"Aku minta maaf karena tidak mengundangmu, Nyonya Kathleen. Tapi, pernikahan kami digelar secara pribadi," ucap Samantha sambil menundukkan sedikit kepala.Ya! Wanita yang tadi menyapanya adalah Nyonya Kathleen. Jika ada yang lupa siapa wanita itu, Nyonya Kathleen adalah tuan tanah yang sebelumnya mengusir Samantha dari rumah yang ia sewa. Samantha sungguh tidak menduga akan bertemu wanita itu di sini. Meski tidak menaruh dendam sama sekali, namun Samantha tidak pernah melupakan perlakuan apa yang pernah diterimanya dari Nyonya Kathleen."Suamimu tampan juga. Dan sepertinya dia bukan orang biasa. Suamimu pasti kaya, 'kan? Dasar gadis nakal! Ternyata kamu sangat pandai memilih pasangan," goda Nyonya Kathleen berbisik di telinga Samantha.Samantha menegang di kursinya mendengar ucapan Nyonya Kathleen. Bukankah kata-kata wanita itu sedikit lancang? Dulu hubungan mereka hanyalah sebatas penyewa dan tuan tanah, namun dari ucapan Nyonya Kathleen barusan seolah mereka sangatlah dekat."Ergh,
Samantha terperangah memandangi Dante setelah mendengar permintaan konyol pria itu."A-apa? Menciummu?" tanya Samantha melongo.Apa Dante sudah gila? Kenapa pria itu tiba-tiba meminta Samantha menciumnya?"Ayolah, kamu tidak ingin melakukannya?" tanya pria itu begitu santai. Seolah permintaannya pada Samantha adalah sesuatu yang biasa baginya.Salah satu alis Samantha terangkat ke atas. "Tentu tidak!" sahutnya tanpa ragu."Kalau begitu, bagaimana jika aku yang menciummu?"Samantha mengerjapkan mata beberapa kali. Gadis itu tampak berpikir hingga sepersekian detik lamanya. Bahkan tanpa sadar Samantha sudah menggigit bibir bawahnya dengan lembut. Samantha tidak dapat mengelak jika ciuman Dante terasa begitu memabukkan.'Oh, astaga! Apa yang baru saja aku pikirkan?' Samantha mengerang dalam hati kemudian membuyarkan pikiran konyolnya. Gadis itu tidak percaya, bisa-bisanya ia memikirkan hal tersebut."Tidak!" tolak gadis itu."Bagaimana jika aku memaksa?"Samantha meneguk saliva dengan s
Beberapa hari kemudian, Samantha memutuskan bersantai di tepi kolam renang kediaman keluarga Adams sambil memikirkan nasibnya dan nasib adiknya. Sekarang gadis itu resmi menjadi seorang pengangguran dengan jumlah tabungan yang sangat sedikit.Setelah dipecat oleh Emily beberapa waktu lalu, Samantha sudah berusaha mencari pekerjaan baru. Namun entah mengapa hal tersebut tidak semudah yang Samantha bayangkan.Tidak ada satupun yang mau mempekerjakan Samantha. Seolah ada seseorang yang sengaja menghalangi, tetapi Samantha tidak punya cukup bukti untuk membenarkan pemikirannya tersebut."Astaga, kenapa gerah sekali?" gumam gadis itu sambil mengibaskan telapak tangan di depan wajah.Samantha hendak beranjak, namun kedatangan Jennifer Adams membuat gadis itu tertahan."Kakak ipar. Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jennifer dengan balutan bikini.Samantha bergumam pelan, kemudian tersenyum menatap Jennifer. "Uhm, aku hanya sedang bersantai di sini. Apa kamu ingin berenang?""Aku merasa sa
Samantha tersenyum senang menatap lembar kontrak kerja yang baru saja ditandatanganinya. Sekarang ia tidak perlu khawatir lagi pada nasibnya dan Elnathan sebab ia sudah memiliki mata pencarian. Samantha memandangi Jennifer dengan mata berbinar. "Aku sungguh berterima kasih padamu, Jen! Terima kasih karena memberiku pekerjaan ini," serunya begitu senang.Samantha benar-benar bersyukur karena Jennifer mempekerjakan dirinya. Terlebih, Jennifer memberinya gaji dua kali lipat lebih banyak daripada saat ia bekerja dengan Emily. Samantha berpikir Jennifer mungkin malaikat penyelamat yang dikirim Tuhan untuknya."Tidak perlu sungkan. Aku juga senang karena bisa bekerja denganmu, kakak ipar," sahut Jennifer tersenyum simpul.Setelah peragaan Leocadia beberapa waktu lalu, Jennifer merasa sangat puas dengan kinerja Samantha. Jennifer juga melihat adanya peluang kesuksesan pada gadis itu. Ia yakin Samantha akan menjadi seorang model dengan karir yang cemerlang di masa depan."Aku merasa semua pak
Hari ini adalah hari pertama Samantha bekerja dan gadis itu bertekad untuk tidak datang terlambat. Samantha sudah bangun sejak pagi-pagi sekali. Namun ketika ia siap berangkat, Margareth tiba-tiba memberinya sebuah perintah.Samantha sudah menjelaskan pada ibu mertuanya itu bahwa ia ingin pergi bekerja. Tetapi Margareth dengan begitu egois memaksakan kehendaknya. Wanita paruh baya itu bersikeras mengatakan bahwa Jennifer akan memaklumi jika Samantha datang terlambat."Aku hanya memintamu mengambilkan beberapa buku di perpustakaan. Seharusnya hal itu tidak akan membuang waktumu jika kamu melakukannya sekarang!" desak Margareth."Baiklah, aku akan mengambilkannya untuk Ibu."Samantha pun bergegas menuju perpustakaan. Setibanya di sana, gadis itu langsung mencari buku yang dimaksud oleh Margareth."Ya Tuhan, di mana letaknya buku tersebut?" gumam Samantha kebingungan.Dengan waktu yang cukup sempit, Samantha jadi merasa sangat terdesak. Perpustakaan di rumah ini cukup luas dan ada banyak
Tepat pukul sembilan malam, para ART dibuat kebingungan saat mendapat perintah untuk berkumpul di ruang tengah. Masing-masing dari mereka sibuk menerka alasan mengapa harus berkumpul di ruangan tersebut. Meski kebingungan, tidak ada satu pun dari mereka yang berani bertanya.Di depan mereka, Dante berdiri dengan wajah serius sambil melipat kedua tangannya di dada. Pria itu sibuk memperhatikan satu per satu wajah ART yang berdiri di depannya. Hingga ia berhasil menemukan wajah yang dicari, Dante segera menghampiri orang tersebut."Mulai hari ini kamu dipecat!" ucap Dante pada salah satu ART yang berdiri sambil menundukkan kepala di depannya.ART yang diketahui bernama Rora itu pun sontak membulatkan mata. "Ta-tapi mengapa saya dipecat, Tuan Muda? Apa kesalahan saya?" tanyanya bingung.Rora sama sekali tidak merasa membuat kesalahan, tapi mengapa Dante tiba-tiba memecatnya? Dante berdecak dengan wajah sinis. "Kamu masih bertanya apa kesalahanmu?!" bentaknya tak sabar.Rora langsung mem
Keesokan harinya, Samantha membungkukkan badan setelah sebelumnya meminta maaf pada beberapa rekan kerjanya. Tadi malam Jennifer sudah menceritakan bahwa pemotretan harus ditunda karena Samantha tidak datang. Hal itu terjadi atas keputusan Jennifer sendiri karena ia ingin Samantha menjadi model utama untuk koleksi edisi terbatas.Beberapa rekan kerja tampak menyunggingkan senyum terpaksa, sedangkan beberapa lainnya tidak begitu peduli. Samantha adalah orang baru dan dia tidak datang pada hari pertama bekerja sehingga mengacaukan jadwal mereka. Memangnya siapa yang merasa senang akan hal itu? Samantha membetulkan posisinya. Ketika ia tak sengaja bertatapan dengan seorang pria yang memegang kamera, pria itu memberikan tatapan yang menusuk tajam untuknya. Samantha memberikan senyum ramah, namun pria itu malah mendatanginya kemudian membisikkan sesuatu yang tidak nyaman didengar."Siapa yang peduli kamu membungkuk dan meminta maaf? Kamu mengacaukan jadwal pemotretan, itu yang terpenting!"
Samantha mengembuskan napas lega ketika ia berhasil duduk di mobil Dante. Kalau saja Ashley tidak berlari keluar dari ruang ganti sambil ketakutan, Dante tidak akan mempunyai kesempatan untuk kabur dari sana."Bagaimana dengan rekan-rekanmu? " tanya Dante.Samantha menyandarkan kepala, lalu menoleh ke samping untuk menatap Dante. "Aku terpaksa membohongi mereka dengan mengatakan penguntit itu sudah kabur."Dante mengangkat salah satu alis. "Jadi, maksudmu aku adalah penguntit?""Bukan aku yang mengatakannya, tapi Ashley. Dia mengira kamu adalah penguntit yang selama ini menguntitnya." Samantha meluruskan.Situasi di dalam studio berubah menjadi sedikit kacau karena Ashley begitu ketakutan. Setelah melapor pada Jennifer tentang kejadian tersebut, pada akhirnya pemotretan pun ditunda untuk sementara. Karena jeda waktu cukup panjang, Samantha memutuskan untuk menemani Dante menghadiri jamuan makan siang. Sebenarnya Samantha merasa bersalah pada Ashley, tetapi situasi gadis itu juga sang