Yang pertama Katya lihat begitu membuka mata adalah ruangan bernuansa putih. Katya langsung sadar kalau ini bukanlah kamarnya. Ingatan Katya berputar pada kejadian sebelum akhirnya dia bisa berada di sini.
Arthur Maverick. Dimana laki-laki itu sekarang? Dan tunggu, Katya baru menyadari kalau ini bukan kamar hotel. Lalu dimana dia sekarang?"Aku harus segera pergi. Aku tidak boleh tertahan di sini."Katya bergegas turun dari atas tempat tidur. Bersyukur karena tubuhnya masih lengkap dengan dress terakhir yang Katya pakai.Tangan Katya sudah terangkat hendak menyentuh gagang pintu. Namun lebih dulu seseorang membuka pintu dari luar. Jantung Katya berdetak kencang saat melihat sosok laki-laki bertubuh tinggi muncul dari balik pintu."K-Kak Arthur.""Sudah bangun, Sayang?"Katya memundurkan langkah saat Arthur berjalan maju ke arahnya. Dia sangat ketakutan. Arthur terlihat menyeramkan dengan senyum miring di bibirnya.Punggung Katya terbentur dinding. Dia semakin terpojokkan saat Arthur mengurungnya dengan tangan dikedua sisi."M-Menyingkirlah. Aku mau pulang.""Pulang kemana? Ini rumah kamu, Cantik."Kemudian Arthur mengusap pipi Katya menggunakan jari telunjuk tangannya."K-Kak, tolong....""Tolong apa, hm?"Katya refleks memalingkan wajah saat Arthur hendak mencium bibirnya. Penolakan dari Katya membuat Arthur semakin tertantang."Kamu ada di Jakarta sekarang."Katya tersentak kaget. Bagaimana bisa? Berapa lama Katya pingsan sampai sekarang sudah ada di Jakarta? Dan bagaimana dengan Juan? Pasti laki-laki itu sangat mengkhawatirkan Katya karena tidak pulang dan tidak ada kabar."Terkejut?"Menyebalkan! Arthur benar-benar menyebalkan. Kalau Katya mempunyai kekuatan super, mungkin dia sudah menendang Arthur dari puncak Monas sekarang juga."Kak Arthur kenapa melakukan ini sama aku?"Arthur tersenyum miring. "Harusnya saya yang tanya sama kamu. Kenapa kamu ingkar janji malam itu? Bukankah kamu yang mengatakan kalau kamu tidak akan pergi? Tapi ternyata, kamu mau bermain-main dengan saya."Katya sudah akan membuka mulut untuk membalas ucapan Arthur, akan tetapi laki-laki itu lebih dulu mengeluarkan sebuah cincin berlian dari saku jasnya. Katya terkejut saat Arthur menarik tangan kanannya lalu menyematkan cincin tersebut di jari manisnya."Ini maksudnya apa?"Ibu jari tangan Arthur membelai bibir bawah Katya. Sejak semalam bibir ini sangat menggoda dirinya."Kak....""Kita akan menikah Minggu depan.""A-Apa? Tidak bisa seperti ini. Kak Arthur jangan-,""Jangan apa?" Arthur memotong ucapan Katya. "Saya tidak terima penolakan. Minggu depan kita akan menikah.""Aku tidak mau.""Saya bilang saya tidak terima penolakan.""Tap-, Ah!"Katya memekik kesakitan saat Arthur menarik rambutnya, sampai membuat kepala Katya terangkat."Sejak dua tahun yang lalu, kamu sudah menjadi milik saya, Katya. Kamu mainan saya. Jadi kamu tidak mempunyai hak untuk menentang perintah saya."Mendengar kata 'mainan' yang terucap dari bibir Arthur, membuat hati Katya tergores.Arthur melepaskan tangannya dari rambut Katya. "Sebelum pernikahan tiba, saya akan memberi kamu waktu bersama Juan di Bali. Tapi ingat, kamu tidak boleh melakukan kesalahan yang sama seperti dulu, atau....."Katya menatap Arthur penuh tanya. Menunggu ucapan laki-laki itu yang sudah pasti berupa ancaman."Mahesa Resto akan bangkrut dan keluarga kamu akan merasakan jatuh untuk yang kedua kalinya."Kedua tangan Katya sudah terkepal kuat. Selama ini tidak ada yang berani mengancam Katya. Sekarang Arthur semena-mena pada dirinya."Dan bukan hanya itu. Juan dan istri serta anaknya, akan ada dalam pengawasan saya. Jadi kalau kamu macam-macam, mereka bisa celaka kapan saja."Katya terpejam saat Arthur menekan kedua pipinya menggunakan satu tangan."Kamu tahu saya siapa. Saya bisa melakukan apapun yang saya inginkan. Menjatuhkan Mahesa Resto bagaikan membalikkan telapak tangan. Itu sangat mudah."Kemudian Arthur membelai lembut puncak kepala Katya. "Sekarang kamu pergi mandi, setelah itu bersiaplah. Saya akan membawa kamu bertemu dengan keluarga saya."Itu menjadi ucapan terakhir sebelum Arthur keluar meninggalkan Katya di dalam kamar.Gadis berusia dua puluh tahun itu menghempaskan tubuh ke atas sofa. Hidupnya benar-benar berubah semenjak ditinggal pergi oleh sang ayah. Dan sekarang Katya seolah sudah menjadi mainan Arthur. Ini semua gara-gara taruhan sialan dua tahun yang lalu.Katya mengangkat tangan kanannya. Menatap cincin berlian yang tersemat di jari manisnya. Bagaimana bisa Katya harus menikah dengan laki-laki yang tidak dia cintai? Dan kenapa Arthur harus mengikatnya dengan status pernikahan? Bagaimana dengan Juan nanti? Sudah pasti laki-laki itu tidak akan menyetujuinya. Namun Katya tahu kalau ancaman yang keluar dari mulut Arthur tidak akan main-main. Dan Katya tidak ingin Mahesa Resto jatuh bangkrut, apalagi membuat keluarganya celaka. Katya tidak mau menyulitkan mereka dan membuat mereka sengsara. Katya tidak ingin membuat senyum Juan pudar. Laki-laki itu sangat bersemangat saat membangun Mahesa Resto hingga sukses sampai sekarang.Argh, bagaimana ini?***Katya menatap diri pada pantulan cermin. Tubuhnya sudah terbalut dress berwarna hitam di atas lutut. Sekarang dua orang suruhan Arthur sedang mendandani Katya."Selera Tuan Arthur memang tidak main-main ya. Nona Katya sangat cantik. Pasti Tuan Arthur akan semakin klepek-klepek saat nanti melihat penampilan Nona Katya."Katya berdecih dalam hati. Mana mungkin Arthur jatuh hati padanya. Dia hanya mainan Arthur dan selamanya akan menjadi mainan laki-laki itu.Ternyata dua tahun tidak cukup membuat Arthur melupakan kejadian malam itu. Padahal Katya sudah sangat berharap kalau Arthur akan melepaskannya begitu saja, walau mereka kembali bertemu."Nah, sudah selesai nih, Non."Katya bangun dari posisi duduknya. Gadis yang memang sudah terlahir cantik itu, semakin terlihat cantik dengan polesan make up natural dan dress hitam yang membalut tubuh seksinya."Mari, Nona, saya antar ke luar. Tuan Arthur sudah menunggu di sana."Katya mengangguk pasrah. Berjalan bersama orang suruhan Arthur yang membawanya keluar dari dalam gedung apartemen ini.Katya muak saat melihat wajah Arthur yang sedang tersenyum menyambutnya di depan mobil. Ada enam orang bodyguard yang berdiri di samping mobil dengan berpakaian rapi. Katya tahu, Arthur memang bukan berasal dari keluarga sembarangan. Dia bahkan sudah menjadi seorang milyarder.Arthur menarik pinggang Katya hingga membuat tubuh mereka menempel. Katya mencoba melepaskan diri, tapi tentu tenaganya tak cukup kuat melawan Arthur."Kamu bukan hanya cantik, tapi juga sangat seksi." Arthur berbisik lalu pandangannya jatuh menatap dada Katya yang tercetak jelas dibalik dress."Brengsek."Arthur tidak marah mendengar umpatan yang keluar dari mulut Katya. Justru dia semakin tersenyum kesenangan.Kemudian Katya masuk lebih dulu ke dalam mobil Alphard hitam, lalu disusul oleh Arthur. Di bangku depan ada satu orang supir dan asisten pribadi Arthur, namanya Alvaro."Jalan.""Baik, Tuan."Sementara itu, di belakang ada dua mobil yang mengawal. Mereka adalah para bodyguard Arthur.Selama di perjalanan, Katya diam menatap keluar kaca mobil. Melihat jalanan Jakarta yang baru dia nikmati lagi setelah dua tahun berlalu."Saat di depan keluarga saya nanti, kita harus bersikap manis layaknya sepasang kekasih yang saling mencintai."Katya diam tidak merespon ucapan Arthur."Ingat, Katya. Nasib keluarga kamu berada ditangan saya."Katya memejamkan mata sejenak, lalu mengambil napas dalam. Ingat kan Katya kalau dia adalah mainan dan Arthur adalah tuannya.Sesampainya di tempat tujuan, Katya benar-benar dibuat kagum oleh mansion mewah di depan matanya. Dan itu menampar kesadaran Katya kalau Arthur memang bukan orang sembarangan. Dulu saat hubungan persahabatan Arthur dan Juan masih baik, Katya tidak percaya kalau Arthur memiliki mansion seperti istana. Tapi sekarang dia benar-benar percaya dengan ucapan sombong Arthur saat itu."Tidak perlu terkejut. Kamu tahu kalau saya terlahir dari keluarga kaya raya."Oh My!Katya tidak bisa protes saat Arthur menarik pinggangnya."Ingat. Kita harus bersikap manis."Kemudian Arthur mengajak Katya masuk ke dalam mansion mewah tersebut dengan tangan memeluk pinggang gadis itu.Kedatangan mereka disambut oleh para maid yang berjejer rapi, seolah mereka sudah mengetahui kalau akan kedatangan tamu."Mereka ada di sana."Katya melihat ada tiga orang yang sedang berkumpul di meja makan dekat kolam renang. Terlihat mewah dan berlebihan. Tapi tidak heran, karena mereka memiliki banyak uang."Halo semua!" Arthur menyapa, membuat ketiganya menoleh secara bersamaan ke sumber suara."Hai! Sudah sampai rupanya." Wanita bernama Sabrina yang merupakan Mama Arthur, bangun dari posisi duduknya lalu menghampiri Katya."Nama kamu siapa?"Katya mengulas senyum. Wanita di hadapannya ini terlihat cantik meski tak lagi muda. "Katya, Tante.""Katya? Nama yang indah." Suara itu berasal dari adik perempuan Arthur, namanya Airi."Halo! Aku Airi, adik Kak Arthur."Katya membalas jabatan tangan gadis yang tak kalah cantik darinya. Mendengar nama Airi dan melihat wajahnya, Katya seperti tidak asing."Dan itu Papa saya," ucap Arthur mengenalkan Katya pada pria yang duduk di kursi roda. "Namanya Raditya."Katya melangkah maju untuk bersalaman dengan pria itu. "Katya, Om."Radit membalasnya dengan senyuman.Sabrina merangkul lengan Katya. "Tante senang sekali saat mendengar kalau Arthur akan membawa calon istrinya ke rumah. Selama ini, dia tidak pernah membawa satu perempuan pun ke sini. Sampai-sampai, Tante mengira kalau Arthur tidak normal."Oh, jadi ini jawabannya. Baiklah, sekarang Katya tahu kenapa Arthur ingin mengikatnya dalam pernikahan. Mungkin dia mendapat tekanan dari orang tuanya mengenai pendamping hidup. Juan yang seusia Arthur saja, sekarang sudah punya satu buntut.Tapi, kenapa harus Katya? Tidak mungkin kalau laki-laki itu mencintainya bukan?"Jadi, kapan kalian akan menikah?" Pertanyaan itu berasal dari Radit."Minggu depan.""Menikah?!"Katya tersentak kaget saat Juan membanting majalah ke atas meja. Seperti apa yang Arthur katakan sebelumnya, sekarang Katya sudah berada di Bali dan tentunya dalam pengawasan Arthur.Katya menunduk dalam sambil memberikan anggukan."Dengan si bajingan itu?!"Sekali lagi Katya menjawabnya dengan anggukan. Dia tidak berani menatap bola mata Juan. Sudah lama Katya tidak melihat Juan marah. Dan sekarang yang menjadi alasan kemarahan Juan adalah dirinya.Juna menarik napas dalam lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak habis pikir dengan permintaan Katya kali ini. Setelah gadis itu tiba-tiba pergi tanpa pamit, sekarang dia meminta restu agar dinikahkan dengan Arthur."Sebenarnya apa yang terjadi? Katakan yang sejujurnya, Aya.""Aku hanya perlu restu dari Kak Juan. Aku mau menikah dengan Kak Arthur." Katya menjawab dengan suara pelan, namun masih dapat di dengar oleh Juan."Kenapa? Tiba-tiba seperti ini tanpa ada sesuatu itu tidak mungkin."Juan menatap lekat wajah sang adik y
Pukul tiga dini hari mereka sudah sampai di Jakarta. Arthur membawa Katya pergi ke apartemen miliknya. Meski Katya juga pernah memiliki apartemen, tapi apartemennya dulu tidak ada apa-apanya dengan apartemen milik Arthur. Sangat mewah dan luas.Begitu masuk ke dalam kamar, Katya melihat ada meja rias lengkap dengan make up yang beragam. Apa semua ini telah disiapkan oleh Arthur untuk dirinya? Atau Arthur sudah biasa mengajak nginap perempuan di sini dan memfasilitasinya?"Semua itu baru. Saya tidak pernah membawa masuk perempuan ke apartemen." Arthur bicara seolah tahu apa yang ada dipikiran Katya.Arthur melepas jaketnya lalu melemparnya ke arah sofa. Katya segera menutup mata menggunakan telapak tangan, saat Arthur melepas celana jeans-nya. Dalam hati, Katya merutuki Arthur yang seenaknya melepas celana di depannya."Santai saja. Sekarang atau nanti kamu juga akan melihatnya." Arthur tersenyum miring. Hanya terbalut kan kaos oblong dan celana boxer di atas lutut, Arthur berjalan lal
Katya menatap diri pada pantulan cermin. Tidak ada kebahagiaan yang terpancar di kedua matanya. Bahkan indahnya gaun yang membalut tubuhnya, sama sekali tidak mengubah suasana hati Katya yang sedih. Hari ini Arthur akan mengucap ijab kabul atas nama dirinya dihadapan Tuhan dan semua orang yang datang menyaksikan.Air mata menetes begitu saja. Katya merasa sangat berdosa pada Juan. Dia akan menikah tanpa restu dan kehadiran dari sang kakak. Katya hanya bisa mengucap maaf dalam hati. Berharap suatu saat nanti Juan masih mau melihat wajahnya.Pintu ruangan terbuka. Seorang gadis cantik melangkah menghampiri Katya dengan senyum terukir indah. Buru-buru Katya mengusap air matanya saat melihat kedatangan Airi melalui pantulan cermin.Airi berdecak kagum melihat Katya yang semakin terlihat cantik dengan polesan make up. "Sumpah! Lo cantik banget, Ya. Udah kayak princess tahu gak."Katya mengulas senyum tipis. Setelah dua kali pertemuan dengan Airi, baru Katya ingat kalau adik perempuan Arthu
Suasana resepsi di malam hari terlihat ramai oleh tamu undangan yang terus berdatangan. Banyak ucapan serta doa yang Arthur dan Katya terima. Permainan sandiwara mereka benar-benar berhasil menipu semua orang yang hadir. Pasangan pengantin baru itu terlihat sangat bahagia seperti dua orang yang saling mencintai. Jantung Katya seolah berhenti sejenak saat melihat kedatangan Bara dan kedua orang tuanya. "Selamat atas pernikahan Pak Arthur dan Nak Katya. Semoga sakinah, mawadah, warahmah. Langgeng terus sampai maut memisahkan," ucap Beni sambil bersalaman dengan Arthur dan Katya. "Terima kasih atas doa dan kehadirannya, Pak Beni dan keluarga." Arthur membalas sambil tersenyum ramah. Karina memeluk Katya. "Jodoh memang tidak ada yang tahu ya. Tante sempat berharap kalau kamu dan Bara bisa bersama. Tapi ternyata kamu jodohnya Pak Arthur." Karina terkekeh. "Semoga pernikahan kalian bahagia selalu dan cepat diberi momongan." Katya masih setia menampilkan senyum palsunya. "Terima kasih
Katya melangkah keluar dari dalam kamar mandi dengan mata sembab. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, sementara Arthur belum kembali ke apartemen. Entah apapun yang sedang dilakukan oleh suaminya, Katya benar-benar tidak peduli. Katya masih sangat marah sekaligus kecewa karena perlakuan Arthur padanya. "Belum sehari menjadi istri saja sudah diperlakukan seperti ini. Lalu bagaimana dengan enam bulan ke depan?" Katya menghela napas panjang. Tidak bisa membayangkan penderitaan apa yang akan dia rasakan atas perlakuan Arthur selama enam bulan ke depan. Mata yang baru saja terpejam kini kembali terbuka. Menatap langit-langit kamar sambil memikirkan Juan. Apa laki-laki itu sudah tahu tentang pernikahannya dengan Arthur? "Aku rindu Kak Juan. Apa Kak Juan di sana juga merindukan aku?" Jelas terlihat dari kedua mata Katya kalau dia sangat sedih. Tentu saja, siapa yang tidak akan sedih kalau berada di posisi Katya? Pintu kamar terbuka secara tiba-tiba, membuat Katya tersentak kage
Katya keluar dari dalam kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Alisnya menaut saat melihat Arthur tertawa-tawa sambil menatap layar ponsel. Tidak berniat bertanya, Katya duduk di meja rias lalu bergegas mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer. "Dasar bodoh! Berani bermain-main dengan saya. Kamu pikir saya anak TK yang bolot?" Melalui pantulan cermin, Katya dapat melihat Arthur yang sedang mengetikkan sesuatu di sana. Entah apa yang tertampil di layar handphone suaminya, sampai membuat laki-laki itu kesenangan. Juan: Fuck you man! Maksud kamu apa membawa pergi Aya ke tempat terkutuk itu?! Arthur: Santai, Kakak Ipar. Adik kamu menikmatinya kok. Tidak perlu khawatir.Juan: BAJINGAN SIALAN! KITA KETEMU MALAM INI JAM 10 DI MARKAS BLACK TIGER! Arthur: Dengan senang hati Kakak ipar, ha! Ha! Ha! Arthur tersenyum puas karena berhasil memancing emosi Juan. "Kamu pikir semudah itu memutus hubungan? Dasar bego," batinnya seraya menyimpan handphone ke atas nakas. "Haus! Ambilkan s
Jam terus berdetik. Arthur sudah siap pergi ke markas tempat geng-nya berkumpul saat masa putih abu-abu. Arthur mengenakan kaos putih polos yang dipadukan dengan jaket dan celana jeans panjang robek-robek berwarna hitam. Penampilannya yang seperti ini sama sekali tidak memperlihatkan kalau dia sudah berumur tiga puluh tahun. Arthur terlihat seperti anak muda dua puluh tahunan. "Kak Arthur mau pergi kemana?" Katya bertanya saat melihat suaminya keluar kamar sambil memutar-mutar kunci motor. "Mencari janda." Arthur menjawab sembarangan. "Kamu mau ikut?"Katya menggeleng. Tapi dia tahu kalau suaminya berbohong. Tidak banyak tanya, Katya biarkan Arthur pergi. Justru kalau tidak ada Arthur di sini, Katya merasa jauh lebih aman dan nyaman. "Pergi deh sana jauh-jauh. Kalau perlu tidak usah kembali sekalian," ucap Katya yang tentu saja sudah tidak ada Arthur di sini. Karena kantuk belum datang, Katya memilih untuk menonton acara televisi di kamar. Sebelum mengambil remote TV, indera pengl
Katya tersentak kaget.Namun, Arthur tiba-tiba mencengkram rambutnya. "Sshhh, Kak, sakit...," jerit Katya.Namun, Arthur tidak mempedulikan ringisan Katya. Dia justru menatap perempuan di hadapannya dengan tampang datar. "Dari mana kamu tahu kalau saya ada di sini?"Katya terdiam. Memori ingatannya berputar pada beberapa waktu lalu. Saat dimana Katya melihat notifikasi pesan yang masuk dari Juan ke handphone Arthur.FLASHBACK ON"Lho, Kak Arthur tidak membawa handphone-nya?"Katya berpikir mungkin Arthur lupa membawanya atau memang sengaja tidak dibawa. Barangkali Arthur memiliki handphone lain yang dibawanya.Katya memilih untuk mengambil handphone tersebut dan menindaknya ke atas nakas. Saat itu juga ada notifikasi pesan yang baru masuk.Juan: Jangan lupa malam iniKatya terkejut sekaligus penasaran begitu membaca pesan dari Juan yang tertampil di layar depan handphone. Katya berpikir, apa selama ini ada komunikasi antara Arthur dan Juan yang tidak Katya ketahui?"Apa maksud pesan
Katya lebih dulu pergi ke meja makan setelah membantu Arthur siap-siap, sekarang Arthur tengah berada di ruang kerjanya untuk mengerjakan sesuatu yang ia lupakan."Honeymoon...." Katya tampak tengah mempertimbangkan ajakan Arthur untuk pergi bulan madu. "Mungkin itu kesempatan yang bagus untuk menghabiskan waktu berdua bersama Mas Arthur."Katya mengangguk-anggukkan kepala. Ia akan segera memberi jawaban terkait bulan madunya bersama Arthur.Katya sedikit tersentak saat sebuah kecupan ia dapatkan dari suaminya yang tiba-tiba muncul."Mas...."Arthur memberikan senyuman yang membuat Katya terhipnotis. Apa ini? Mungkinkah usaha Katya sudah mulai memberikan pertanda baik?Pandangan Katya tidak lepas memperhatikan suaminya yang kini sudah duduk bergabung di meja makan. Dengan bibir melengkung ke atas, Arthur memberikan tatapan tergiur akan soto Betawi yang tersaji sebagai menu sarapan pagi ini."Kamu yang membuat ini?"Katya menggelengkan kepala. "Tidak. Bibi Sum yang membuatnya, aku hany
Usapan lembut di pipi berhasil membangunkan Arthur dari tidur lelapnya. Sebuah senyuman manis menjadi objek pandang pertama begitu lelaki itu membuka mata."Bangun, Mas, aku sudah siapkan air hangat untuk kamu mandi," ucap Katya dengan suara yang terdengar merdu ditelinga Arthur.Arthur berdecak malas menatap sosok perempuan yang merupakan istrinya itu. Sudah sebulan ini Katya bersikap aneh. Tak biasanya Katya membangunkan Arthur dari tidurnya kecuali Arthur sendiri yang berpesan untuk membangunkannya.Pernah sekali saat awal menikah Katya membangunkan Arthur karena hari sudah siang, namun bukannya berterima kasih justru Arthur marah-marah karena jam tidurnya diganggu. Kemudian Arthur memperingati Katya agar jangan pernah lagi membangunkan dirinya tidur meski hari sudah siang, kecuali Arthur yang memintanya sebelum tidur.Namun, sudah sebulan ini Katya melakukannya tanpa peduli amukan lelaki itu. Dan saat Arthur memarahinya, justru Katya bersikap santai bahkan terkesan bodoamat hingga
Arthur menggulingkan tubuhnya dari atas tubuh Katya. Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Rintik hujan masih menemani sejak lima belas menit yang lalu disertai kilatan petir yang membuat keadaan diluar terang sejenak.Katya menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Tak terhitung berapa banyak tanda kemerahan yang Arthur buat disepanjang tubuhnya.Katya menghela napas kesal saat Arthur mengepulkan asap rokok dari mulutnya. Sungguh Katya sangat ingin menegur suaminya, namun ia tahu tegurannya tidak akan didengarkan.Katya menahan selimut di dadanya saat ia mengambil posisi duduk dan bersandar di kepala ranjang. Ia baru ingat kalau hari ini ulang tahun kakak iparnya."Kak...."Arthur tidak menjawab, tapi Katya tahu kalau laki-laki itu jelas mendengar panggilannya."Aku boleh minta handphone ku yang lama?""Tidak."Katya menghela napas pelan. Handphone pemberian dari Arthur pasca menikah hanya ada empat kontak, diantaranya kontak nomor Arthur, Radit, Sabrina, dan Airi. Entah a
"Kamu mencintainya?"Arthur tersenyum remeh. "Yang benar saja.""Kamu mencintainya, Ar. Kamu menikahinya karena kamu mencintainya.""Tidak."Dalam beberapa detik mereka terdiam tanpa obrolan. Farhan menatap Arthur dalam-dalam, sementara yang ditatap tak menghiraukannya.Farhan menghela napas panjang. Ditepuknya pundak Arthur. "Saya hanya ingin mengingatkan kamu, jangan sampai kebencian membuat kamu buta dan berakhir dengan penyesalan."Penyesalan? Penyesalan karena? Karena tidak dapat membalaskan dendamnya? Arthur tersenyum remeh. Tak akan ada penyesalan yang Farhan maksud, Arthur jamin itu.***Katya keluar dari dalam kamar mandi bawah. Suara decakan ciuman mengejutkannya. Pandangan perempuan itu mengedar ke sekeliling sampai akhirnya menemukan dua orang pelaku yang sedang bercumbu di pojokan.Katya cukup terkejut melihat siapa kedua pelaku itu. Mereka adalah Airi dan Gery. Benar, laki-laki yang sedang bercumbu dengan Airi itu Gery yang memberi tumpangan kepada Katya pagi tadi."Ya a
"Mas Arthur!"Ahh! Malas sekali Arthur harus bertemu dengan perempuan centil itu lagi.Syella menghampiri Arthur dengan kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya. Perempuan itu mengenakan dress glamor berwarna biru dongker yang panjang hanya satu jengkal di atas lutut."Hai, Mas Arthur. Apa kabar?"Arthur memaksakan bibirnya untuk tersenyum. "Baik, Syella. Bahkan selalu baik setelah saya menikah."Syella mendengus kesal mendengarnya. Fakta itu tidak dapat Syella lupakan kalau laki-laki yang sangat dia inginkan telah menjadi suami dari perempuan lain. Tapi Syella tidak peduli, dia akan tetap mencari perhatian pada Arthur. Biarkan saja orang akan berkata apa, dia sudah terlanjur jatuh hati pada laki-laki tampan ini.Syella kembali tersenyum. Tangannya bergerak tanpa malu menggandeng lengan Arthur. Tentu saja membuat Arthur kesal."Mas Arthur mau minum sama aku tidak?"Tentu saja tidak!"Maaf, Syella. Saya tidak bisa. Kamu tahu sendiri kalau saya sudah mempunyai istri. Saya tidak mau istri
"Kamu kenapa tidak belajar mengemudi saja sih, Ya? Kan saat menikah Kak Arthur memberi mahar mobil untuk kamu."Saat ini, Katya dan Airi sedang makan di sebuah kafe sebelum mereka pulang. Dan Katya tidak memberitahu Airi kalau saat di mall dia bertemu dengan Arthur.Katya tersenyum mendengar saran dari gadis di hadapannya. Sejak Katya kelas tiga SMP, dia sudah pernah merengek kepada ayahnya kalau dia ingin belajar mengemudi mobil. Namun, Arkan tidak memberinya izin saat itu dan mengatakan kalau dia akan memberikan Katya mobil setelah perempuan itu lulus SMA. Akan tetapi, takdir mengubah kehidupan mereka semudah membalikkan telapak tangan. Tiba-tiba saja orang kepercayaan Arkan di kantor mengkhianatinya tanpa belas kasihan."Aku belum ada waktu untuk belajar mobil. Mungkin suatu hari nanti," ucap Katya menjawab pertanyaan Airi."Atau bagaimana kalau aku yang mengajari kamu? Aku tidak keberatan kok. Setiap pulang kuliah nanti aku ajari kamu mengemudi, bagaimana?"Katya tersenyum haru. Si
"Aya, menurut kamu bagus yang warna merah, putih, atau hitam?" Airi bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari ketiga tas branded di tangannya.Sementara yang ditanya seolah tidak tahu dirinya sedang ditanya. Katya tidak bisa mengalihkan pikirannya dari Arthur yang sedang bersama perempuan lain.Karena tidak mendengar jawaban apapun dari Katya, akhirnya Airi menoleh menatap kakak iparnya. Kedua alis gadis itu bertaut bingung saat melihat Katya yang seperti sedang melamun."Aya?" Airi menyentuh lengan Katya."Ha? Iya? Ada apa, Ai?"Airi menghela napas. "Kamu tidak dengar tadi aku bertanya apa?"Katya terkekeh pelan. "Maaf, memangnya tadi kamu bertanya apa sama aku?"Airi mengangkat dua tas berwarna merah dan hitam. "Menurut kamu mana yang lebih bagus? Merah, hitam, atau yang putih itu," ucapnya menunjuk pada tas putih di dekatnya.Katya terdiam sejenak seolah sedang menentukan pilihannya. "Semuanya bagus sih, tapi sepertinya Mama lebih suka yang merah. Itu warna kesukaan Mama bukan?
Katya melepas sabuk pengamannya begitu mobil sport berwarna putih ini sudah parkir rapi bersama jejeran mobil lainnya."Terima kasih ya, Ger, untuk tumpangannya."Pemuda berkemeja maroon itu tersenyum sambil menganggukkan kepala. "Iya, sama-sama. Kalo kamu mau saya juga bisa antar kamu pulang setelah ngampus, bagaimana?"Katya mengulas senyum yang membuat pemuda bernama lengkap Gery Jefferson itu terpesona."Tidak apa, aku biasa pulang naik taksi, kok. Sekali lagi terima kasih untuk tumpangannya. Aku turun duluan ya, bye!"Gery melambaikan tangan. Menatap punggung Katya semakin jauh dari penglihatannya.Gery berdecak kagum. "She look so beautiful."Gery tidak mengenal Katya, begitu juga dengan Katya yang tidak mengenal Gery. Mereka hanya orang asing yang dipertemukan dipinggir jalan, lalu memutuskan untuk berangkat bersama karena satu tujuan. Suara dering panggilan masuk terdengar dari handphone-nya. Gery mengulas senyum begitu melihat nama yang tertampil dilayar persegi panjang ters
Katya menarik kedua sudut bibirnya saat melihat kedatangan Arthur ke meja makan."Selamat pagi, Kak."Arthur tak membalas. Jangankan membalas, melihat wajah istrinya saja tidak. Laki-laki itu langsung duduk di meja makan sambil melihat menu sarapan pagi ini."Dasinya?""Lupa.""Aku ambil dulu ya, Kak." Katya berlalu pergi ke kamar untuk mengambil salah satu dasi yang dimiliki Arthur. Sebulan menyandang status sebagai istri, membuat Katya sudah mulai terbiasa dengan sikap dan kebiasaan suaminya. Seperti menyiapkan kopi sebelum berangkat bekerja, memasangkan dasi, dan menggosok rambutnya yang masih basah menggunakan handuk. Sikap Arthur sendiri kepada Katya sudah seperti bunglon. Iya, suka berubah-ubah. Terkadang ia mudah sekali marah dan tak segan membentak Katya hanya karena masalah sepele, tapi tak jarang juga ia memperlakukan Katya dengan baik. Itu tergantung pada suasana hatinya.Katya kembali dengan membawa dasi berwarna hitam lalu menyimpannya di sandaran kursi, kemudian melayan