Home / Romansa / Istri Tebusan Paman Mantanku / 159. Sembuh Karena Batagor

Share

159. Sembuh Karena Batagor

Author: Santi_Sunz
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Laureta kembali muntah, tapi tidak sebanyak sebelumnya. Ia mual sekali dan pusing dengan bau sup krim itu. Ia kembali mencuci mulut dan wajahnya. Ia juga mencuci tangannya dengan sabun sampai benar-benar wangi. Ia menghirup aroma teh hijau di tangannya yang sangat wangi dan membuatnya tenang.

“Ta, kamu baik-baik saja?” tanya Reksi dari depan pintu kamar mandi.

Laureta membuka pintu dan menatap sahabatnya dengan air mata yang menetes di pipinya. “Aku muntah lagi.”

Reksi memegang dahi Laureta sambil menatap langit-langit dengan wajah serius. "Badanmu tidak demam, malah justru dingin. Apa kamu ingin aku antar ke dokter?"

Laureta menggelengkan kepalanya. "Tidak, Reks. Aku tidak mau ke dokter. Aku mohon." Ia merengek seperti anak kecil dan tiba-tiba saja air matanya menetes ke pipi.

"Ya ampun. Kenapa kamu jadi menangis?" Reksi tampak bingung. Ia membawa Laureta menuju ke kasur. "Kamu istirahat saja ya. Jangan turun dari kasur."

Ketika Reksi hendak membuka mulut untuk bicara, tiba-tiba pint
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   160. Mimpi Buruk

    Reksi berhenti berjalan. Ia menoleh sambil menatap Laureta. “Aku juga tidak tahu, Ta. Aku merasa kalau aku bisa berpacaran dengan Erwin sekarang itu tidak diawali dengan cara yang baik. Aku seperti yang sudah merebut pria itu darimu walaupun sebenarnya kalian sudah resmi putus.“Aku terus menerus memikirkan tentang hal itu. Hanya saja, aku sudah lelah untuk terus berpikir berlebihan. Aku jalani saja apa yang ada. Sebenarnya, aku sadar kalau di hatinya tidak ada aku. Dia hanya mencintaimu, Ta. Dia memang tidak bisa berpindah ke lain hati.”Laureta menggelengkan kepalanya. “Reksi, semua ini hanya akan menyakitimu. Aku bukannya menyuruhmu untuk putus, tapi aku akan lebih bahagia jika melihat sahabatku bersama dengan pria yang juga mencintainya. Kamu berhak untuk dicintai, Reks.”“Terima kasih, Ta. Maafkan aku atas segala yang telah aku perbuat padamu.”“Tidak apa-apa, Reks. Aku sudah ikhlas.”&ldqu

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   161. Masuk Rumah Sakit Lagi

    Laureta hanya bisa terbaring lemah di kursi tahap kedua. Ia meringkuk sambil memegang keresek karena khawatir muntah lagi. Hati Kian ketar-ketir sambil membawa mobilnya. Ia jadi teringat pada Adinda saat ia sakit. Semua orang pergi, hanya ada Kian yang mengurusnya. Adinda pun muntah-muntah dan badannya lemas. Tidak ada makanan yang bisa diterima oleh badannya. Kian khawatir jika Laureta mengalami hal yang sama seperti Adinda. Jadi, ia segera membawa istrinya ke rumah sakit. Ia mengebut sepanjang jalan, lalu menepi ke IGD. Ia memarkirkan mobilnya secara miring, tak peduli meski ia menghalangi mobil orang lain. Seorang satpam menghampirinya dan langsung mengambil alih. Kian mendahulukan untuk menggendong Laureta dan membawanya ke dalam IGD. Untuk ke sekian kalinya dalam waktu dekat ini, ia terus menerus ke rumah sakit. Kian sedih sekaligus khawatir. Dengan cepat para perawat mengurus Laureta. Ia mendapatkan ruangan yang lebih luas dan besar dari tempat lainnya. Badan Laureta agak de

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   162. Tak Ada Yang Salah

    Saat itu, udara tidak terlalu dingin seperti sebelumnya. Kian pergi ke Hyde Park dengan menggunakan taksi daring. Langkahnya terasa berat karena ia tahu jika pertemuan ini mungkin tidak akan berakhir dengan baik.Hatinya sungguh tidak tenang. Kian sempat berpikir untuk mengabaikan Helga dan memilih untuk pergi dari sini. Ia bisa berjalan kaki sampai ke hotel, sekalian ia berolahraga.Namun, Kian sudah berkata bahwa ia akan menemui wanita itu. Apa jadinya jika Helga menunggunya di sana sampai membeku? Kemarin ini, wanita itu baru saja bolak-balik rumah sakit karena hal yang sepertinya Kian terlewati. Helga belum menceritakan semuanya.Tidak seharusnya Kian masih mempedulikan wanita itu. Untuk itu, Kian membalikkan badannya dan merasa seperti orang bodoh. Sayangnya, rasa penasarannya terlalu tinggi. Sebelum ia benar-benar pergi dari sana, ia mencoba mengecek keberadaan Helga.Kian berhati-hati dengan menutup kepalanya menggunakan tudung dari jaketnya. Ia menunduk sambil melirik ke sana

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   163. Salah

    Helga sedang menelepon seseorang dan berbicara dalam bahasa Inggris. Kian cukup mendengarkan bahwa Helga akan segera pergi ke apartemen temannya itu.Helga selesai menelepon dan berjalan menuju ke halte bus. Kian sengaja bersembunyi di dekat rambu lalu lintas hanya untuk memperhatikan wanita itu pergi.Tidak biasanya, Helga naik kendaraan umum. Hati Kian tidak tenang. Dengan decakan kesal di mulutnya, Kian pun terpaksa menghampiri wanita itu. Ia berhasil memegang tangan Helga sebelum wanita itu naik ke bus. Kian membuat wanita itu terkejut.Beberapa orang memperhatikan mereka seolah khawatir jika Kian adalah orang jahat. Namun, Kian pun melepaskan tangannya dan berkata, “Kamu tidak boleh naik bus sendirian.”“Memangnya kenapa? Aku sudah sering sekali naik bus, tidak masalah.”“Aku tetap akan menemanimu sampai ke apartemen dengan selamat,” ucap Kian dengan nada yang tidak bisa dibantah lagi. Diam-diam, Helga mengulum senyumnya.Mereka berdua sama-sama naik bus dan duduk bersebelahan. H

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   164. Menyembunyikan Sesuatu

    Seminggu setelah Laureta pulang ke rumah, kondisinya tidak juga lebih baik. Ia sudah bisa makan, tapi beberapa waktu tertentu ia bisa muntah-muntah lagi. Kepalanya pusing terus menerus. Rasanya tubuhnya lemas tak bertenaga.Laureta sempat memaksakan dirinya untuk melakukan pemanasan dan mencoba mengangkat barbel untuk menyegarkan dirinya. Namun, ia hanya bertahan selama lima menit saja dan tidak ingin melanjutkannya lagi.Ia bingung harus melakukan apa karena tidak ada yang bisa ia lakukan selain makan dan tidur. Hatinya sedih dan bingung harus bagaimana lagi. Sakitnya tak kunjung sembuh.Laureta memainkan ponselnya dan kemudian ia melihat tanggal yang tertera di bagian atas ponselnya. Sekarang sudah bulan Februari, tapi Laureta masih juga belum datang bulan. Seketika hatinya mencelos.Ia membuka laci nakas dan kemudian mengeluarkan alat tes kehamilan yang pernah ia beli waktu itu. Ia benar-benar takut sekali menggunakan alat ini karena ia belum pernah melakukannya.Dengan jantung yan

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   165. Tekanan Plus Pelicin

    “Halo, Sayang,” sapa Kian di telepon. “Kamu sedang apa? Sudah makan siang belum?”“Halo, Kian. Aku sudah makan. Kalau kamu sudah makan belum?”“Belum. Tadi aku sedang sibuk, jadi belum sempat makan siang,” ujar Kian sambil meregangkan sebelah tangannya ke atas.“Ya ampun. Kamu pasti sibuk sekali.”Kian terkekeh. “Iya. Sebentar lagi aku mau pergi makan siang. Bagaimana keadaanmu? Apa kepalamu masih suka pusing?”“Ya, ada pusing sedikit. Tadi Adinda membawakanku makanan sup ayam kampung. Apa namanya tadi?” tanya Laureta. Lalu terdengar suara Adinda yang menjawab. “Oh, namanya cia po.”“Oh, cia po. Baguslah kalau begitu. Tumben di sana ada Adinda.”“Iya, Adinda sengaja datang ke sini untuk mengantarkanku makanan.”Kian tersenyum. “Sampaikan salamku pada Dinda ya.”“Oke.”Sete

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   166. Sebuah Permainan

    Sekarang atau tidak selamanya. Clara pikir, ia tidak akan pernah mendapatkan apa yang ia inginkan dari Kian. Bosnya itu tidak akan membalas cintanya meski ia sudah jungkir balik sekalipun. Jadi, tak ada ruginya jika ia mengkhianati Kian kali ini.Clara pun mengangguk dengan cepat. “Baik, Bu. Baik. Uhm, sebenarnya …, Pak Kian memang …, beliau memang baru mengenal wanita itu.”“Aha!” seru Elisa. “Lalu bagaimana?”“Ayahnya pernah bekerja di The Prince dan mengambil uang kantor sebesar satu setengah milyar. Pak Kian memasukkan orang itu ke penjara dan mengambil putrinya.”Elisa menautkan alisnya. “Mengambil putri siapa?”“Putrinya orang yang sudah mengambil uang perusahaan, Bu. Namanya Pak Reno.”“Untuk apa Kian mengambil seorang anak perempuan?” tanya Elisa heran.“Ma-maksud saya …, anak dari Pak Reno itu adalah Laureta.”

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   167. Kepedihan Sang Anak Sulung

    Elisa pulang ke rumahnya dengan penuh kekesalan. Ia menjerit-jerit di mobil sambil memukul setirnya. Ia kesal dan benci sekali pada Kian. Adiknya itu benar-benar egois dan jahat sekali karena ingin menghak milik The Prince seorang diri.Selama ini, Elisa pun bukannya diam saja. Ia juga turut memajukan perusahaan meski memang Kian yang lebih banyak bekerja keras. Ayahnya malah memberikannya usaha yang lain, yaitu ekspor ikan di mana kondisi perusahaannya sangat berantakan.Elisa yang membenahi usaha itu dari awal, membuang orang-orang yang selama ini menjadi benalu dalam perusahaan. Butuh usaha ekstra untuk menjadikan perusahaan itu stabil kembali.Ayahnya selalu memberikan hal yang sulit dan kacau balau padanya. Seolah Elisa dilahirkan ke dunia ini untuk membereskan segala kekacauan sementara Kian mendapatkan bagian yang paling enak.Semua orang pun tahu kalau The Prince adalah usaha yang paling menghasilkan keuntungan terbesar. Sementara Elisa harus puas

Latest chapter

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   EPILOG

    Zion adalah anak yang sangat lucu dan pintar. Di usianya yang menginjak lima bulan, anak itu sudah bisa diajak bercanda. Siapa pun yang bertemu dengannya pasti akan gemas dengan tingkah lakunya.Hari itu adalah pertama kalinya Kian bertemu dengan Zion. Kian tampak tegang sekali seperti hendak bertemu dengan presiden. Laureta terkekeh sejak tadi menertawakan sikap Kian.Laureta baru saja pulang kerja dan Kian yang menjemputnya. Pria itu menyetir mobil menuju ke rumahnya tanpa Laureta perlu menunjukkan arah seolah ia sudah tahu alamatnya di mana.“Bagaimana kamu bisa tahu alamat rumahku? Ah, kamu memang memata-mataiku, ya kan.”Kian tidak menggubris candaannya. Pria itu fokus menyetir hingga berhenti di depan rumahnya.“Aku memang pernah mengikuti Ivan sampai ke rumah ini. Aku ingin tahu apakah benar kamu tinggal bersama dengannya di sini,” ungkap Kian.Laureta pun tersenyum. “Ya sudah. Kali ini aku akan memaafkan

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   259. Untuk Selamanya

    Kian memutar tubuh Laureta, lalu wanita itu pun menengadahkan kepalanya sambil mengangkat kakinya hingga berada dalam dekapan Kian. Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti.Kian pun mendekatkan bibirnya dan mencium Laureta dengan lembut. Laureta pikir lututnya akan goyah hingga ia tidak sanggup untuk berpijak di bumi. Namun, Kian menopangnya, mendekapnya dengan erat.Laureta pun membalas ciuman itu. Ia yakin sekali jika dalam hidupnya, ia hanya mencintai satu pria, yaitu Kian seorang. Susah payah ia menutupi perasaannya, tapi ia tak akan sanggup. Kian benar-benar telah mencuri hatinya.Usai ciuman yang memabukkan itu, Kian pun melepaskan diri. Napas mereka sama-sama saling memburu. Kian mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya, lalu berlutut di hadapan Laureta.“Laureta Widya, maukah kamu menikah denganku? Lagi?”Laureta terkesima menatap cincin berlian di dalam kotak mungil berwarna merah. Ia pun mengangguk dan berkata, “Ya, aku

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   258. Bertaruh

    Laureta tersenyum membaca pesan singkat dari Ivan. “Pacar?” gumamnya.“Ada apa?” tanya Kian.“Uhm, tidak ada apa-apa.”“Ayolah! Aku ingin tahu. Kamu tadi bilang pacar. Pacar siapa?”Kian merebut ponselnya dari tangannya. Ia malu sekali saat Kian membaca pesan itu dari Ivan. Kian pun tertawa lepas.“Astaga! Jadi, apakah aku harus memanggil Ivan kakak mulai sekarang? Dia itu kakakmu kan?”Laureta terkekeh. “Mungkin begitu. Dia pernah menyuruhku untuk memanggilnya kakak, tapi aku tidak mau.”“Kenapa? Sepertinya usianya lebih tua darimu.” Kian menautkan alisnya, tapi Laureta menggelengkan kepala. “Kamu saja selalu memanggilku nama padahal usia kita terpaut delapan belas tahun. Atau mungkin sekarang aku punya panggilan baru?”“Apa itu?”“Papa?”Laureta terkejut. “Papa? Kamu kan bukan ayahku!&rdq

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   257. Acara Pesta

    “Kamu siap?” tanya Ivan sambil mengulurkan tangannya pada Laureta.Ia tersenyum dan kemudian menyerahkan tangannya pada Ivan. Ia baru saja turun dari mobil. Lalu mereka berjalan bergandengan, masuk ke dalam gedung mewah. Di dalam sana sedang ada acara pernikahan seorang anak pengusaha importir, rekan kerjanya Ivan.Sebenarnya, Laureta tidak perlu datang ke sini karena ia sama sekali tidak mengenal siapa pun di sini. Namun, Ivan bersikeras mengajaknya karena menurutnya Laureta pasti akan senang mencicipi berbagai macam makanan yang unik-unik di sana.Laureta pun terpaksa ikut. Ia melangkahkan kakinya dengan penuh percaya diri. Ivan membelikannya gaun yang ia pakai sekarang. Gaun itu berwarna biru tua dengan belahan rok yang tinggi hingga menampilkan kakinya yang tampak jenjang berbalut sepatu hak tinggi bertali hingga ke betisnya.Banyak sekali tamu yang datang ke acara pernikahan itu. Semua wanitanya mengenakan gaun yang sangat cantik dan para

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   256. Meleleh

    Laureta menatap kedua tangannya yang gemetar. Ia pikir ia sudah gila karena menyerahkan amplop berisi cek satu setengah milyar. Laureta menepi di pinggir jalan, lalu menangis sejadi-jadinya. Ia tak kuasa lagi menahan semua emosi yang ada di dalam dadanya.Demi Tuhan, ia baru saja bertemu dengan Kian Aleandro, pria yang pernah menjadi suaminya. Meski pertemuannya hanya berlangsung selama beberapa menit, tapi efeknya luar biasa. Sekujur tubuhnya gemetar dan ia kesusahan untuk menginjak gas di kakinya.Dengan susah payah, Laureta menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. Lalu ia pun kembali menangis sambil menutup muka dengan kedua tangannya.Kian begitu tampan mempesona. Tatapan matanya begitu tajam seperti biasanya dan seakan Laureta bisa tenggelam di dalamnya. Lalu pria itu memeluknya begitu saja.Hati Laureta dilingkupi oleh kehangatan yang tak pernah ia rasakan selama lebih dari satu tahun ini. Perasaannya jungkir balik seolah kakinya ber

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   255. Pertemuan Pertama

    Kian mendongak dan semua seolah terjadi dalam adegan lambat. Ia melihat Laureta masuk ke dalam ruangan dalam balutan kaus hitam ketat dengan potongan leher berbentuk kotak. Bagian lengannya berbahan tile halus hingga kulitnya jadi terlihat samar-samar. Bagian bawahnya ia mengenakan celana cargo dengan banyak kantung yang membuatnya tampak sangat keren.Kian terkesima melihat wanita yang pernah menjadi istrinya itu muncul lagi dalam hidupnya. Laureta tidak pernah terlihat secantik dan seanggun itu dalam hidupnya. Laureta terlihat tomboy, tapi juga elegan dalam waktu bersamaan.“Maaf aku terlambat,” ucapnya dengan suara yang terdengar amat merdu di kuping Kian.Tergerak untuk langsung melompat dari kursi dan memeluk wanita itu, Kian pun menahan dirinya.“Kamu memotong rambutmu,” ucap Kian yang masih melongo.Kalimat pertama yang ia ucapkan malah terdengar konyol dan tidak penting sama sekali. Ia jadi terlihat sangat bodoh di h

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   254. Usaha Kian

    Betapa sedihnya Kian karena ia harus menerima kenyataan jika Laureta memang tidak mau bertemu lagi dengannya.“Ya. Kamu sudah membuatnya merasa terbuang dari rumahmu itu. Semua orang membencinya karena kalian menyebutnya anak perampok. Dia tidak mau menghalangimu untuk menikah dengan wanita yang kamu cintai. Ha! Kamu pun menikah dengan Helga, tapi kamu menyia-nyiakannya hingga dia harus mengembuskan napas terakhirnya.”“Aku tidak mencintai Helga. Aku menikah dengannya karena ayahku yang memaksa. Dan satu hal lagi, aku tidak pernah menyebut Laura dengan sebutan anak perampok. Akulah yang memintanya untuk menikah denganku meski aku tahu ayahnya seperti apa.”“Kamu terpaksa menikahi Laureta karena kamu ingin dia membayar utang ayahnya!” hardik Ivan. “Kamu pikir uang satu setengah milyar cukup untuk membayar seorang wanita untuk memuaskan nafsumu dan melahirkan seorang anak?”Kian pun terdiam. Ivan benar-benar t

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   253. Mencari Laureta

    Semalaman itu Kian benar-benar tidak bisa tidur. Ia mengingat tatapan Laureta saat melihatnya. Wanita itu jelas-jelas terkejut melihatnya. Lalu seperti ada sorot ketakutan yang membuatnya langsung memutuskan untuk kabur dari Kian.Lalu anak bayi itu. Anak siapakah itu? Bagaimana mungkin Ivan menikah dengan Laureta dan melahirkan anaknya? Kian pikir, Ivan masih mencintai Helga. Jika dilihat dari usia bayi itu dan waktu untuk mengandung selama sembilan bulan, Ivan mungkin sudah lama menikah dengan Laureta.Mana mungkin? Batin Kian menolak semua pemikiran itu.Entah sudah berapa kali Kian menghubungi Ivan hingga ponselnya pun tidak aktif lagi. Ivan benar-benar menghindarinya.Ia melihat jam di dinding dan memutuskan untuk bangun. Ia menyiapkan diri dan segera turun untuk sarapan. Marisa sudah ada di ruang makan lebih dulu.“Pagi, Kian,” sapa Marisa.“Pagi,” jawab Kian singkat yang langsung menuangkan kopi ke dalam cangki

  • Istri Tebusan Paman Mantanku   252. Terlambat

    Desti tampak bingung mendengar pernyataan Kian.“Tante Laureta? Kenapa? Bukankah kalian sudah berpisah lama?”Kian mendesah. “Aku selalu mencintai Laura, lebih dari apa pun. Aku menikah dengan Helga karena terpaksa, hanya untuk memenuhi keinginan kakekmu.”“Kenapa Om mau menurut?”“Ya, banyak hal yang membuatku harus menurut pada keinginan kakek.”Desti mengangguk dengan bibir yang tertekuk ke bawah. “Om pasti sedih sekali ya ditinggal wanita yang Om cintai.”“Kenapa kita tidak membahas tentangmu? Siapa itu Erik? Teman atau teman?”Desti tersenyum. “Teman, Om. Benar! Aku dan dia belum jadian.”“Baguslah! Tidak usah berpacaran dengan laki-laki yang meninggalkanmu di mall yang besar seperti ini! Nanti kamu menyesal. Cari lagi pria lain yang sepadan denganmu.”“Aku sebenarnya suka pria yang lebih tua dariku, seperti Om Kian

DMCA.com Protection Status