"Jam berapa sekarang?" tanya Algazka pada Daskar yang berdiri tidak jauh darinya.
"Jam tujuh lewat tiga puluh, Tuan Algazka." sahut Daskar yang melihat jam tangannya. Sejak tadi Daskar turun menghampiri Algazka, dia melihat wajah Algazka yang tampak cemas."Baru tiga puluh menit artinya." Algazka bergumam dalam duduknya.Sejak dia membiarkan Allesa berbicara dengan Zie, hati Algazka tidak tenang. Entah apa yang mereka bicarakan sampai tiga puluh menit menjadi waktu yang paling lama dirasakan Algazka."Daskar." Algazka memanggil Daskar agar mendekat.Dan sementara itu, waktu 30 menit masih menjadi waktu yang belum membuat Zie puas untuk menghardik, menghina, dan mencaci maki Allesa. Kata-kata yang lama-lama membuat hati Allesa merasa sangat sakit.Apalagi sekarang Zie melihat diri Allesa yang seperti kotoran hewan, bahkan jauh dari itu."Lo boleh ngerasa hebat dan bangga, tapi akan ada waktunya Algazka ninggalin lo lebihDua tamparan berhasil dilayangkan oleh Allesa yang menurut dia pantas diterima oleh Zie. Sudah sejak tadi dia menahan diri dan berusaha menerima semua perkataan Zie yang akhirnya tidak dapat Allesa bendung lagi.Sebenarnya Allesa masih dapat sabar, tapi saat Zie yang mulai masuk menghina keluarganya apalagi Almana yang masih bayi, Allesa tentu saja tidak terima. Jangan kan Zie, bahkan dia bisa melawan Algazka jika sampai lelaki itu membawa-bawa Almana yang tidak memiliki dosa.Sungguh Allesa tidak suka dengan apa yang Zie katakan dan sudah keterlaluan melebihi batasnya."Jangan sampai kamu kelewatan lagi buat ngomong yang diluar batas. Aku bisa nampar kamu lagi." Allesa mengancam Zie yang benar-benar muak melihatnya."Lo ngancem gue?" tanya Zie dengan wajah menantang.Allesa menggeleng kepalanya. "Aku bukan ngancem, tapi aku memberi kamu peringatan. Jangan semena-mena sama aku hanya karena kamu liat aku diam aja."Zie mencoba men
"Coba bilang sekali lagiii!" Zie menatap penuh Allesa dengan rasa marahnya. Nafas dia memburu mendengar apa yang telah Allesa ucapkan dengan nada jelas meski wajahnya santai dan tenang."Aku bilang kalo kamu memang nggak layak untuk dinikahi sama Algazka." Allesa mengulangi dengan mimik polosnya."Memang pantas lo disini jadi pelayan karena sifat lo yang bener-bener nggak tau diri."Allesa menghela nafasnya. Berhadapan dengan Zie memang butuh hati yang tenang."Lo dan adik perempuan lo itu gue sumpahin akan hidup menderita!" tatap Zie kesal.Allesa menatap Zie yang lagi-lagi membawa Almana."Kamu tau nggak kenapa Algazka meninggalkan kamu?" tanya Allesa kemudian."Itu karena cewek kurang ajar kayak lo!"Allesa tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Bukan.""Terus lo mau bilang apa? Mau ngerasa besar kepala lagi karena Algazka yang ada di pihak lo? Ngerasa lebih lo dari gue, hah?""Aku nggak ng
Setelah kejadian bersama Zie ternyata hari-hari Allesa semakin baik. Gadis polos itu sama sekali tidak sedih meski Zie akhirnya membawa Queen. Rasa sedih yang dia alami hanya di awal saja karena Allesa paham atas apa yang menjadi hak Zie tanpa mau memperpanjangnya. Dia juga yakin kalau Queen mendapatkan perawatan yang baik dari mantan kekasih Algazka.Hampir sebulan sudah berlalu. Suasana hati Allesa yang selalu ceria apalagi Algazka yang bersikap hangat pada dirinya. Tidak sekali pun Algazka kembali memperlakukan dirinya tanpa perasaan. Keberadaan Algazka yang semakin lama membuat Allesa merasa nyaman ketika ada di dekatnya."Hai, Princess." Allesa menyapa Princess dengan senyumannya.Kuda berwarna putih pemberian Algazka yang dibelikan untuk Allesa. Yah, lelaki tampan itu langsung membawakan kuda yang hampir sama dengan Queen esok harinya. Bahkan Algazka membawa sekitar 10 kuda yang bisa Allesa pilih. Kaget juga waktu Algazka membawa kuda seban
Lagian foto apa sih? Allesa yang semakin curiga dengan tingkah Daskar berjalan menjauh dan buru-buru langsung ingin melihatnya secara jelas."DASKARRR!" Allesa berteriak karena Daskar yang sudah berhasil merebutnya secepat kilat.Gerakan Daskar yang begitu cepat membuktikan bahwa dia memang sangat terlatih sekali dalam bertindak. Padahal tadi Allesa sudah membawa tangannya hampir ke hadapan wajah dia. Tapi saat Allesa ingin melihatnya, tangan Daskar yang seperti tornado itu sudah berhasil merampas dari tangan Allesa."BALIKINNN!" teriak Allesa lagi.Tapi Daskar yang sudah merebut selembar foto dari tangan Allesa hanya tersenyum puas. Dia malah memasukkan fotonya ke dalam saku celana kembali tanpa mempedulikan kekesalan Allesa.Gadis polos itu berjalan ke arah Daskar dengan langkah paskibranya."Mana?" Allesa menengadahkan tangannya pada Daskar."Apanya yang mana?""Balikin!""Balikin apa, Non Allesa?"
"Maafkan Papa, Nak ..."Permohonan maaf dengan nada yang terucap dengan gemetar dilayangkannya dalam hati.Ribuan rasa bersalah akibat keputusannya sesaat lagi. "Tolong jangan sakiti dan habisi keluarga saya. Istri saya sedang sakit dan sebagai gantinya kamu boleh mengambil Allesandra untuk kamu jadikan sebagai istri. Putri saya sangat cantik seperti ibunya. Kamu pasti tertarik dengannya daripada meletakkan darah pada seluruh keluarga saya," ucap pria tua itu menahan pedih.Seandainya dia bisa memutar waktu, dirinya tidak akan mau membuat tempat bisnis yang menjadi lokasi kejadian adik lelaki kesayangan dari seorang Algazka Zinadine Geus.Meskipun masih muda, pemilik kelompok Falcone yang sering melakukan aksi pembunuhan itu benar-benar kejam dalam menuntut balas pada Keluarga Danaro!"Saya tidak membutuhkan seorang istri dan saya tidak peduli dengan kecantikan seorang perempuan manapun!" balasnya dingin."Tapi kamu bisa menjadikan dia sebagai istri yang melayani kamu setiap hari. Kam
"Saya nggak suka suasana pagi yang berisik! And I ever told you more than once!" Belum sempat Alesaandra menyapa dengan lengkap pria berstatus suaminya sejak beberapa hari lalu, ia sudah dibentak. Namun, perempuan yang memiliki model rambur layer cut itu tetap ceria dan menganggukkan kepala. Hal itu jelas membuat Algazka kesal. Dia berharap wanita di depannya ini menderita. Tapi, mengapa sulit sekali membuatnya tunduk? "Answer meee?!" Algazka menaikkan nadanya sedikit. Jantung siapapun berhenti sesaat, kecuali ...Alessandra yang masih tersenyum tenang. "Kamu udah berani membantah saya, Allesandra?!" tanya Algazka yang belum mendapatkan jawaban dari Allesandra. "Katanya jangan berisik? Idiottt!" SYUTTTTTT!!! "ALLESANDRAAA!" Teriakan suara Algazka yang memenuhi istana dengan tiga lantai tersebut. Suara mencekam mengarah pada Allesandra yang sudah ngacir keluar dari kamar Algazka di lantai dua. Semua yang ada di dalam istana rumah milik Algazka mendadak berhenti bernafas da
Pelayan yang bertugas mengurusi rumah dan juga keperluan Allesandra sehari-hari termasuk dirinya tampak panik, terlebih Algazka menengadahkan tangannya, "Where is the key, Reina?!"" Kamu ada kunci cadangan semua ruangan di rumah ini kan?" desaknya lagi.Reina melangkahkan kakinya dengan langkah ragu. Khawatir akan nasib Allesandra yang sesungguhnya dia pedulikan sejak perempuan cantik dan polos itu masuk ke rumah Algazka. "Tuan Algazka."Baru saja tangan Reina ingin merogoh ke saku seragam yang dia kenakan untuk mengambil kunci cadangan. Namun suara panggilan datang mengarah pada Algazka. Salah satu bodyguard kepercayaan Algazka yang sering menemani Algazka setiap dia pergi kemana pun melangkah. Lelaki bertubuh tegas dengan tampangnya yang dingin itu bernama Daskario. Mereka memang bagaikan saudara yang tidak serupa. Tapi sikap mereka sama-sama memiliki kekejaman yang mampu dilampiaskan tanpa belas kasih. Jadi wajar saja jika Algazka mengandalkan Daskario sebagai orang yang terperc
"Siapa yang berani menjemput malaikat maut?!" Algazka masih tidak terima dengan apa yang harus dilalui oleh Casper. Binatang peliharaan yang dia rawat dengan cara baik meski hatinya tidak pernah melampiaskan pada makhluk hidup seperti manusia.Dua mata tajamnya melirik kembali busur panah yang dia letakkan diatas meja kerjanya di kediaman Falcone."Memang semua karena perempuan brengsek itu! Seandainya aja dia nggak cari gara-gara di waktu pagi tadi!" Algazka kembali melayangkan pikirannya pada Allesandra.Umpatan yang sudah diucapkan oleh Allesandra dan tidak akan membuat Algazka melupakannya. Betapa beranianya dia mengumpat dengan kata ..."Idiot?! Beraninya dia bilang saya idiot???" Algazka meremas busur panah dan melemparkan kasar ke lantai.Coba saja tadi Allesandra tidak memakan waktu pagi dia dengan tingkahnya. Mungkin Algazka bisa lebih mempersiapkan diri untuk berangkat ke Falcone dan menyelamatkan Casper. Yang pasti Casper tidak akan terluka seperti sekarang. Algazka juga pa
Lagian foto apa sih? Allesa yang semakin curiga dengan tingkah Daskar berjalan menjauh dan buru-buru langsung ingin melihatnya secara jelas."DASKARRR!" Allesa berteriak karena Daskar yang sudah berhasil merebutnya secepat kilat.Gerakan Daskar yang begitu cepat membuktikan bahwa dia memang sangat terlatih sekali dalam bertindak. Padahal tadi Allesa sudah membawa tangannya hampir ke hadapan wajah dia. Tapi saat Allesa ingin melihatnya, tangan Daskar yang seperti tornado itu sudah berhasil merampas dari tangan Allesa."BALIKINNN!" teriak Allesa lagi.Tapi Daskar yang sudah merebut selembar foto dari tangan Allesa hanya tersenyum puas. Dia malah memasukkan fotonya ke dalam saku celana kembali tanpa mempedulikan kekesalan Allesa.Gadis polos itu berjalan ke arah Daskar dengan langkah paskibranya."Mana?" Allesa menengadahkan tangannya pada Daskar."Apanya yang mana?""Balikin!""Balikin apa, Non Allesa?"
Setelah kejadian bersama Zie ternyata hari-hari Allesa semakin baik. Gadis polos itu sama sekali tidak sedih meski Zie akhirnya membawa Queen. Rasa sedih yang dia alami hanya di awal saja karena Allesa paham atas apa yang menjadi hak Zie tanpa mau memperpanjangnya. Dia juga yakin kalau Queen mendapatkan perawatan yang baik dari mantan kekasih Algazka.Hampir sebulan sudah berlalu. Suasana hati Allesa yang selalu ceria apalagi Algazka yang bersikap hangat pada dirinya. Tidak sekali pun Algazka kembali memperlakukan dirinya tanpa perasaan. Keberadaan Algazka yang semakin lama membuat Allesa merasa nyaman ketika ada di dekatnya."Hai, Princess." Allesa menyapa Princess dengan senyumannya.Kuda berwarna putih pemberian Algazka yang dibelikan untuk Allesa. Yah, lelaki tampan itu langsung membawakan kuda yang hampir sama dengan Queen esok harinya. Bahkan Algazka membawa sekitar 10 kuda yang bisa Allesa pilih. Kaget juga waktu Algazka membawa kuda seban
"Coba bilang sekali lagiii!" Zie menatap penuh Allesa dengan rasa marahnya. Nafas dia memburu mendengar apa yang telah Allesa ucapkan dengan nada jelas meski wajahnya santai dan tenang."Aku bilang kalo kamu memang nggak layak untuk dinikahi sama Algazka." Allesa mengulangi dengan mimik polosnya."Memang pantas lo disini jadi pelayan karena sifat lo yang bener-bener nggak tau diri."Allesa menghela nafasnya. Berhadapan dengan Zie memang butuh hati yang tenang."Lo dan adik perempuan lo itu gue sumpahin akan hidup menderita!" tatap Zie kesal.Allesa menatap Zie yang lagi-lagi membawa Almana."Kamu tau nggak kenapa Algazka meninggalkan kamu?" tanya Allesa kemudian."Itu karena cewek kurang ajar kayak lo!"Allesa tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Bukan.""Terus lo mau bilang apa? Mau ngerasa besar kepala lagi karena Algazka yang ada di pihak lo? Ngerasa lebih lo dari gue, hah?""Aku nggak ng
Dua tamparan berhasil dilayangkan oleh Allesa yang menurut dia pantas diterima oleh Zie. Sudah sejak tadi dia menahan diri dan berusaha menerima semua perkataan Zie yang akhirnya tidak dapat Allesa bendung lagi.Sebenarnya Allesa masih dapat sabar, tapi saat Zie yang mulai masuk menghina keluarganya apalagi Almana yang masih bayi, Allesa tentu saja tidak terima. Jangan kan Zie, bahkan dia bisa melawan Algazka jika sampai lelaki itu membawa-bawa Almana yang tidak memiliki dosa.Sungguh Allesa tidak suka dengan apa yang Zie katakan dan sudah keterlaluan melebihi batasnya."Jangan sampai kamu kelewatan lagi buat ngomong yang diluar batas. Aku bisa nampar kamu lagi." Allesa mengancam Zie yang benar-benar muak melihatnya."Lo ngancem gue?" tanya Zie dengan wajah menantang.Allesa menggeleng kepalanya. "Aku bukan ngancem, tapi aku memberi kamu peringatan. Jangan semena-mena sama aku hanya karena kamu liat aku diam aja."Zie mencoba men
"Jam berapa sekarang?" tanya Algazka pada Daskar yang berdiri tidak jauh darinya."Jam tujuh lewat tiga puluh, Tuan Algazka." sahut Daskar yang melihat jam tangannya. Sejak tadi Daskar turun menghampiri Algazka, dia melihat wajah Algazka yang tampak cemas."Baru tiga puluh menit artinya." Algazka bergumam dalam duduknya.Sejak dia membiarkan Allesa berbicara dengan Zie, hati Algazka tidak tenang. Entah apa yang mereka bicarakan sampai tiga puluh menit menjadi waktu yang paling lama dirasakan Algazka."Daskar." Algazka memanggil Daskar agar mendekat.Dan sementara itu, waktu 30 menit masih menjadi waktu yang belum membuat Zie puas untuk menghardik, menghina, dan mencaci maki Allesa. Kata-kata yang lama-lama membuat hati Allesa merasa sangat sakit.Apalagi sekarang Zie melihat diri Allesa yang seperti kotoran hewan, bahkan jauh dari itu."Lo boleh ngerasa hebat dan bangga, tapi akan ada waktunya Algazka ninggalin lo lebih
Pernyataan Zie membuat hati Allesa sangat terkejut. Jadi Zie sudah mengetahui siapa diri dia yang sesungguhnya? Tapi Zie tahu dari mana? Apakah dari Algazka?"Kenapa? Lo kaget kalo gue tau siapa lo sebenernya?" tanya Zie tersenyum kecut.Tatapannya semakin menatap remeh Allesa yang sangat jauh dari dirinya."Lo itu terlalu besar kepala dan mengharap Algazka benar-benar punya perasaan sama lo, Nona Allesandra." Zie menatap meremehkan Allesa yang semakin terdiam dan mulai membendung air matanya.Zie semakin tidak terima setelah mengetahui siapa Allesa. Dirinya yang dikalahkan oleh Allesa yang tidak tahu diri."Algazka udah ninggalin gue dan dia sekarang mihak sama lo. Terus lo pikir dia bakal serius gitu dan bikin lo paling berharga di dalam hidupnya? Lo kalo mau mimpi boleh aja, tapi jangan terlalu ketinggian."Allesa masih diam dengan bendungan air matanya yang dia tahan. Rasa sesak mulai menghampiri mendengar apa yang Allesa uca
"Kalo kamu sampai ditampar, kamu harus tampar balik tiga kali dari yang kamu terima."Hanya itu yang bisa Algazka sampaikan pada Allesa yang memilih mau berbicara pada Zie. Gadis polosnya sudah pergi ke luar setelah meyakinkan dirinya kalau dia akan baik-baik saja.Algazka tidak bisa menahan Allesa karena dia yang benar-benar tampak ingin juga berbicara dengan Zie. Entah apa yang akan mereka bicarakan namun Algazka memilih menunggu meski dengan kerisauannya.Dan sementara itu Allesa mengikuti apa yang Zie mau untuk berbicara berdua di luar. Tepatnya di halaman belakang rumah Algazka dan tidak jauh dari kandang kuda Queen."Kamu mau ngomong apa, Zie?" tanya Allesa dengan nada tenang dan senyuman hangat setelah Zie berdiri menghadap dia dan siap berbicara.Tapi kehangatan Allesa tidak akan mudah diterima begitu saja oleh Zie. Apalagi saat mendengar Allesa menyebut namanya dngan tidak menggunakan kata 'nona' lagi. Hal itu semakin membuat hat
"Queen itu udah milik aku, Algazka. Kenapa aku nggak boleh bawa dia?" tanya Zie kesal.Zie tidak terima dengan jawaban Algazka yang tidak memuaskan dirinya."Aku bukannya melarang kamu, tapi aku meminta waktu." Algazka yang terdengar membuat perundingan pada Zie.Di hatinya dia pun malas dengan drama yang berhubungan dengan perempuan. Sama sekali tidak ada niat untuk membuat drama yang berlarut. Algazka hanya meminta waktu untuk bisa melihat kondisi hati Allesa yang dia pedulikan."Waktu untuk apa sih? Kamu nggak cukup mutusin dan pergi dari aku? Sekarang aku mau bawa Queen yang kamu kasih pun nggak kamu bolehin. Kenapa sih, Algazka? Kenapa kamu berubah total kayak giniii?" Zie semakin bertambah kesal.Perubahan yang dia yakini memang berhubungan dengan Allesa. Sudah pasti itu. Pelayan super brengsek yang sangat Zie benci seumur hidupnya."Apa kamu mau ngambil lagi sama barang-barang yang kamu kasih? Apa memang tipikal kamu kayak
Zie duduk manis menunggu kedatangan Algazka yang sangat tidak sabar dia temui. Tapi setidaknya sekarang dia sudah bisa tenang karena Algazka pasti akan menemui dia mengingat dirinya yang berhasil masuk dan sekarang tengah menanti kehadiran calon suami masa depannya.Rasa senang semakin dirasakan oleh Zie ketika tatapannya mendapatkan Algazka yang sudah muncul dan berjalan mendekati dia. Meski di satu sisi Zie tetap merasa resah setiap mengingat perilaku Algazka yang sampai menggendong Allesa si pelayan brengsek itu.Zie beranjak dari duduknya dengan wajah tersenyum. Algazka yang begitu gagah, tampan, dan sorot mata yang dingin tanpa pernah bisa menghilangkan ketampanannya."Hai, kamu apa kabar?" tanya Zie hangat."Ada apa?" Algazka yang malas berbasa-basi.Sikap Algazka yang seratus persen berubah memang membuat rasa sedih di dalam hati Zie semakin sesak. Hubungan yang sempat dia jalani dan tidak memiliki masalah apapun dan sekarang Algaz