Beranda / Romansa / Istri Tawanan CEO Arogan / 83. Gara-gara Obat Perangsang

Share

83. Gara-gara Obat Perangsang

Penulis: Merspenstory
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-01 15:23:51

Seolah ada sesuatu yang baru saja membisiki telinganya, Dante berhenti menciumi Samantha dan menatap gadis itu dengan seksama.

Ada yang salah. Samantha tampak tidak sepenuhnya sadar. Gadis itu seperti berada dalam pengaruh sesuatu hingga membuatnya seperti sekarang.

"Ayolah, Dante. Bercinta denganku," desak gadis itu dengan tatapan yang semakin liar.

Dante segera menjauhkan tubuhnya dari Samantha. Lalu merengkuh gadis itu dan menggendongnya ke kamar mandi. Dante mendudukkan Samantha di dalam bathtub, kemudian mengguyur gadis itu dengan air dingin.

Samantha berteriak saat rasa dingin menyergap seluruh tubuhnya. Gadis itu sampai memohon pada Dante agar segera berhenti mengguyurnya dengan air.

"Berhenti! Aku kedinginan!"

Dante tidak menggubris teriakan Samantha dan terus mengguyur gadis itu dengan air hingga sekujur tubuhnya menggigil karena kedinginan.

"Siapa yang melakukan hal gila ini padamu, huh!" bentaknya.

Samantha memandangi Dante dengan bibir bergetar. Matanya jelas menunjukka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Tawanan CEO Arogan   84. Ingatan Tentang Semalam

    Pagi harinya, Samantha terbangun dan mendapati dirinya berada dalam pelukan Dante. Hal pertama yang Samantha lakukan adalah mengintip tubuhnya dibalik selimut untuk memastikan bahwa dirinya masih mengenakan pakaian. Dan gadis itu langsung mengembuskan napas lega karena setidaknya ia masih mengenakan pakaian dalam.Samantha mendongakkan sedikit kepalanya untuk memandangi Dante yang masih terlelap. Pria itu sangat tampan. Well, Samantha tahu dan tidak ragu mengakui hal itu.Dengan sangat hati-hati, Samantha menjauhkan tubuhnya dari Dante. Namun sebelum ia berhasil menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang, Dante mendadak membuka mata dan menoleh ke arahnya."Berpikir untuk kabur, huh?" kata pria itu, lalu dengan cepat meraih tangan Samantha dan menarik gadis itu kembali ke pelukannya.Samantha diam mematung saat Dante mengeratkan pelukan. Meski merasa aneh sebab permukaan kulitnya bersentuhan langsung dengan kulit Dante yang bertelanjang dada, namun Samantha tampak menikmati. Pada det

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-01
  • Istri Tawanan CEO Arogan   85. Cemburu

    Saat ini Samantha dan Dante duduk di sebuah kedai kopi yang terletak di seberang hotel tempat mereka bermalam. Dua menit yang lalu, Samantha mendapat kabar dari Jennifer bahwa pemotretan terpaksa ditunda. Bagaimana tidak? Hujan tiba-tiba mengguyur Seattle pagi ini. Samantha menatap ke luar jendela. "Kurasa hujannya akan bertahan lama," gumamnya pelan.Dante meraih cangkir kopinya lalu menyesap minuman itu dengan perlahan. "Yah, kurasa juga begitu," sahutnya sambil memegang cangkir porselen di tangan.Suara lonceng mengudara saat seseorang mendorong pintu kedai dan hal itu secara tak sadar menarik perhatian Samantha. Seorang pria yang Samantha kenal masuk ke dalam kedai dan pandangan mereka saling bertabrakan.Lionel. Pria itu menyapa Samantha dengan melemparkan senyuman hangat untuk gadis itu. Mata birunya berkilau seperti air laut yang terkena pantulan sinar matahari.Samantha hanya tersenyum tipis untuk membalas sapaan Lionel padanya. Di seberangnya, Dante duduk memperhatikan. Sama

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Istri Tawanan CEO Arogan   86. Insiden Saat Pemotretan

    Samantha melihat Jennifer sedang mengetuk pintu kamar hotelnya ketika ia baru saja keluar dari lift. "Jen!" seru gadis itu sedikit berteriak, salah satu tangannya melambai saat sang adik ipar menoleh ke arahnya.Samantha segera melangkah untuk menghampiri Jennifer. Wajah wanita berambut pirang itu tampak sedikit kusut. Seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya pagi ini."Ada apa kamu ke mari?" tanya Samantha sambil membuka pintu kamar hotel. "Masuklah, kita berbicara di dalam saja."Jennifer mengekori Samantha masuk ke dalam, kemudian mendudukkan diri di atas sofa."Apa kamu dan kakakku baik-baik saja? Kalian tidak bertengkar, 'kan?" tanya wanita berambut pirang itu dengan wajah khawatir.Samantha menggelengkan kepala. "Kami baik-baik saja dan tidak bertengkar. Ada apa?" Jennifer mengembuskan napas lega. "Tidak, aku hanya ingin memastikan bahwa kalian baik-baik saja. Sebenarnya tadi malam Dante memarahiku habis-habisan. Kupikir kalian berdua bertengkar. Semalaman aku tidak bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02
  • Istri Tawanan CEO Arogan   87. Merasa Diistimewakan

    Malam harinya, ketika Samantha sedang menangis karena luka di lengannya terasa begitu nyeri, sebuah ketukan pada pintu membuat gadis itu tertahan. Samantha menoleh ke arah pintu dan segera mengusap pipinya saat suara Dante samar-samar terdengar. Samantha menurunkan kedua kakinya dari atas kasur, lalu melangkah mendatangi pintu dan membukanya. “Dante,” gumam Samantha terdengar lirih. Dante mengamati wajah gadis itu sebelum berpindah menatap lengannya yang diperban. Pria itu langsung menghela napas. Dante sudah mendengar insiden tadi siang dari adiknya. “Mengapa kamu menangis? Apa kamu kesakitan?” tanya Dante setelah mengunci pintu. Dipandanginya sekali lagi wajah Samantha yang mengangguk dengan wajah murung. Sejak tadi Samantha merasa sangat gelisah sebab luka di lengannya terus berdenyut nyeri. Gadis itu tidak bisa tidur dan berakhir menangis. Dante mengulurkan tangannya dengan perlahan. Menangkup kedua pipi Samantha lalu mengusapnya dengan ibu jari. Pria itu tidak mengatakan ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Istri Tawanan CEO Arogan   88. Salah Sasaran

    Samantha tidak mempunyai pilihan selain mengikuti Dante kembali ke Portland. Karena kondisinya, Jennifer tidak mengizinkan gadis itu untuk kembali melakukan pemotretan. Pada akhirnya di sinilah Samantha berada, duduk di lobi salah satu anak perusahaan LUX Holding menunggu sang suami yang sedang melakukan rapat.Hampir satu jam Samantha menunggu dan gadis itu mulai merasa gelisah. Berdiri, berjalan, lalu kembali duduk. Samantha lakukan hal itu berulang-ulang demi mengusir rasa penat.Hingga pendengarannya tak sengaja menangkap suara ribut, Samantha menengok ke luar dan melihat seorang wanita berusia empat puluhan mengamuk ingin masuk. "Astaga, apa yang terjadi?" gumam Samantha pelan. Petugas keamanan dengan begitu tangkas mencegah wanita tersebut masuk ke dalam gedung perusahaan. Meski pada akhirnya wanita itu menggila dan menjambak rambut mereka. Para petugas keamanan mulai merasa kewalahan."Nyonya, Anda tidak boleh masuk ke sini tanpa adanya kepentingan yang jelas," kata salah sat

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-03
  • Istri Tawanan CEO Arogan   89. Frustasi

    Dante menekan ibu jari di dahinya sambil sesekali mendesah dengan kasar. Dante tak habis pikir. Lagi-lagi Samantha ditimpa masalah dan sekarang gadis itu harus kembali ke rumah sakit untuk mendapat perawatan. Padahal luka sebelumnya masih belum sembuh, tetapi Samantha sudah mendapatkan luka baru. Dan yang paling membuat Dante jengkel setengah mati adalah di mana Samantha dengan begitu mudah memaafkan kedua wanita yang menjadi pelaku penyerangan terhadapnya. Dante sudah menghubungi tim hukumnya untuk menuntut kedua wanita itu. Namun Samantha malah memohon padanya agar melepaskan dan memilih untuk berdamai. Tidakkah Samantha tahu bagaimana cara kerjanya? Setidaknya orang-orang seperti itu harus dihukum untuk memberi efek jera! Tapi, ah sudahlah, Dante kehabisan kata-katanya. “Bisakah kamu duduk, Dante? Kamu membuatku pusing melihatmu terus mondar-mandir seperti itu,” kata Jasper yang merasa tidak tahan lagi. Sudah dua puluh menit sejak Dante melakukan hal itu. Dante terus mondar-ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04
  • Istri Tawanan CEO Arogan   90. Ciuman Penuh Gairah

    Terdengar suara ketukan beberapa kali sebelum akhirnya pintu terbuka karena seseorang mendorongnya. Dante langsung melemparkan pandangan ke sana dan mendapati Jasper datang dengan sekotak kue di tangannya. Dante menghampiri Jasper yang duduk di sofa setelah pria itu meletakkan kotak kue ke atas meja. Jasper tampak kelelahan sebab harus berkeliling ke beberapa toko kue hingga akhirnya mendapatkan lemon cake. Kalau saja bukan Dante yang menyuruh, Jasper tidak akan mau membuang waktunya melakukan hal tersebut.“Apa kamu ingin makan kue ini sekarang?” tanya Dante sambil menatap Samantha. Gadis itu mengangguk antusias. Tentu saja ia ingin memakan kue itu sekarang! Samantha sudah cukup bersabar menunggu Jasper datang membawakan kue tersebut untuknya. Dante mengambil sepotong lemon cake dan meletakkannya ke atas piring kecil. Memberikannya pada Samantha yang tampak antusias mengulurkan tangannya untuk menerima piring berisi lemon cake tersebut. “Terima kasih!” seru gadis itu. Samantha me

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-04
  • Istri Tawanan CEO Arogan   91. Debaran Cinta?

    Dante segera menjauhkan wajahnya saat mendengar suara ketukan pada pintu. Siapa lagi yang datang kali ini? Sambil mendesah sedikit kasar, Dante melangkah mendekati pintu dan membukanya. Untuk sepersekian detik lamanya Dante hanya diam memperhatikan tiga orang yang berdiri di depannya itu. Suasana hatinya mendadak buruk. Dante tidak mengharapkan ketiga orang itu berada di sini sekarang. “Tuan Dante Adams, maaf mengganggu waktu Anda. Kami datang ke mari untuk meminta maaf sekali lagi dengan tulus pada Anda dan istri Anda.” Sean Daley mengumumkan.Dante menatap Sean Daley—si Manajer Umum—sekilas, lalu menatap kedua wanita yang sedari tadi hanya diam sambil menundukkan kepala. Detik berikutnya Dante kembali mendesah kasar karena amarahnya kembali memercik di dalam sana. Perutnya mendadak mual melihat kedua wanita yang sebelumnya menyerang Samantha berdiri di hadapannya. “Masuklah!” sahut Dante setelah berpikir beberapa saat. Dante segera membalik tubuhnya dan melangkah mendatangi Saman

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-05

Bab terbaru

  • Istri Tawanan CEO Arogan   151. Makan Malam Bersama

    Malam harinya, Dante dan Samantha datang ke kediaman keluarga Adams untuk memenuhi undangan makan malam Margareth. Meski sebenarnya Dante merasa tidak berminat—Dante masih curiga pada sikap ibunya yang berubah secara mendadak. Namun pria itu tidak bisa menolak keinginan Samantha yang tampak antusias ingin datang. "Ayolah, Honey. Jangan pasang wajah seperti itu. Tersenyumlah.” Samantha merengek ketika melihat ekspresi Dante yang terlihat kaku. Dante menghela napas pelan, kemudian berusaha menyunggingkan kedua sudut bibirnya ke atas. Meski jelas sekali Dante tampak terpaksa, tetapi Samantha tidak ingin berargumen. Setidaknya Dante masih bersedia datang dan saat ini pria itu sedang tersenyum. Orang pertama yang menyambut kedatangan mereka tentu saja Jennifer Adams. Wanita berambut pirang itu terlihat antusias dengan menghamburkan diri memeluk Samantha. “Rasanya sepi tidak ada kalian di rumah ini. Bagaimana kehidupan pernikahan di kediaman sendiri? Pasti sangat menyenangkan, bukan? Kal

  • Istri Tawanan CEO Arogan   150. Kejutan Pagi Hari

    Setelah sepakat untuk memulai kembali hubungan mereka, satu minggu kemudian Dante lantas mengajak Samantha untuk keluar dari kediaman keluarga Adams. Keduanya pindah ke griya tawang yang Dante beli beberapa bulan lalu. Tidak ada yang ingin Dante lakukan selain ingin terus bersama dan menghabiskan waktunya dengan istrinya yang cantik itu. Sebenarnya Dante ingin langsung mengajak Samantha pindah ke griya tawang setelah ia membelinya. Namun ada beberapa ketidakyakinan tersirat di dalam hatinya kala itu. Tetapi kali ini Dante sangat yakin untuk melakukannya dan ia bersumpah tidak akan melepaskan Samantha dari hidupnya. Saat ini Dante masih terlelap di atas tempat tidur mereka yang berukuran king size itu. Dan ketika sinar mentari yang memaksa masuk di celah jendela tak sengaja mengenai kelopak matanya, Dante menggeliat sebentar lalu membuka mata. Ditengoknya ke samping kiri dan ia tidak menemukan Samantha di sana. “Honey …,” seru Dante dengan suara parau. “Hey, di mana kamu?” Karena ti

  • Istri Tawanan CEO Arogan   149. Akhir Sebuah Cerita

    Dante memutuskan untuk mengantar Samantha pulang ke kediamannya alih-alih mengajak gadis itu ke kediaman keluarga Adams. Satu alasan yang Dante pikirkan adalah karena ingin Samantha menenangkan diri dan beristirahat dengan nyaman tanpa ada yang menganggu. Hingga saat ini gadis itu masih tampak syok dan begitu sedih karena insiden penculikan yang didalangi oleh sahabatnya sendiri.Samantha tak banyak berbicara. Dante juga tak banyak melontarkan pertanyaan pada gadis itu. Sekarang keduanya sedang berpelukan di atas ranjang dengan berbalutkan keheningan.“Aku tidak mengerti mengapa Jere melakukan hal semacam itu. Untuk apa dia menculikku?” Samantha keheranan. Keheningan yang semula membalut ruangan tersebut langsung pecah ketika pertanyaan tersebut terlontar dari mulut gadis itu.Dante meneguk saliva dengan sedikit payah. Sejujurnya Dante sudah mengetahui jika keluarga Sinclair telah jatuh bangkrut. Dan alasan Jeremiah menculik Samantha adalah karena pria itu memerlukan banyak uang.Dant

  • Istri Tawanan CEO Arogan   148. This Love

    Dante tiba di Panti Asuhan Mida empat jam setelah menerima informasi lokasi dari Jeremiah. Seperti yang pria itu inginkan, Dante datang seorang diri dengan membawa dua buah tas berukuran besar. Dante berjalan sambil mengamati area sekitar, kewaspadaan memenuhi diri pria itu.“Cih! Dasar berengsek. Dia pasti memilih tempat ini setelah menyurvei berkali-kali,” geram Dante.Lokasi yang dipilih Jeremiah sangat jauh dari keramaian. Dante bahkan harus menyetir selama berjam-jam agar tiba di tempat ini. Panti asuhan ini seperti bangunan terbengkalai yang sudah lama ditinggalkan, tidak akan ada yang datang menolong meski seseorang berteriak dengan lantang di tempat ini.Dante terus berjalan hingga akhirnya ia tiba di depan sebuah bangunan tempat Samantha disandera. Dengan kemarahan yang berkobar di dalam dirinya, Dante menendang pintu di depannya itu dan bergegas masuk ke dalam.“Samantha!” teriak pria itu ketika melihat wanita pujaannya tepat di depan mata.Tepat di depannya, Samantha duduk

  • Istri Tawanan CEO Arogan   147. Malapetaka

    Keesokan malamnya, Dante kembali mampir ke area kediaman Samantha seperti yang biasa ia lakukan. Namun ada yang aneh kali ini, kediaman gadis itu tampak gelap gulita. Dante sudah berada di sana selama sepuluh menit dan tak ada tanda-tanda keberadaan Samantha di sana. “Apa mungkin dia belum pulang?” gumam Dante curiga. Dante ingat Jennifer memberi tahunya bahwa hari ini Samantha pulang lebih awal. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Lalu, ke mana perginya gadis itu? Setelah bergulat dengan beberapa macam dugaan, Dante memutuskan untuk turun dari mobil dan memeriksa langsung gadis itu di kediamannya. Dante mengetuk pintu hingga beberapa kali sambil memanggil nama Samantha. Namun tidak ada jawaban sama sekali dari gadis itu. Dante semakin gelisah. Dengan cekatan salah satu tangannya meraih ponsel dan menghubungi seseorang dari daftar kontak. Tapi lagi-lagi Dante harus melontarkan sumpah serapah sebab panggilannya tidak berhasil tersambung. “Sial!” umpat Dante kesal. S

  • Istri Tawanan CEO Arogan   146. Aku Akan Membawanya Kembali

    Masa kini …. Setelah semua kekacauan yang terjadi, Dante memutuskan untuk mengembalikan rumah yang sempat ia rampas dari Samantha dulu dan memberikan hak milik pada gadis itu. Setiap hari sebelum dan setelah pulang bekerja Dante selalu menyempatkan diri untuk mampir. Tentu saja ia hanya bisa berdiri dari kejauhan dan mengawasi gadis itu sambil berharap keajaiban. Samantha masih tidak bersedia—atau bahkan sudah tidak sudi—untuk bertemu dengannya. Dante sadar tidak ada yang bisa ia lakukan untuk membela diri sekarang. Ia jelas salah dan sekarang ia harus menerima hukumannya. Memikirkan perjanjian mereka akan berakhir dalam beberapa bulan jelas menambah ketakutan di hati Dante. Sebelumnya ia dengan percaya diri dapat mempertahankan Samantha di sisinya. Namun keadaan menjadi terbalik dalam sehari, sekarang Dante tidak yakin ia akan berhasil melakukannya. “Samantha, maafkan aku,” gumam Dante pelan. Tatapan matanya sama sekali tak lepas dari jendela kamar Samantha yang lampunya masih men

  • Istri Tawanan CEO Arogan   145. Gadis Miskin yang Menyayangi Adiknya

    Beberapa hari setelah acara peragaan busana ....Dante membaca dengan serius laporan pemeriksaan latar belakang yang ia terima dari Jasper. Tidak ada satu baris kalimat pun yang lolos dari kedua mata Dante. Pria itu membaca semuanya tanpa terkecuali.“Jadi namanya Samantha Rayne,” ucap Dante seraya mengetuk-ngetuk meja dengan jari tangannya.“Nama yang indah. Tidak salah orang tuanya memberi nama Samantha, selaras dengan wajahnya yang juga indah.” Jasper menjawab dengan santai.Dante hanya tersenyum tipis saat mendengar jawaban Jasper. Kedua matanya masih sibuk memindai baris kata yang tertuang di dalam laporan hingga sebuah kalimat berhasil membuatnya tersenyum lega. Sebuah kalimat yang menyatakan jika Samantha Rayne adalah seorang gadis lajang.“Oke, kurasa mudah untukmu membuatnya terlibat denganku. Kamu bisa menjadikan adiknya sebagai umpan.” Dante menutup laporan latar belakang Samantha kemudian memasukkannya ke dalam laci meja kerjanya.“Aku sudah memikirkannya. Ini akan menjadi

  • Istri Tawanan CEO Arogan   144. Flashback

    Acara peragaan busana Jennifer Adams. Beberapa bulan yang lalu ….“Aku sudah menemukan calon pengantinku.” Kalimat itu meluncur dengan mudah dari mulut Dante.“Benarkah? Apa aku mengenalnya?” Jasper hampir tidak percaya saat mendengar kalimat itu dari Dante.“Tidak, kamu tidak mengenalnya. Bahkan aku pun tidak,” Dante menjawab tanpa menatap Jasper yang duduk menganga di sampingnya, “tapi kita akan segera mengenalnya,” lanjutnya kemudian menunjuk seorang gadis yang berdiri di depan mereka dengan dagunya.Jasper sontak mengarahkan matanya ke arah di mana dagu Dante menunjuk. Meski tidak terlalu yakin apakah gadis dengan balutan gaun pengantin itu adalah yang Dante maksud, Jasper hanya mengeluarkan satu kalimat. “Mengapa dia?” tanyanya.“Entahlah. Aku hanya merasa dia akan mudah dihadapi.” Bahkan Dante sendiri tidak terlalu yakin mengapa ia memilih gadis itu sebagai calon pengantinnya. Hanya saja instingnya mengatakan jika semuanya akan berjalan dengan mudah jika memilih gadis itu.Dante

  • Istri Tawanan CEO Arogan   143. Bajingan Sejati

    Dante tidak dapat mempertahankan Samantha meski ia telah memohon pada gadis itu berkali-kali. Sekarang Dante harus menerima kenyataan jika Samantha telah membencinya. Gadis itu tidak ingin melihatnya lagi.“Aku tahu ini adalah hukuman. Tapi rasanya sangat menyakitkan untuk menerima kenyataan bahwa Samantha telah membenciku. Dia tidak ingin melihatku lagi, Jasper.” Dante memijat pelipisnya kemudian mendesah kasar.Di seberangnya, Jasper yang sedari tadi hanya diam menyimak ikut mendesah. “Aku minta maaf karena situasinya menjadi kacau seperti ini, Dante,” kata pria itu terdengar menyesal. Seolah kekacauan ini terjadi karena ulahnya.Dante menggelengkan kepala. “Ini bukan salahmu. Jelas sekali bukan salahmu, kawan,” sahutnya dengan suara lemah.Tidak ada alasan bagi Dante untuk menyalahkan Jasper. Dante bukan seorang pemuda berusia enam belas tahun lagi. Usianya sebentar lagi akan menginjak angka tiga puluh tujuh, tentu saja Dante tidak akan bersikap kekanakan untuk menjadikan Jasper se

DMCA.com Protection Status