Samantha terkekeh geli sesaat setelah mengetahui jika ‘bersenang-senang’ yang Dante maksud adalah minum sebotol anggur sambil menikmati udara malam.“Astaga, betapa konyolnya pikiranku sebelumnya," erangnya pelan.Samantha merasa jika dirinya sangat konyol karena berpikir begitu jauh sebelumnya. Bagaimana bisa ia berpikir bahwa Dante mungkin akan mengajaknya untuk berkeringat bersama di atas ranjang? Mengapa Samantha berpikir sejauh itu?“Memangnya kamu memikirkan apa sebelumnya?”Suara Dante menggema dari arah belakang dan sukses mengejutkan Samantha yang sempat teralihkan. Dengan cepat gadis itu berbalik untuk menatap Dante yang melangkah ke arahnya sambil membawa sebotol anggur di tangan.Samantha berusaha terlihat santai dan tidak gugup. Dante pasti akan menertawakan dirinya jika tahu apa yang telah ia pikirkan sebelumnya.“Uhm, bukan sesuatu yang serius,” sahut gadis itu lalu mengulurkan tangan menerima gelas anggur dari Dante.Dante memosisikan diri di samping Samantha, kemudian
Keesokan paginya ….Dante menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang dengan hati-hati setelah sebelumnya puas memandangi Samantha yang masih tertidur. Dante menjadi orang pertama yang terbangun dan suasana hatinya luar biasa bagus pagi ini.Dante tidak bisa berhenti tersenyum dan ingatan tentang bagaimana ia menghabiskan malam panas bersama Samantha terus terbayang di kepalanya. Ayolah. Ini bukan yang pertama kalinya bagi Dante, tetapi mengapa ia begitu senang karena hal tersebut?Setelah selesai membersihkan diri dan berpakaian, Dante keluar dari kamar menuju dapur. Saat kedua kakinya hampir berhasil memasuki area tersebut, Dante berpapasan dengan ibunya yang hendak keluar dari sana.“Pagi,” sapa Margareth sambil tersenyum ramah. Menyapa putranya yang tampak begitu tampan dengan rambut setengah basah.Dante memaksakan bibirnya untuk tersenyum. “Pagi, Mom,” sahutnya singkat.Margareth membalas senyuman putranya, kemudian hendak melanjutkan langkahnya yang sempat tertahan.“Uhm, bisaka
Dua hari kemudian Samantha akhirnya kembali bekerja setelah beberapa lama mengambil libur. Samantha bersyukur rekan-rekannya tidak mengajukan pertanyaan yang akan membuatnya merasa tidak nyaman. Terutama Lionel, pria itu bersikap biasa dan tidak membahas kejadian yang menimpa Samantha terakhir kali. Samantha merasa seolah hidup kembali setelah sebelumnya merasa cukup tersiksa karena beberapa masalah yang menimpanya. Entah mengapa setelah insiden penculikan, Samantha merasa jika sikap Dante menjadi lebih protektif padanya. Bahkan pria itu hampir mempekerjakan beberapa pengawal untuk menjaga Samantha dan beruntungnya Samantha bisa meyakinkan Dante bahwa hal tersebut tidak perlu dilakukan. Samantha tidak bisa membayangkan beberapa pria akan mengikutinya ke mana-mana. Dan bagian tersulitnya adalah bagaimana Samantha harus menjelaskan pada rekan-rekannya jika mereka bertanya? Sampai detik ini tidak ada yang tahu jika Samantha adalah istri seorang pewaris dari keluarga Adams. “Hey, kakak
Samantha tersentak kaget saat Dante langsung mencium bibirnya ketika ia baru saja masuk ke dalam kamar. “Astaga, Dante. Kamu mengejutkanku,” kata gadis itu dengan ekspresi terkejut.Dante tersenyum simpul. “Kamu terlambat sepuluh menit.”Samantha melepaskan mantel di tubuhnya. “Uhm, ada sesuatu yang harus aku kerjakan sebelum pulang dan aku lupa memberi tahumu,” sahut gadis itu berbohong.Fakta sebenarnya adalah Samantha baru sadar telah meninggalkan buket bunga pemberian dari Dante di ruang ganti setelah taksi yang ia tumpangi melaju cukup jauh dari studio. Karena itulah ia terlambat sepuluh menit sebab Samantha harus kembali ke studio untuk mengambil buket bunga tersebut.Dante mengangguk tanpa menaruh curiga sedikit pun. Alih-alih marah seperti yang biasa ia lakukan, Dante justru tersenyum begitu manis. Bahkan tatapan matanya saat menatap Samantha terasa begitu hangat dan membuat Samantha seketika merasa berdebar.“Cepat bersihkan dirimu dan berpakaianlah dengan cantik,” titah Dant
“Berdansalah denganku, Samantha,” ucap Dante sesaat setelah Samantha berhasil menghabiskan makanan penutup di piringnya. Samantha tersenyum manis sambil menganggukkan kepala dengan pelan. Lalu keduanya pun berdansa di bawah sinar rembulan dengan alunan musik yang tiba-tiba dimainkan. Kedua kaki mereka bergerak perlahan sambil menatap satu sama lain dengan cukup dalam. Samantha memejamkan mata ketika bibir Dante mendarat dengan perlahan di bibirnya. Kemudian gadis itu kembali tersenyum saat Dante mendaratkan dagu di bahunya sambil memeluknya begitu hangat. Samantha tahu ini konyol dan mustahil, tetapi ia ingin waktu berhenti sebentar agar bisa menikmati momen ini lebih lama lagi. “Terima kasih,” ucap Dante tiba-tiba. Samantha mengerutkan kening. “Terima kasih untuk apa?” tanyanya bingung. Samantha tidak merasa telah melakukan sesuatu. Jadi, mengapa pria itu berterima kasih? Dante mengeratkan pelukan. “Terima kasih karena telah memberiku malam yang indah,” ucap pria itu terdengar t
Dante tidak bisa menyembunyikan keterkejutan dan rasa paniknya setelah mendengar informasi jika Margareth Adams jatuh pingsan. Dante masuk ke dalam kamar lalu mengenakan kembali pakaian yang sempat ia lempar ke atas sofa. Pria itu tampak tergesa-gesa saat memasang kancing kemejanya. “Dante, apa yang terjadi? Mengapa kamu terlihat sangat panik?” tanya Samantha yang masih duduk di atas ranjang dengan selimut membalut di tubuhnya. Dante mendatangi Samantha dengan rasa panik yang masih tercetak di wajah. “Ibuku pingsan. Jadi aku ingin memeriksa keadaan di bawah sekarang.” Kedua mata Samantha membulat sempurna. “Apa? Kalau begitu, pergilah. Aku akan menyusulmu setelah berpakaian,” sahut gadis itu dengan wajah khawatir. Dante mengangguk dengan pelan sebelum akhirnya menghilang di balik pintu kamar. Samantha menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang. Gadis itu melangkah cepat menuju walk in closet untuk mengambil pakaian bersih dan hangat. Usai berganti pakaian, Samantha segera turun ke
Clara Johnson beruntung sebab Margareth Adams dapat mencapai kesepakatan bersama Dante dengan hasil yang sangat memuaskan. Gadis itu tidak perlu dipenjara ataupun diasingkan oleh ayahnya ke luar negeri. Gadis itu bahkan tidak perlu meminta maaf sebab orang tuanya yang sudah mewakilkan.Bagi Samantha hal tersebut memang tidak adil sama sekali. Clara Johnson tidak hanya sekedar mengusik hidupnya, tetapi juga menempatkan nyawanya dalam posisi berbahaya! Tapi ini adalah keputusan Dante dan hal tersebut ia lakukan demi kebaikan sang istri.Dante sudah memikirkan hal tersebut dengan sangat matang. Meskipun awalnya pria itu sempat merasa ragu, namun Margareth Adams dengan percaya diri menjamin bahwa Clara tidak akan pernah lagi mengusik Samantha, begitupun dengan dirinya. Margareth meyakinkan Dante bahwa setelah hal ini berakhir dengan perdamaian, Samantha akan hidup tenang seperti yang pria itu inginkan."Hey, ada apa denganmu? Mengapa kamu terlihat sangat gelisah dan seperti orang yang ban
Clara mengamati sosok pria asing itu dengan serius. Dari ujung kepala hingga ujung kaki, semuanya tak luput dari perhatian Clara. Siapakah sebenarnya ia dan hubungan seperti apa yang dimilikinya dengan Samantha?“Kau masih belum menjawab pertanyaanku.” Clara membuka suara. Gadis itu masih menuntut jawaban yang sedari tadi tak kunjung ia dapatkan.Pria asing itu mengulurkan tangan. Meraih gelas berisi minuman beralkohol lalu menenggaknya hingga beberapa kali tegukan. Kedua matanya mengintip Clara dari balik gelas sementara pikirannya terpecah menjadi beberapa bagian.“Aku Elnathan Rayne. Kurasa dari hal ini saja, kamu sudah bisa menebak bagaimana hubunganku dengan Samantha Rayne.” Pria itu mengumumkan.Clara Johnson melebarkan kedua mata. “Kau saudaranya?” tebak gadis itu.Elnathan menganggukkan kepala. “Lebih tepatnya aku adalah adiknya.”Clara tersenyum miring sebelum akhirnya terbahak pelan. “Apa alasanmu bersedia bekerja sama? Gadis jalang itu adalah kakakmu. Mengapa kamu ingin mel