“ Aku akan mendorongnya semakin naik ke atas. Semakin tinggi dan semakin tinggi, agar dia merasakan betapa menyakitkan jatuh ke bawah.”“Cukup awasi Melissa dan hubungan gelapnya dengan para pengusaha Tua.”Jenny sekali lagi menghela napas.“Baik Nona,” balasnya dengan ekspresi hormat.Aria melambaikan tangannya menyuruhnya kembali bekerja.Jenny membungkuk sebelum keluar dari kantor Aria.Aria terdiam sejenak menatap semua hasil jepretan foto-foto perselingkuhan tersembunyi Melissa dengan para pengusaha Tua.“Melissa, nikmati saat-saat bahagiamu untuk sementara,” bisiknya lembut namun sorot matanya sedingin es.Pada saat itu pintu ruang kantor Aria terbuka dan sosok Delin menyerbu masuk.“Ibu ....”Aria menoleh dan tersenyum melihat Delin mengenakan seragam sekolah ke kantornya dengan bersemangat. Dia melemparkan tasnya sembarangan di lantai dan berlari menghampiri Aria. Dixon mengikutinya di belakang dengan bete, diikuti bibi pengasuh yang memungut tas sekolah Delin.Delin melompat
Aria menggenggam kedua tangan si kembar dan membawa mereka dari satu toko ke toko lain, membelikan mereka pakaian baru.Bibi pengasuh mengikuti mereka di belakang dengan menentang beberapa kantong belanja di tangan.“Ibu lihat itu! Delin mau boneka itu!” Delin menarik-narik tangan Aria sambil menunjuk sebuah kotak besar berisi boneka barbie lengkap dengan mainan rumahan dengan tangannya yang menggenggam es krim ketika mereka melewati toko main.“Cukup Delin! Kamu terus yang belanja, bonekamu di rumah sudah cukup banyak. Aku bosan berputar-putar cuma kamu saja belanja!” gerutu Dixon tidak suka. Mereka sudah berkeliling mal dua jam. Dia capek dan Delin masih ingin di mal mencari mainan.“Ibu bahkan tidak membeli satu baju pun karena kamu!” Delin mengerucutkan bibirnya tidak senang dengan tegurannya. Dia menarik tangan Aria merajuk.“Ibu, Delin mau itu!” Dia merengek mengayunkan tangan Aria.“Ibu jangan dengar Delin terus. Boneka dan mainan rumahan punya di sangat banyak di kamar. Jika
“Kamu memang anak kecil,” balas Dixon mendengus.Delin menjulurkan lidahnya, kemudian menjilat ice cream-nya sebelum berpindah ke sisi lain.“Bibi tolong awasi Delin,” kata Aria agak cemas pada Bibi pengasuh.“Baik Nyonya,” balas Bibi pengasuh lalu mengikuti Delin dengan tangan masih menenteng kantong belanja.Aria memilah baju yang cocok untuknya.Tanpa rengekan menyebalkan Delin, Dixon merasa agak tenang untuk menemani ibunya memilih baju.Tak berapa lama kemudian terdengar suara tangisan anak perempuan di rak baju lain.Aria kaget, pun dengan Dixon mendengar itu adalah suara tangisan Delin.Menggenggam tangan Dixon, Aria menghampiri asal suara itu tergesa-gesa dan melihat putrinya menangis di lantai. Ice cream-nya jatuh mengotori lantai. Seorang wanita muda terlihat marah berdiri di depannya sambil berkacak pinggang.“Nona saya benar-benar minta maaf Delin sungguh tidak sengaja,” kata Bibi pengasuh membungkuk berkali-kali pada wanita yang marah.“Maaf, maaf, kamu pikir permintaan m
“Jadi dia anak pelacur sepertimu. Oh baik, aku ingin kamu berlutut meminta maaf padaku atau anakmu yang melakukannya karena sudah mengotori gaunku!” Dia menatap Aria dengan tatapan jahat.“Apa-apaan ini, wanita itu sangat keterlaluan. Itu hanya sebuah gaun dan anak itu tidak sengaja, mengapa membesarkan masalah sedemikian rupa.”Orang-orang berbisik di sekitarnya. Melissa tidak peduli dan menatap Aria benci.“Kamu perempuan jahat!” seru marah Dixon hendak menerjang ke arah Melissa. Namun Aria menggenggam tangannya menghentikannya.Dia menoleh menatap Bibi pengasuh yang sibuk menenangkan Delin yang menangis.“Bibi apa yang terjadi?”“Nona muda hanya berjalan dan menabrak wanita itu hingga mengotori gaunnya. Delin sudah minta maaf, tapi wanita itu mendorongnya dengan kasar sampai Nona muda menangis dan tidak menerima permintaan maaf kami,” kata pengasuh itu mengeluh menatap Melissa tidak senang.Dia tidak lagi takut karena ada Aria yang menyelesaikan masalah.Aria menarik napas dingin.
“Berapa banyak pria kaya yang kamu rayu? Oh tidak heran kamu kan menjual tubuhmu untuk mendapatkan uang. Dasar pelacur!” Orang-orang di sekitar terkesiap kaget menatap Aria dengan tatapan heran. Dibandingkan dengan Melissa yang berpenampilan glamor, Aria sejujurnya terlihat sederhana dan anggun dengan gaun biru polosnya. Tidak terlihat seperti seorang pelacur yang disebutkan oleh Melissa. Aria tidak memedulikan bisik-bisik di sekitarnya dan tertawa. “Apa yang kamu tertawakan?” desis Melissa mengernyit. Aria menyeringai dan menatapnya rendah. “Aku menertawakanmu karena membicarakan dirimu sendiri?” dia mengingat hasil laporan Jenny dan menatap Melissa seolah dia melihat makhluk paling kotor. Raut wajah Melissa berubah dari merah ke pucat. apa Aria mengetahu sesuatu tentang dia? Orang-orang di sekitar berbisik-bisik menatap Aria bingung dengan ucapan ambigunya membuat Melissa panik. Dia semakin terhina dan marah melihat tatapan jijik di mata Aria. Emily mengerutkan keningnya mena
Aria tidak berhenti dan merobek bagian lain dari gaun Melissa hingga tercabik-cabik.Semua orang dan Emily tercengang melihat tindakan tiba-tiba Aria. Beberapa pria di tempat itu terpaku pada dada terbuka Melissa dengan tatapan mesum di mata mereka.Suara teriakan melengking Melissa menyadarkan mereka.“Aria Crowen apa yang kamu lakukan!” Melissa dengan marah mengangkat tangannya hendak menampar Aria.Aria bergerak cepat menangkap lengannya dengan satunya dan menggunakan tangan lain untuk memukul wajahnya sekali lagi dengan keras.Plak!Suara tamparan keras bergema di ruangan itu.Melissa menggeram merasakan pipinya terasa perih dengan menyakitkan. Dia dengan cepat pulih dan berteriak sangat marah membalas tamparan Aria. Aria sekali lagi menahan tangannya dan menampar wajahnya tak kalah keras.“Aria Crowen beraninya kamu!” Melissa hampir gila. Tidak pernah dia dipermalukan sedemikian rupa oleh orang yang selalu ditindasnya di masa lalu. Gaunnya di robek di depan umum dan pandangan m
“Aria, apa salahku hingga kamu memperlakukan aku seperti ini! kita sudah menyelesaikan masalah kita dengan baik-baik! Jika kamu tidak terima ganti rugi 1 juta dolar, kamu seharusnya minta maaf! Bukan mempermalukan aku seperti ini!”Aria mengibaskan rambutnya dengan anggun dan menatapnya tanpa ekspresi.“Anakku sudah minta maaf, tapi kamu mendorong dan memarahinya dengan ganas. Buat apa lagi aku harus minta maaf pada orang sepertimu?” Dia menatap Melissa yang terduduk di lantai dengan dingin dan meludah dengan dendam.Ibu mana yang terima anaknya dimarahi dengan ganas dan dihina dengan sebutan ‘jalang kecil’? tamparan yang diterima Melissa belum cukup untuk meredam amarahnya.Orang-orang di sekitar juga mengangguk menyetujui ucapannya mengingat penghinaan Melissa pada gadis kecil itu dan semua kata-kata kotor yang dikatakannya untuk menghina ibu dan anak itu. Beberapa di antara mereka adalah wanita dan seorang ibu. Jika posisi mereka terbalik, mereka akan berbuat sama dengan Aria. Tida
Emily patah hati melihat putrinya dianiaya dan merangkak menuju putrinya dengan cepat.“Putriku yang malang ....” Melissa mendorong Emily dengan kasar dan mendongak menatap Aria sambil terisak menunjuknya dengan marah.“Aria, tunggu saja kamu! aku akan membalasmu!”Aria mengambil sapu tangan dari tasnya dengan acuh tak acuh.“Silakan saja, aku dengan senang hati meladenimu,” balasnya mengejek.Dia akan memberi mereka ‘hadiah’ yang luar biasa sebelum mereka membalasnya. Dia berbalik dengan acuh tak acuh melihat kekacauan yang dibuatnya.Para staf toko dan pelanggan menatapnya agak takut. Untunglah Aria sudah menginstruksikan Bibi pengasuh untuk membawa si kembar keluar hingga mereka tidak akan menyaksikan keganasannya. Aria mendekati salah satu staf toko dengan tenang sambil mengeluarkan kartu kredit hitamnya.Staf menerima kartu itu dengan ekspresi heran. Betapa terkejutnya dia melihat kartu kredit itu adalah kartu hitam tanpa limit. Dia menatap Aria dengan mulut menganga. Hanya bebe