Share

06

Sena yang dipanggil pun bergegas menghampiri Sarah, Viona dan Andra yang sedang berdiri di depan rumah.

Ketika Sena sudah berdiri sedikit jauh dari Sarah, wanita paruh baya tersebut malah menarik Sena lalu merangkulnya dengan tersenyum manis ke arah sang keponakan.

"Ini Sena, istrinya Bima," ucap Sarah memperkenalkan Sena kepada Andra, lalu ia beralih menatap ke arah Sena, "Sena, ini Andra keponakan mama. Kamu harus bersikap baik kepada dia,"

"Iya ma," jawab Sena dengan tersenyum.

"Kenalin gue Andra Virendra, lo bisa panggil gue Andra." Laki-laki tinggi dan tampan tersebut mengulurkan tangannya ke hadapan Sena dengan tersenyum manis.

Sena yang ingin menerima uluran tangan tersebut pun masih berpikir. Ia terlihat ragu untuk menerimanya, namun tidak akan sopan jika dia menolaknya.

Sarah yang mengetahuinya pun langsung mencubit pinggang Sena, lalu membisikkan sesuatu tepat di telinga gadis itu, "Mentang-mentang istri CEO bukan berarti kamu bisa bersikap sombong! Cepat balas uluran tangan keponakan mama!"

Sena yang takut dengan sang mertua pun akhirnya langsung membalasnya, "Sena,"

Andra tak langsung melepaskan tangan Sena, ia menahannya dengan pandangan tertarik kepada gadis itu, "Lo cantik, tapi sayang udah jadi istri Bima,"

"Hehehe, terima kasih," jawab Sena yang mencoba melepaskan tangannya, dan akhirnya berhasil juga.

"Ma, Sena ke dalam dulu ya? Mau bersihin badan," pamit Sena yang tidak betah berada di sana.

"Hmm... Jangan lupa nanti makan malam," ucap Sarah yang terlihat lembut.

"Iya ma." Jawab Sena yang sedikit kebingungan dengan tingkah laku sang mama.

Sena pun bergegas pergi meninggalkan halaman rumah tersebut dengan penuh tanda tanya. Yah, sikap Sarah malam ini memang sedikit berbeda dari biasanya.

"Mama kenapa ya? Aneh banget sikapnya." Batin Sena yang berjalan menuju ke dalam rumah.

Setelah kepergian Sena, Sarah langsung mengajak Viona dan Andra untuk masuk ke dalam. Lalu ia menyuruh Bi Lisa untuk mengantarkan Andra ke kamarnya yang berada tepat di samping kamar miliknya.

Sedangkan Sarah dan Viona sendiri menunggu Sena dan Andra untuk makan malam bersama di ruang tamu.

.

Kini Sena, Sarah, Viona dan Andra sudah berada di ruang makan. Dan Sarah sengaja menyuruh Andra untuk duduk di samping Sena, agar keduanya bisa segera dekat. Mereka semua juga sudah mulai memakan makanan masing-masing.

"Oh iya Sen, lo kerja apa?" tanya Andra yang penasaran.

Sena melirik ke arah Sarah yang sedang makan dengan tenang. Mau menjawab pun dirinya takut dimarahin Sarah, tidak menjawab pun pasti dia akan dikira sombong.

"Kalo ada yang tanya tuh jawab! Punya mulut kan?!" lontar Viona yang sedikit ketus.

"Hmm... Jangan jadi sombong Sena! Nggak ada yang perlu kamu sombongin!" sahut Sarah.

Sena yang mendengarnya sedikit terkejut, karena baru kali ini keduanya mengobrol ketika sedang makan.

"Tau tuh, orang gue cuma pengen berteman, masalah lo nggak mau sih?!" lontar Andra seraya menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

Sena terlebih dahulu menelan makanan yang ada di mulutnya, "Gue kerja di butik Alfee,"

Andra yang mendapatkan jawaban pun langsung menoleh ke arah Sena dengan tersenyum senang, "Kapan-kapan ajak gue ke sana ya? Siapa tau aja ada baju yang cocok buat gue,"

"Nggak bisa, gue sibuk," Sena mencoba menolaknya.

"Besok kamu diantar Andra, kasihan Bima kalo harus nganterin kamu dulu. Bisa-bisa dia selalu telat datang ke kantor," celetuk Sarah, lalu menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Tapi ma-,"

"Jangan manja deh Sen! Jangan jadiin kak Bima sebagai supir pribadi lo! Dia itu juga punya pekerjaan sendiri, nggak ngurusin lo terus!" Viona sedikit meninggalkan suaranya.

"Kebetulan gue nggak ada kerjaan Sen, jadi gue nggak akan repot kalo antar jemput lo kerja," Andra mencoba meyakinkan Sena.

"Mama suruh Andra ke sini ya untuk bantu kamu berangkat ke butik, biar kamu ini nggak nyusahin Bima terus." Imbuh Sarah.

Sena yang tidak tahu harus menjawab apa pun memilih untuk terdiam. Saat ini dirinya benar-benar sendiri, tidak akan ada yang bisa membantunya keluar dari permasalahan itu. Namun jika Bima di rumah pun pasti akan membiarkan Sena menghadapi masalahnya sendiri.

Sena masih tetap diam sampai pada akhirnya mereka semua selesai makan malam bersama. Bahkan sampai saat itu Sena masih bingung harus menjawab apa.

"Pokoknya mulai besok Andra yang akan antar jemput kamu! Tidak ada penolakan!" tegas Sarah tak terbantahkan.

Sena menghela napasnya dalam, lalu membuangnya perlahan, "Nanti Sena minta izin sama Bima dulu ma,"

"Nggak perlu! Pasti Bima ngizinin, apalagi ini mama sendiri yang suruh. Dia nggak akan membantah mama!" jawab Sarah.

"Udahlah Sen, lagian gue cuma anter jemput lo dan mau berteman sama lo doang. Kenapa harus takut coba?" tanya Andra.

"Tau tuh! Dasar bisanya jadi beban aja!" cetus Viona yang langsung membuat Sena sakit hati.

Tanpa menjawab, atau mengeluarkan kata-kata lagi, Sena bangkit dari duduknya lalu bergegas kembali masuk ke dalam kamarnya. Hari ini ia sudah lelah menunggu Bima cukup lama, sesampainya di rumah malam dibuat seperti ini.

Sarah, Viona dan Andra sendiri berpindah ke ruang keluarga untuk mengobrol.

.

Di dalam ruang keluarga, Viona langsung menyalakan televisi dengan volume sedikit lebih keras agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka bertiga nanti.

"Maksud tante sebenarnya apa sih? Kenapa suruh Andra antar jemput dia?"

"Oke, tante langsung bilang intinya saja. Tante mau kamu dekati dia," ujar Sarah to the point.

Andra yang mendengarnya pun langsung terkejut, "Apa tan?! Nggak, Andra nggak mau! Nanti bisa-bisa Andra dihajar Bima,"

"Hahaha, Bima nggak akan lakuin itu An," jawab Sarah.

"Kenapa tante bilang seperti itu?"

"Sikap kak Bima ke Sena aja dingin banget kak, pasti dia akan biarin Sena dekat dengan siapa aja," kini giliran Viona yang menjawab.

"Emang kamu nggak mau An dapetin dia? Dia itu cantik, putih, idaman kamu kan? Tante dukung deh kalo kamu mau sama dia," Sarah terus mengompori sang keponakan.

"Ini tante seriusan?"

"Kalo tante nggak serius, nggak mungkin tante suruh kamu cepat-cepat datang ke sini,"

"Iya kak, pokoknya kakak pepet aja terus. Nanti pasti lama-lama dia akan suka sama kakak," imbuh Viona.

"Oke kalo kalian berdua sudah bilang seperti ini." Jawab Andra tersenyum smirk.

Bagi Andra lumayan juga bisa mendapatkan Sena yang memang memiliki paras cantik. Walaupun sudah bekas Bima, baginya sama sekali tidak masalah, yang terpenting ia mendapatkan wanita yang cantik.

.

Setelah Sena menyadari tidak adanya sang kucing kesayangan, ia pun bergegas ke bawah untuk menemui Bi Lisa yang saat ini masih beres-beres di dapur.

"Bi, Lucy di mana ya? Kok sejak tadi aku nggak lihat dia di kamar? Apa dia ada di kamar bibi?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status