Sena yang dipanggil pun bergegas menghampiri Sarah, Viona dan Andra yang sedang berdiri di depan rumah.
Ketika Sena sudah berdiri sedikit jauh dari Sarah, wanita paruh baya tersebut malah menarik Sena lalu merangkulnya dengan tersenyum manis ke arah sang keponakan."Ini Sena, istrinya Bima," ucap Sarah memperkenalkan Sena kepada Andra, lalu ia beralih menatap ke arah Sena, "Sena, ini Andra keponakan mama. Kamu harus bersikap baik kepada dia,""Iya ma," jawab Sena dengan tersenyum."Kenalin gue Andra Virendra, lo bisa panggil gue Andra." Laki-laki tinggi dan tampan tersebut mengulurkan tangannya ke hadapan Sena dengan tersenyum manis.Sena yang ingin menerima uluran tangan tersebut pun masih berpikir. Ia terlihat ragu untuk menerimanya, namun tidak akan sopan jika dia menolaknya.Sarah yang mengetahuinya pun langsung mencubit pinggang Sena, lalu membisikkan sesuatu tepat di telinga gadis itu, "Mentang-mentang istri CEO bukan berarti kamu bisa bersikap sombong! Cepat balas uluran tangan keponakan mama!"Sena yang takut dengan sang mertua pun akhirnya langsung membalasnya, "Sena,"Andra tak langsung melepaskan tangan Sena, ia menahannya dengan pandangan tertarik kepada gadis itu, "Lo cantik, tapi sayang udah jadi istri Bima,""Hehehe, terima kasih," jawab Sena yang mencoba melepaskan tangannya, dan akhirnya berhasil juga."Ma, Sena ke dalam dulu ya? Mau bersihin badan," pamit Sena yang tidak betah berada di sana."Hmm... Jangan lupa nanti makan malam," ucap Sarah yang terlihat lembut."Iya ma." Jawab Sena yang sedikit kebingungan dengan tingkah laku sang mama.Sena pun bergegas pergi meninggalkan halaman rumah tersebut dengan penuh tanda tanya. Yah, sikap Sarah malam ini memang sedikit berbeda dari biasanya."Mama kenapa ya? Aneh banget sikapnya." Batin Sena yang berjalan menuju ke dalam rumah.Setelah kepergian Sena, Sarah langsung mengajak Viona dan Andra untuk masuk ke dalam. Lalu ia menyuruh Bi Lisa untuk mengantarkan Andra ke kamarnya yang berada tepat di samping kamar miliknya.Sedangkan Sarah dan Viona sendiri menunggu Sena dan Andra untuk makan malam bersama di ruang tamu..Kini Sena, Sarah, Viona dan Andra sudah berada di ruang makan. Dan Sarah sengaja menyuruh Andra untuk duduk di samping Sena, agar keduanya bisa segera dekat. Mereka semua juga sudah mulai memakan makanan masing-masing."Oh iya Sen, lo kerja apa?" tanya Andra yang penasaran.Sena melirik ke arah Sarah yang sedang makan dengan tenang. Mau menjawab pun dirinya takut dimarahin Sarah, tidak menjawab pun pasti dia akan dikira sombong."Kalo ada yang tanya tuh jawab! Punya mulut kan?!" lontar Viona yang sedikit ketus."Hmm... Jangan jadi sombong Sena! Nggak ada yang perlu kamu sombongin!" sahut Sarah.Sena yang mendengarnya sedikit terkejut, karena baru kali ini keduanya mengobrol ketika sedang makan."Tau tuh, orang gue cuma pengen berteman, masalah lo nggak mau sih?!" lontar Andra seraya menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.Sena terlebih dahulu menelan makanan yang ada di mulutnya, "Gue kerja di butik Alfee,"Andra yang mendapatkan jawaban pun langsung menoleh ke arah Sena dengan tersenyum senang, "Kapan-kapan ajak gue ke sana ya? Siapa tau aja ada baju yang cocok buat gue,""Nggak bisa, gue sibuk," Sena mencoba menolaknya."Besok kamu diantar Andra, kasihan Bima kalo harus nganterin kamu dulu. Bisa-bisa dia selalu telat datang ke kantor," celetuk Sarah, lalu menyuapkan makanan ke dalam mulutnya."Tapi ma-,""Jangan manja deh Sen! Jangan jadiin kak Bima sebagai supir pribadi lo! Dia itu juga punya pekerjaan sendiri, nggak ngurusin lo terus!" Viona sedikit meninggalkan suaranya."Kebetulan gue nggak ada kerjaan Sen, jadi gue nggak akan repot kalo antar jemput lo kerja," Andra mencoba meyakinkan Sena."Mama suruh Andra ke sini ya untuk bantu kamu berangkat ke butik, biar kamu ini nggak nyusahin Bima terus." Imbuh Sarah.Sena yang tidak tahu harus menjawab apa pun memilih untuk terdiam. Saat ini dirinya benar-benar sendiri, tidak akan ada yang bisa membantunya keluar dari permasalahan itu. Namun jika Bima di rumah pun pasti akan membiarkan Sena menghadapi masalahnya sendiri.Sena masih tetap diam sampai pada akhirnya mereka semua selesai makan malam bersama. Bahkan sampai saat itu Sena masih bingung harus menjawab apa."Pokoknya mulai besok Andra yang akan antar jemput kamu! Tidak ada penolakan!" tegas Sarah tak terbantahkan.Sena menghela napasnya dalam, lalu membuangnya perlahan, "Nanti Sena minta izin sama Bima dulu ma,""Nggak perlu! Pasti Bima ngizinin, apalagi ini mama sendiri yang suruh. Dia nggak akan membantah mama!" jawab Sarah."Udahlah Sen, lagian gue cuma anter jemput lo dan mau berteman sama lo doang. Kenapa harus takut coba?" tanya Andra."Tau tuh! Dasar bisanya jadi beban aja!" cetus Viona yang langsung membuat Sena sakit hati.Tanpa menjawab, atau mengeluarkan kata-kata lagi, Sena bangkit dari duduknya lalu bergegas kembali masuk ke dalam kamarnya. Hari ini ia sudah lelah menunggu Bima cukup lama, sesampainya di rumah malam dibuat seperti ini.Sarah, Viona dan Andra sendiri berpindah ke ruang keluarga untuk mengobrol..Di dalam ruang keluarga, Viona langsung menyalakan televisi dengan volume sedikit lebih keras agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka bertiga nanti."Maksud tante sebenarnya apa sih? Kenapa suruh Andra antar jemput dia?""Oke, tante langsung bilang intinya saja. Tante mau kamu dekati dia," ujar Sarah to the point.Andra yang mendengarnya pun langsung terkejut, "Apa tan?! Nggak, Andra nggak mau! Nanti bisa-bisa Andra dihajar Bima,""Hahaha, Bima nggak akan lakuin itu An," jawab Sarah."Kenapa tante bilang seperti itu?""Sikap kak Bima ke Sena aja dingin banget kak, pasti dia akan biarin Sena dekat dengan siapa aja," kini giliran Viona yang menjawab."Emang kamu nggak mau An dapetin dia? Dia itu cantik, putih, idaman kamu kan? Tante dukung deh kalo kamu mau sama dia," Sarah terus mengompori sang keponakan."Ini tante seriusan?""Kalo tante nggak serius, nggak mungkin tante suruh kamu cepat-cepat datang ke sini,""Iya kak, pokoknya kakak pepet aja terus. Nanti pasti lama-lama dia akan suka sama kakak," imbuh Viona."Oke kalo kalian berdua sudah bilang seperti ini." Jawab Andra tersenyum smirk.Bagi Andra lumayan juga bisa mendapatkan Sena yang memang memiliki paras cantik. Walaupun sudah bekas Bima, baginya sama sekali tidak masalah, yang terpenting ia mendapatkan wanita yang cantik..Setelah Sena menyadari tidak adanya sang kucing kesayangan, ia pun bergegas ke bawah untuk menemui Bi Lisa yang saat ini masih beres-beres di dapur."Bi, Lucy di mana ya? Kok sejak tadi aku nggak lihat dia di kamar? Apa dia ada di kamar bibi?"Bi Lisa begitu terkejut ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Sena. Bahkan dia yang sedang mencuci piring sampai menjatuhkan piring tersebut.Sena yang juga terkejut pun segera berlari menuju ke samping Bi Lisa. Ia khawatir jika wanita paruh baya itu sedang tidak enak badan."Bibi nggak papa kan?" tanya Sena yang melihat raut wajah Bi Lisa menjadi sedikit pucat."Ehhh... Anu non, saya nggak papa kok," jawab Bi Lisa yang seperti kebingungan."Yakin bibi nggak sakit? Terus kenapa wajah bibi pucat gitu?""Ini itu non... Tadi saya terkejut mendengar suara non Sena," Bi Lisa mencoba membuat pernyataan yang masuk akal.Sena menganggukan kepalanya sebagai jawaban, "Oh iya bi, Lucy mana? Tadi bibi belum jawab pertanyaan aku,"Bi Lisa yang merasa bersalah langsung bersimpuh di kaki Sena sembari menangis, "Maafkan saya non, maafkan saya,"Sena yang kebingungan pun jongkok, lalu mencoba untuk membangunkan Bi Lisa, "Bibi kenapa? Coba katakan yang jelas, jangan seperti ini,""Maafkan s
Pukul lima pagi Bima terbangun terlebih dahulu daripada Sena. Ia menatap tubuhnya sendiri yang terbalut selimut, lalu menatap ke arah sang istri.Setelah cukup puas memandangi Sena yang masih tertidur pulas dari kejauhan, Bima pun menyingkirkan selimut tersebut, lalu segera bangun dan duduk terlebih dahulu di sofa itu."Lo emang wanita yang baik. Tapi sorry kalo gue belum bisa terima lo."Bima berdiri, lalu berjalan menuju ke samping ranjangnya. Setelah sampai di sana ia langsung mengambil gelas berisikan air di atas nakas, lalu memercikkan air tersebut pada wajah cantik sang istri."Bangun! Jangan sampai mama marah lagi!"Sena yang merasa ada yang mengganggu tidurnya pun langsung membuka matanya. Lalu ia mengusap wajahnya yang terkena percikan air tadi.Sedangkan Bima sendiri sudah berjalan ke depan lemari untuk mencari pakaian ganti."Kamu udah bangun dari tadi?" lontar Sena seraya menatap ke arah sang suami."Hmm...""Mau aku masakin apa?""Nggak usah, lo bantuin bibi aja biar mama
Flashback.Di dalam ruangan ICU di sebuah rumah sakit, terdapat seorang laki-laki paruh baya yang terbaring lemah, dengan beberapa alat medis yang menempel pada tubuhnya.Ya dialah Mirza Alister, ayah kadung Bima dan Viona. Kondisinya cukup mengkhawatirkan, dan kini Bima sedang menemani sang ayah."Bim, papa ingin mengatakan sesuatu kepada kamu," ucap Alister dengan lemah.Bima memegang tangan sang ayah kuat-kuat, "Katakan saja pa,""Tapi kamu harus janji, jangan pernah menolak permintaan papa ini,"Dengan cepat Bima menganggukkan kepalanya, "Katakan pa, Bima akan menuruti semua keinginan papa,"Alister tersenyum kecil, "Papa ingin kamu menikah dengan gadis pilihan papa,"Bima yang mendengarnya tentu saja terkejut, bahkan ia sampai melepaskan tangan sang ayah, "Papa ingin jodohin Bima? Pa, Bima bisa cari calon istri sendiri,""Tadi kamu sudah bilang mau menuruti semua keinginan papa Bim, dan yang papa inginkan hanya itu,""Tapi pa-,"Alister yang tidak mau mendengar penolakan sang put
"Wihh! Makanannya enak banget!" seru Andra setelah memakan sesuap nasi bersama sayur sop buatan Sena."Iya lah, orang yang masak kak Sena!" seru Viona."Hmm... Jadi istri emang harus pandai memasak, kalo nggak suaminya bisa mati kelaparan." Imbuh Sarah.Sepertinya mereka bertiga sudah bersekongkol terlebih dahulu sebelum Sena dan Bima masuk ke ruangan itu."Sudah diam!" seru Bima yang memang membenci ketika ada orang yang berbicara saat sedang makan seperti ini.Sarah, Viona dan Andra yang tidak mau membuat masalah dengan Bima pun lebih memilih untuk diam, dan menikmati saja makanan yang sudah tersaji.Sedangkan Sena sejak tadi diam saja, karena ia tidak ingin membuat sang suami tambah marah..Selepas sarapan bersama, tanpa banyak berkata-kata Bima segera pergi menuju ke luar rumah, diikuti oleh Sena yang berjalan di belakangnya.Kali ini Sarah dan Viona tidak langsung pergi ke ruang keluarga, melainkan mereka berdua ikut pergi ke luar rumah. Begitu pula dengan Andra yang selalu ikut
"Kalo kamu sibuk, aku ambil mobilku sendiri aja yang ada di rumah," Sena memberanikan diri untuk memulai pembicaraan."Nggak usah!" Bima menjawabnya dengan singkat.Sena menghela napasnya dalam, "Yaudah, kalo gitu aku turun dulu. Nanti aku hubungi kamu kalo udah pulang,""Hmm..."Karena sikap sang suami yang masih dingin, Sena segera keluar dari dalam mobil. Kini dirinya langsung pergi menuju ke butiknya, tidak lagi menunggu mobil sang suami pergi dari sana.Sedang Bima sendiri juga langsung melajukan mobilnya menuju ke perusahaannya. Bahkan saat Sena sudah keluar dari dalam mobil, pandangannya masih tetap lurus ke depan, ia benar-benar tidak ingin melirik istrinya itu."Pagi bu Sena!" seru Alin dan Keisha begitu Sena membuka pintu masuk ke butiknya."Pagi Sen," sapa Dara yang sudah duduk manis di belakang meja kasir.Sena yang melihat semuanya datang tepat waktu tersenyum manis, "Pagi,""Tumben banget nih kalian terlihat ceria hari ini, ada apa?" lontar Sena yang sedikit penasaran."
Hena dibuat terkejut dengan perkataan yang keluar dari mulut Andra, "Bagaimana dia bisa tau perasaan gue?" batinnya."Hahaha, nggak usah terkejut gitu. Gue tau kalo lo suka sama dia," celetuk Andra seraya menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi tempat ia duduk."Benar begitu Hena?" lontar Sarah yang penasaran setelah mendengar perkataan sang keponakan.Hena yang tidak bisa mengelak hanya bisa menundukkan kepalanya saja. Di bawah sana ia meremas jari jemarinya sendiri, dengan keringat dingin yang mulai keluar dari tubuhnya."Sial! Gue harus gimana? Pasti bu Sarah marah besar dan pecat gue," batin Hena yang ketakutan."Kalo ditanya itu jawab dong! Jangan diam aja!" seru Viona yang kesal melihat kediaman dari Hena."I-iya bu, maafkan saya," akhirnya Hena menjawabnya, namun masih dengan pandangan melantai.Sarah menyeringai, "Ohh, jadi benar kamu menyukai anak saya?""Maafkan saya bu Sarah, saya sudah lancang. Tapi saya nggak bisa untuk bohongin hati saya sendiri," jelas Hena."Oke ngga
"Dia udah sampe di bandara?" Tanya Sarah yang terlihat senang."Iya ma, dan sekarang aku harus jemput dia," jawab Viona, "Kak berhenti di depan aja, gue mau naik taksi!""Nggak mau kita anterin aja?" tawar Andra."Nggak usah kak, gue bisa jemput dia sendiri." Tolak Viona.Setelah mendengarkan penolakan tersebut, Andra segera menepikan mobilnya. Dan setelah mobil menepi, Viona pun bersiap untuk keluar."Nanti malam ajak Evan makan malam di rumah Vi, udah lama mama nggak ketemu sama dia," pinta Sarah sebelum sang anak membuka pintu mobil."Iya ma, nanti aku ajak dia ke rumah," jawab Viona dengan tersenyum."Yaudah, kamu hati-hati ya,""Pasti ma,""Kalo nggak ada taksi nanti lo telfon kita aja Vi, biar kita putar balik dan jemput pacar lo sama-sama," ujar Andra."Iya kak, lo tenang aja," jawab Viona seraya membuka pintu mobil."Oke."Akhirnya Viona pun turun dari dalam mobil tersebut, lalu setelah ia menutup pintunya Andra kembali melajukan mobil itu menuju ke tempat tujuan awal.Sedangk
"Mertua lo ngeselin banget sih Sen!" seru Dara ketika melihat Sena yang baru kembali dari luar.Sena menghentikan langkahnya tepat di depan meja kasir Dara. Ia menghela napasnya panjang, lalu membuangnya dengan kasar, "Nggak ngeselin sama sekali kok, lo aja yang belum kenal sama dia," jawabnya dengan tersenyum."Ck! Gue nggak tuli Sena! Dari tadi gue bisa dengar semua perkataan yang keluar dari mulutnya!" Dara terlihat tidak terima."Sttt... Udah Dar, nggak enak didengerin pelanggan. Lo fokus aja sama pekerjaan lo, lupakan kejadian tadi,""Oke deh oke! Tapi kalo lo diapa-apain dia bilang gue aja! Biar gue yang urus!""Hahaha lo terlalu lebay Dar, mama Sarah nggak seperti apa yang lo pikirin," Sena masih berusaha untuk menutupi perlakuan sang mertua."Emangnya lo tau apa yang gue pikiran sekarang?""Kita sahabatan udah lama Dara, jadi gue tau persis apa yang ada di otak lo. Pasti lo anggap mama Sarah orang yang jahat dan kejam kan? Padahal aslinya nggak," ucap Sena panjang lebar."Inga