Keesokan harinya ….Samantha berdiri di depan sebuah bangunan yang cukup megah. Gadis itu meraih ponsel di dalam tas, lalu memeriksa alamat yang dikirim oleh Elnathan untuk memastikan jika ia sudah berada di tempat yang benar. Sejujurnya Samantha tidak hanya ragu, tetapi gadis itu juga merasa heran di waktu bersamaan.“Apakah ini tempat yang benar?” gumam Samantha ragu. Dipandanginya sekali lagi bangunan tersebut lalu membaca alamat yang tertulis di layar ponselnya untuk kembali memastikan. “Kurasa aku sudah berada di tempat yang benar. Tapi, tempat apa ini?”Samantha tidak tahu tempat macam apa persisnya bangunan di depannya itu. Saat Elnathan bersikeras ingin merayakan ulang tahun bersama, Samantha berpikir setidaknya mereka merayakannya di sebuah restoran atau bar kecil kesukaan adiknya itu. Samantha sama sekali tidak menduga jika mereka akan merayakan di tempat seperti ini.Setelah berpikir cukup lama, Samantha memutuskan untuk menekan tombol bel. Namun belum sempat gadis itu mela
Samantha tidak menaruh curiga sedikit pun ketika Elnathan menyuapinya lemon cake setelah ia selesai meniup lilin lalu memotong kue. Samantha justru merasa sangat bahagia. Meskipun awalnya ia sempat bingung sekaligus curiga, namun Samantha yakin hal tersebut hanyalah sebuah kecurigaan tak berdasar terhadap adiknya.Bagi Samantha, hari ini adalah ulang tahun terindah dalam beberapa tahun terakhir. Meski dirayakan begitu sederhana dan hanya dihadiri oleh Elnathan beserta salah satu temannya. Samantha akui ia tidak bisa mengelak bahwa hatinya begitu gembira.“Bagaimana kalau sekarang kita bersulang?” Elnathan mengulurkan segelas wine pada Samantha sambil tersenyum semringah.Mulanya Samantha berniat menolak, tetapi ia tidak bisa menjadi gadis yang merusak suasana. Pada akhirnya Samantha terpaksa menerima gelas wine tersebut dan bersulang dengan adiknya. Samantha menenggak wine itu hingga habis dan ia menjadi lebih rileks dari sebelumnya.Samantha tiba-tiba merasa kakinya tidak sedang meng
Ternyata keberuntungan masih berpihak pada Samantha. Di saat-saat genting seperti ini, Tuhan mengirimkan seseorang untuk menyelamatkannya. Meskipun seseorang itu tidak benar-benar datang dengan niat seperti itu, tetapi setidaknya Samantha terselamatkan dari pria bajingan bernama Carl yang hendak memerkosanya.Di tengah gejolak yang tidak terkendali, Samantha menatap seorang wanita berambut sebahu berdiri tepat di depannya. Wajah wanita itu tampak begitu marah, namun kemarahannya jelas ditujukan bukan untuk Samantha. "Gadis yang malang," ucap wanita berambut sebahu itu. Detik berikutnya ia melepaskan mantel di tubuhnya lalu menyelimuti tubuh Samantha dengan mantel tersebut.Samantha merasa sangat tidak karuan. Gairah di dalam dirinya terus meronta meminta untuk segera disalurkan. "Dante ...." Samantha masih saja terus menyebut nama pria itu.Wanita berambut sebahu mencondongkan tubuhnya ke arah Samantha. "Apa katamu?" tanyanya.Samantha menjawab dengan tidak jelas sehingga wanita ber
Cukup lama Samantha berdiri di depan pintu kamar sebelum akhirnya memberanikan diri masuk ke dalam. Hal pertama yang ia lihat ketika memasuki ruangan tersebut adalah punggung lebar Dante yang berdiri membelakanginya. Dan ketika pria itu berbalik untuk menatapnya, Samantha langsung merasa ingin kabur detik itu juga.Samantha tidak tahu apa yang Dante pikirkan di dalam kepalanya. Namun dilihat dari bagaimana ekspresinya yang begitu kaku, Samantha yakin beberapa saat lagi ia akan dimarahi oleh pria itu.Dante tidak berbicara sepatah kata pun. Yang dilakukan pria itu hanyalah menatap Samantha dengan ekspresi yang menakutkan. Samantha refleks melangkah mundur ketika pria itu mendatanginya.“Dante, aku minta maaf—” Ucapan Samantha terhenti saat Dante tiba-tiba memeluknya.Kedua mata Samantha membulat dalam keterkejutan. Ia tidak menduga Dante akan memeluknya seperti sekarang. Bukankah ini aneh?“Kemana saja kamu, huh? Kamu membuatku sangat khawatir,” bisik Dante parau.Samantha membeku di d
Makan malam kali ini sungguh penuh dengan kejutan. Tidak hanya memberikan bunga, Dante juga memberi Samantha sebuah cincin berlian bernilai fantastis. Pria itu bahkan mempekerjakan seorang pianis untuk memainkan lagu selamat ulang tahun hanya untuk Samantha.Gadis itu sampai tidak bisa berkata-kata. Samantha tidak menduga jika Dante akan seromantis ini untuk merayakan ulang tahunnya. Setelah mempersembahkan itu semua, Dante memberi Samantha sebuah ciuman yang begitu romantis.Samantha bersumpah tidak akan melupakan malam ini seumur hidupnya. Ini adalah kenangan paling indah yang Dante berikan untuknya. Siapa yang menyangka jika pria itu juga memiliki sisi yang seperti ini?“Sekali lagi aku ucapkan selamat ulang tahun untukmu,” bisik Dante saat lampu lalu lintas berwarna merah menyala. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang menuju kediaman keluarga Adams.Samantha tersenyum lebar dengan kedua mata berbinar karena bahagia. Tanpa rasa ragu Samantha pun mengecup pipi Dante sebagai
Clara Johnson tidak pernah menduga jika keputusannya bekerja sama dengan Elnathan Rayne akan membawanya pada kemenangan mutlak. Gadis itu tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya setelah mendengar informasi yang diberikan oleh Elnathan. Rasanya seperti mendapatkan hadiah seharga miliaran dollar dari ayahnya, Clara merasa senang sekali.“Kamu yakin informasi ini benar? Kamu tidak sedang bergurau, bukan?” Clara memastikan sekali lagi.Elnathan menghela napas kasar. Ia tidak senang dengan gadis yang tidak memercayainya. Namun karena Clara akan memberinya sejumlah uang dengan nominal besar, Elnathan akan membuat pengecualian.“Informasi yang kuberikan memang benar. Aku mendengarnya dari seseorang yang sangat dipercayai oleh kakakku. Jadi, kamu tidak perlu khawatir aku membohongimu dengan memberikan informasi palsu. Atau kamu bisa mengonfirmasinya langsung dengan orang yang bersangkutan.”Clara memandangi Elnathan dengan mata berbinar. “Baiklah! Aku percaya padamu! Untuk uang yang kuja
Samantha tidak mengerti mengapa sikap Dante mendadak berubah. Akhir-akhir ini pria itu seperti sengaja menjauhi dirinya. Dante juga banyak diam dan ketika Samantha bertanya tentang suatu hal, pria itu hanya menjawab seadanya. Meski pertanyaan ‘apakah pria itu masih marah?’ terus memenuhi isi pikirannya, namun Samantha justru memilih mengabaikan alih-alih bertanya langsung untuk meluruskan permasalahan tersebut. Saat ini Samantha sedang berdiri mematung di depan pintu masuk studio sambil mengamati mobil Dante yang melaju keluar dari halaman. Tidak ada pembicaraan khusus ketika mereka di perjalanan tadi. Dante hanya berbicara beberapa patah kata sebelum akhirnya mengecup lembut kening Samantha ketika mereka sudah tiba. “Hey, apa yang kamu lakukan di sini?” Samantha tersentak ketika suara Jennifer Adams mengudara bersamaan dengan tangan gadis itu mendarat di bahunya. “Astaga, kamu mengejutkanku,” gumamnya sambil mengusap dada. Jennifer memasang wajah heran. “Aku terus memanggilmu sej
Setelah mendengar perkataan Clara yang cukup membingungkan, akhirnya Samantha setuju untuk berbicara dengan gadis itu. Saat ini mereka sedang duduk di sebuah kafe yang tidak terlalu banyak pengunjung. Ketegangan di antara mereka jelas sekali terasa meski belum ada yang berbicara. “Kamu pikir mengapa Dante tiba-tiba menawarkan pernikahan kontrak padamu padahal kalian jelas adalah orang asing?” Clara membuka topik obrolan sambil menatap Samantha yang duduk di seberangnya dengan wajah congkak. Samantha lantas mengerutkan kening. “Bukankah sudah jelas alasan Dante melakukan hal tersebut karena dia sangat membenci perjodohan di antara kalian? Dia lebih memilih menikah kontrak dengan orang asing daripada harus menikahimu, Nona Johnson.” Clara hampir terbahak mendengar jawaban yang Samantha berikan. “Well, alasan yang itu juga tidak salah. Tapi, maksudku, mengapa dia tiba-tiba meminta orang asing untuk menikah kontrak? Kamu pikir Dante seceroboh itu, huh?” Samantha semakin dibuat bingung.