itu mengangguk, "Remm-d-raogon!" "Remdragon!" sahut Silveryn acuh tak acuh. Monster itu kembali tertawa senang, dia menunjuk Silveryn, bahunya dan bahunya. "Rem!" Sejauh ini Black Shadow hanya memahami monster itu sedang memperkenalkand dirinya sebagai Remdragon. Panatua, menyobek roti keras dan mencelupkan ke dalam sup asin berisi potongan ikan makarel kering, Rasa amis menyeruak di udara, namun mereka tetap harus makan. Di Villain, sayur mayur tidak tumbuh, daerah gugusan karang ini hanya bisa memuat ikan yang di asinkan
"Kaisar Rem adalah nama resmi dari penyihir Lembah Biru!" Silveryn membacakan portal dari Henrico. Perkamen itu hanya bisa ditemukan oleh keturunan langsung dari penyihir, "Wajar Panatua yang hidup saat ini tidak memiliki pengetahuan dengan Remdragon" sahut Silveryn lagi. "Tetapi apa hubungannya dengan keluarga Amorgas? Jika dia seorang Rem?" Jenson bertanya kebingungan, "Pohon keluarga di Lembah Biru sangat rapih, kita bisa melihatnya dari pokok sampai ke cabangnya!" "Jika ada campur tangan Malachi? Segala sesuatu menjadi mungkin" sahut Silveryn kesal. "Kita akan melacak dari sebelum pertempuran di Lembah Yordan, jika kita sudah sampai di Lembah Biru" "Langsung ke Lembah Serangga!" sebuah suara menganggetkan semua. "Ayah!" Dallas berlari menghampiri Jack yang terhuyung huyung menaiki geladak. Panatua bungsu menyambut Jack dan mengukur denyut nadinya, "Kamu masih terlihat lemah, butuh banyak istirahat" "Aku akan makan tidur di kabinku selama perjalanan kita menuju Lembah Serang
Dua hari kemudian di perairan Lembah Sylin. Bao Ceng, kapten kapal Lembah Biru sudah membawa kapalnya memasuki perairan Lembah Sylin dan bersiap melempar sauh. Henrico bergidik melihat penampakan dermaga Lembah Sylin seperti tidak ada kehidupan diselimuti kabut putih kekuningan. Dermaganya kecil berupa kayu oak yang ditancapkan begitu saja. Tidak ada bendera Lembah Syilin yang berkibar. Uap belerang menyeruak sangat pekat. "Kita sauh di sini!" Henrico memberi perintah. Bao Cang terkekeh-kekeh, "Jangan katakan, kamu sedang bersiasat jahat!" "Setidaknya aku belajar, bukan untuk menjadi ayam sayur!" Henrico mendengus kesal. "Bermainlah aman! Pamanmu hanya setengah hari perjalanan, bahkan gunturnya sudah kita dengar dari sini!" Henrico melepaskan gunturnya yang menggelegar dan melompat dari kapal besar ke atas sekoci, tongkatnya sesekali di ayun sebagai dayung. Dia tinggal selangkah lagi untuk menambatkan sekocinya, waktu sekelompok manusia tanpa wajah muncul di hadapannya dalam sam