Cukup lama Samantha berdiri di depan pintu kamar sebelum akhirnya memberanikan diri masuk ke dalam. Hal pertama yang ia lihat ketika memasuki ruangan tersebut adalah punggung lebar Dante yang berdiri membelakanginya. Dan ketika pria itu berbalik untuk menatapnya, Samantha langsung merasa ingin kabur detik itu juga.Samantha tidak tahu apa yang Dante pikirkan di dalam kepalanya. Namun dilihat dari bagaimana ekspresinya yang begitu kaku, Samantha yakin beberapa saat lagi ia akan dimarahi oleh pria itu.Dante tidak berbicara sepatah kata pun. Yang dilakukan pria itu hanyalah menatap Samantha dengan ekspresi yang menakutkan. Samantha refleks melangkah mundur ketika pria itu mendatanginya.“Dante, aku minta maaf—” Ucapan Samantha terhenti saat Dante tiba-tiba memeluknya.Kedua mata Samantha membulat dalam keterkejutan. Ia tidak menduga Dante akan memeluknya seperti sekarang. Bukankah ini aneh?“Kemana saja kamu, huh? Kamu membuatku sangat khawatir,” bisik Dante parau.Samantha membeku di d
Makan malam kali ini sungguh penuh dengan kejutan. Tidak hanya memberikan bunga, Dante juga memberi Samantha sebuah cincin berlian bernilai fantastis. Pria itu bahkan mempekerjakan seorang pianis untuk memainkan lagu selamat ulang tahun hanya untuk Samantha.Gadis itu sampai tidak bisa berkata-kata. Samantha tidak menduga jika Dante akan seromantis ini untuk merayakan ulang tahunnya. Setelah mempersembahkan itu semua, Dante memberi Samantha sebuah ciuman yang begitu romantis.Samantha bersumpah tidak akan melupakan malam ini seumur hidupnya. Ini adalah kenangan paling indah yang Dante berikan untuknya. Siapa yang menyangka jika pria itu juga memiliki sisi yang seperti ini?“Sekali lagi aku ucapkan selamat ulang tahun untukmu,” bisik Dante saat lampu lalu lintas berwarna merah menyala. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang menuju kediaman keluarga Adams.Samantha tersenyum lebar dengan kedua mata berbinar karena bahagia. Tanpa rasa ragu Samantha pun mengecup pipi Dante sebagai
Clara Johnson tidak pernah menduga jika keputusannya bekerja sama dengan Elnathan Rayne akan membawanya pada kemenangan mutlak. Gadis itu tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya setelah mendengar informasi yang diberikan oleh Elnathan. Rasanya seperti mendapatkan hadiah seharga miliaran dollar dari ayahnya, Clara merasa senang sekali.“Kamu yakin informasi ini benar? Kamu tidak sedang bergurau, bukan?” Clara memastikan sekali lagi.Elnathan menghela napas kasar. Ia tidak senang dengan gadis yang tidak memercayainya. Namun karena Clara akan memberinya sejumlah uang dengan nominal besar, Elnathan akan membuat pengecualian.“Informasi yang kuberikan memang benar. Aku mendengarnya dari seseorang yang sangat dipercayai oleh kakakku. Jadi, kamu tidak perlu khawatir aku membohongimu dengan memberikan informasi palsu. Atau kamu bisa mengonfirmasinya langsung dengan orang yang bersangkutan.”Clara memandangi Elnathan dengan mata berbinar. “Baiklah! Aku percaya padamu! Untuk uang yang kuja
Samantha tidak mengerti mengapa sikap Dante mendadak berubah. Akhir-akhir ini pria itu seperti sengaja menjauhi dirinya. Dante juga banyak diam dan ketika Samantha bertanya tentang suatu hal, pria itu hanya menjawab seadanya. Meski pertanyaan ‘apakah pria itu masih marah?’ terus memenuhi isi pikirannya, namun Samantha justru memilih mengabaikan alih-alih bertanya langsung untuk meluruskan permasalahan tersebut. Saat ini Samantha sedang berdiri mematung di depan pintu masuk studio sambil mengamati mobil Dante yang melaju keluar dari halaman. Tidak ada pembicaraan khusus ketika mereka di perjalanan tadi. Dante hanya berbicara beberapa patah kata sebelum akhirnya mengecup lembut kening Samantha ketika mereka sudah tiba. “Hey, apa yang kamu lakukan di sini?” Samantha tersentak ketika suara Jennifer Adams mengudara bersamaan dengan tangan gadis itu mendarat di bahunya. “Astaga, kamu mengejutkanku,” gumamnya sambil mengusap dada. Jennifer memasang wajah heran. “Aku terus memanggilmu sej
Setelah mendengar perkataan Clara yang cukup membingungkan, akhirnya Samantha setuju untuk berbicara dengan gadis itu. Saat ini mereka sedang duduk di sebuah kafe yang tidak terlalu banyak pengunjung. Ketegangan di antara mereka jelas sekali terasa meski belum ada yang berbicara. “Kamu pikir mengapa Dante tiba-tiba menawarkan pernikahan kontrak padamu padahal kalian jelas adalah orang asing?” Clara membuka topik obrolan sambil menatap Samantha yang duduk di seberangnya dengan wajah congkak. Samantha lantas mengerutkan kening. “Bukankah sudah jelas alasan Dante melakukan hal tersebut karena dia sangat membenci perjodohan di antara kalian? Dia lebih memilih menikah kontrak dengan orang asing daripada harus menikahimu, Nona Johnson.” Clara hampir terbahak mendengar jawaban yang Samantha berikan. “Well, alasan yang itu juga tidak salah. Tapi, maksudku, mengapa dia tiba-tiba meminta orang asing untuk menikah kontrak? Kamu pikir Dante seceroboh itu, huh?” Samantha semakin dibuat bingung.
Samantha meremas kedua tangannya dengan cukup kuat. Menahan tubuhnya yang seketika menggigil melihat Dante yang tak kunjung memberikan jawaban. Hanya ada satu kemungkinan yang bisa gadis itu pikirkan sekarang—semua yang dikatakan Clara adalah kebenaran. “Ternyata benar. Kamu tidak bisa menjawabku karena semua hal itu benar, ‘kan?” Samantha meringis pelan. Samantha merasa sangat marah. Bukan pada Dante, tetapi pada dirinya sendiri. Mengapa suaranya melemah? Seharusnya ia meledak-ledak sekarang untuk menunjukkan betapa kecewanya ia pada pria di hadapannya itu. “Samantha, aku—” “Jangan mendekat!” Samantha mengulurkan kedua tangannya sambil berteriak. Seketika itu pula Dante langsung menahan langkahnya untuk mendekati gadis itu. “Tolong jangan mendekat,” ulang gadis itu dengan suara yang kembali melemah. Ada sejuta kekecewaan yang menguasainya sekarang. Dante menggelengkan kepalanya dengan cepat. Berusaha mendekati gadis itu dengan mata berkaca-kaca. Namun langkahnya kembali tertahan
Dante tidak dapat mempertahankan Samantha meski ia telah memohon pada gadis itu berkali-kali. Sekarang Dante harus menerima kenyataan jika Samantha telah membencinya. Gadis itu tidak ingin melihatnya lagi.“Aku tahu ini adalah hukuman. Tapi rasanya sangat menyakitkan untuk menerima kenyataan bahwa Samantha telah membenciku. Dia tidak ingin melihatku lagi, Jasper.” Dante memijat pelipisnya kemudian mendesah kasar.Di seberangnya, Jasper yang sedari tadi hanya diam menyimak ikut mendesah. “Aku minta maaf karena situasinya menjadi kacau seperti ini, Dante,” kata pria itu terdengar menyesal. Seolah kekacauan ini terjadi karena ulahnya.Dante menggelengkan kepala. “Ini bukan salahmu. Jelas sekali bukan salahmu, kawan,” sahutnya dengan suara lemah.Tidak ada alasan bagi Dante untuk menyalahkan Jasper. Dante bukan seorang pemuda berusia enam belas tahun lagi. Usianya sebentar lagi akan menginjak angka tiga puluh tujuh, tentu saja Dante tidak akan bersikap kekanakan untuk menjadikan Jasper se
Acara peragaan busana Jennifer Adams. Beberapa bulan yang lalu ….“Aku sudah menemukan calon pengantinku.” Kalimat itu meluncur dengan mudah dari mulut Dante.“Benarkah? Apa aku mengenalnya?” Jasper hampir tidak percaya saat mendengar kalimat itu dari Dante.“Tidak, kamu tidak mengenalnya. Bahkan aku pun tidak,” Dante menjawab tanpa menatap Jasper yang duduk menganga di sampingnya, “tapi kita akan segera mengenalnya,” lanjutnya kemudian menunjuk seorang gadis yang berdiri di depan mereka dengan dagunya.Jasper sontak mengarahkan matanya ke arah di mana dagu Dante menunjuk. Meski tidak terlalu yakin apakah gadis dengan balutan gaun pengantin itu adalah yang Dante maksud, Jasper hanya mengeluarkan satu kalimat. “Mengapa dia?” tanyanya.“Entahlah. Aku hanya merasa dia akan mudah dihadapi.” Bahkan Dante sendiri tidak terlalu yakin mengapa ia memilih gadis itu sebagai calon pengantinnya. Hanya saja instingnya mengatakan jika semuanya akan berjalan dengan mudah jika memilih gadis itu.Dante