“Kamu dan anak-anak kita ... aku tidak ingin kehilangan kalian.” Lalu mencium bibir Aria dengan intens tanpa melepaskannya.
Aria memejamkan matanya membiarkan Dario mencium bibirnya. Tangannya mengelus rambut pria lembut seolah menenangkannya.
Entah karena suasana yang mendukung, Aria merasa sepercik rasa kasihan di hatinya. Meski di luar terlihat baik-baik saja, Dario pasti sangat terpukul setelah kehilangan ibunya. dia tidak mendorong Dario dan membalas ciumannya.
Dario melumat bibir Aria panas dan menarik turun gaun tidurnya.
Aria bergidik merasakan sensasi dingin dari suhu AC menyapu dadanya terbuka.
Tangan Dario mengelus paha gadis itu sensual. Bibirnya turun mencumbu leher jenjangnya dan semakin turun ke area dada Aria yang terbuka.
“Enggh ....” Aria tidak bisa menahan erangannya keluar saat pria itu mencumbu puncak dadanya yang sensitif. Napasnya terengah, sensasi menggelitik menjalar di sekujur tubuhnya.
Dario menggunakan beberapa posisi dan berpindah dari sofa, meja kerja dan kamar mereka.Aria ambruk di atas kasur ketika perutnya terisi untuk ke sekian kalinya. Dia berbaring terlentang di atas kasur kamar mereka. Napasnya terengah-engah sama seperti pria atas tubuhnya menikmati sisa-sia pelepasan.Dario menahan beban berat tubuhnya agar tidak menimpa Aria. Setelah beberapa saat dia menarik keluar miliknya dari tubuh Aria dan berbaring di sebelahnya.Dia masih belum puas, namun menahan dirinya karena tidak ingin menyakiti Aria dan bayi di perutnya karena seks berlebihan.Dario menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka, lalu menarik tubuh Aria ke pelukan posesifnya dan menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam.Aria masih setengah sadar dan mengatur napasnya. Setelah beberapa saat pikirannya menjadi jernih. Pandangannya menjadi kosong, dia tidak tahu harus berkata seperti apa.“Apa yang kamu pikirkan? Tidur.” Dario berbisik me
Aria bangun agak terlambat.Dia mengerjap membuka matanya dan melirik di atas meja nakas yang menunjukkan pukul sembilan pagi.Dia bangun sambil merenggangkan tubuhnya. Dia terdiam sejenak mengumpulkan sisa kesadarannya dari buaian mimpi.Aria tanpa sadar melirik ke samping dan tidak menemukan keberadaan Dario.Aria mengingat percakapannya semalam dengan Dario. Perasaan agak aneh. Dia mengusap wajahnya sambil menghela napas muram.Tok, tok, tok.“Nona Aria, apa kamu sudah bangun?” Suara Bibi Molly terdengar dari luar pintu kamar.Aria buru-buru mengumpulkan selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Panik Bibi Molly masuk dan melihat kondisinya.“Ya, Bi!”“Nona cepatlah bangun dan sarapan.”Bibi Molly tidak masuk seperti yang dipikirkan Aria. Aria menghela napas.“Oke, aku akan segera turun,” seru Aria.Bibi Molly tidak berkata lagi dan meninggalkan kamar i
Aturan dalam meja makan tidak boleh berbicara saat makan.Setelah selesai makan dan membantu Bibi Molly membersihkan meja. Aria ragu-ragu sejenak sebelum bertanya pada Bibi Molly.“Bibi, apa Dario mengucapkan sesuatu sebelum pergi kerja?”Aria tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya tentang Dario. biasanya setiap pagi, dia akan selalu melihat Dario berangkat kerja. Karena bangun kesiangan, Aria tidak bisa melihat Dario berangkat kerja. Perasaannya agak mengganjal.Bibi Molly terdiam sejenak sebelum berkata.“Bibi lupa belum memberitahu Nona ....” Bibi Molly menatap Aria sebelum berkata, “Tadi pagi Tuan Muda berkata, dia mungkin tidak akan pulang dalam waktu dekat dan menginstruksi Bibi untuk merawat Nona dengan baik selama Tuan Muda tidak ada.”Alis Aria terangkat penasaran.“Apa Dario melakukan perjalanan bisnis?”Bibi Molly menggelengkan kepalanya. “Bibi tidak tahu karen
Jauh di lubuk hatinya, Aria ingin pergi ke Capital untuk mendengar kabarnya tapi dia selalu mengurungkan niatnya dan tidak berani ke Capital untuk menghadap Dario. Takut dia hanya akan kecewa, apalagi jika mendengar kabar pertunangan atau pernikahan Dario dengan Hanna diadakan tanpa sepengetahuannya. Dia juga takut melihat berita di TV.Namun Aria tidak bisa menahan kerinduannya untuk bertemu pria itu. Mungkin karena dia hamil anak pria itu, Aria sangat ingin bertemu dengan Dario.“Bibi, apa masih belum ada kabar dari Dario?” Aria mendongak menatap Bibi Molly yang tengah menyajikan camilan di meja.Bibi Molly menggelengkan kepalanya.Aria menghela napas kecewa. Dia sungguh sangat merindukan pria itu. Keinginannya untuk bertemu dengan Dario semakin membesar setelah pria itu dua minggu tidak memberi kabar.Aria terlihat berpikir sejenak sebelum berkata hati-hati, “Bibi, untuk pemeriksaan kandungan minggu ini, bisakah aku periksa ke
Pada akhirnya dia tidak bisa menahan keinginan hatinya dan bangkit dari tempat tidur.Aria mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih tebal dan mantel bulu serta syal. Dia mengambil tas dan memasukkan ponsel berserta dompet ke dalam tas.Aria turun dari lantai dua dan mencari Bibi Molly. Namun Bibi Molly sudah pergi ke pasar dan belum kembali.Aria menggigit bibir bawahnya sambil berpikir sejenaknya sebelum masuk ke dalam kamar Bibi Molly."Maafkan aku Bibi ....” Aria berkata dengan bersalah saat dia mengambil buku keuangan dari laci samping tempat tidur Bibi Molly. Ada beberapa lembar uang tunai dan kartu kredit di dalam buku itu.Aria tidak pernah diberi uang dan hanya diberikan barang-barang mahal oleh Dario. Di dengan terpaksa mengambil kartu kredit dan uang tunai dari buku keuangan Bibi Molly. Uang ini digunakan untuk memenuhi kebutuhannya dan vila.“Maaf Bibi, aku akan mengembalikan kartu kredit ini padamu nanti,&
“Ke rumah sakit saja, Pak.” Aria kemudian menyebutkan rumah sakit tempat Ramus di rawat. Hanya itu tempat yang bisa ditujunya. Dia tidak bisa menemui Hanna atau pergi ke kediaman Crowen.....“Apa kamu bilang Bibi?! Aria pergi dari vila?!’’ Di kantor CEO, Dario menggebrak meja kerjanya mendengar laporan Bibi Molly.“Maafkan saya Tuan Muda karena tidak mengawasi Nona Aria. Saya benar-benar ceroboh,” Bibi Molly berkata dengan menyesal.Dario mengatur napasnya yang agak panik. Dia pikir Aria melarikan diri dari vila. Apa Aria mendengar sesuatu dan memutuskan pergi?Dario agak panik. Dia sudah berusaha agar berita di ibu kota tidak terdengar oleh Aria.“Bibi, tolong jelaskan pelan-pelan apa yang terjadi?” kata Dario tergesa-gesa menahan amarah di dadanya.Bibi Molly agak takut mendengar suara Dario yang marab.“Awalnya tadi pagi Nona berkata sangat merindukanmu dan ingin p
“Aku ....” Aria tergagap. Entah mengapa merasa bersalah.“Maaf pergi tanpa izin. Aku datang karena merindukanmu,” setelah mengatakan itu dia membuang muka.“Jangan salah paham. Ini bukan keinginanku tapi anak-anakmu. Anak-anakmu yang merindukanmu,” ujarnya ketus.Kemarahan dan Dario mendadak hilang mendengar kata-kata Aria. Meski dia mengatakan itu karena anak-anaknya, dia tetap datang karena merindukannya.Dario menunduk dan melihatnya agak gemuk di balik mantel tebalnya. Dia menghela napas dan berkata lembut.“Jika kamu merindukan aku, kamu bisa meneleponku,” ujarnya lembut, sedikit tenang.“Bagaimana aku bisa meneleponmu jika kamu sendiri tidak meneleponku selama sebulan ini.”Dario terdiam dan menatap Aria lekat-lekat. Gadis itu menatap ke samping, tidak ingin melihatnya.Dario tertawa kecil dan mengulurkan tangannya pada Aria.“Maaf aku sibuk belakang
“Baiklah, aku akan menjenguk Ramus lain kali,” gumamnya pelan.Dario meliriknya sesaat. Entah apa yang dia pikirkan, tapi saat menatap Aria, ekspresi wajahnya tampak rumit. Dia dengan cepat mengalihkan pandangannya dan fokus menyetir....Begitu sampai di vila pribadi, Dario membawa Aria ke dalam rumah dan menghidupkan penghangat ruangan untuk menghangatkan tubuh mereka.Aria menatap ke sekeliling melihat interior ruangan sangat elegan dan maskulin. Tidak ada jejak seorang wanita tinggal di vila ini. Awalnya Aria takut, Dario sudah menikah dengan Hanna dan tinggal bersama di vila.Dia berpikir terlalu berlebihan.Tapi siapa tahu Dario memiliki banyak rumah. Dia dan Hanna tinggal di tempat lain.Aria berbalik menatap Dario yang sibuk menyalakan perapian sebelum bertanya ragu-ragu.“Dario ....” panggilnya dengan suara pelan.Dario mendongak dengan alis terangkat.“Ya?”Aria