Hena dibuat terkejut dengan perkataan yang keluar dari mulut Andra, "Bagaimana dia bisa tau perasaan gue?" batinnya."Hahaha, nggak usah terkejut gitu. Gue tau kalo lo suka sama dia," celetuk Andra seraya menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi tempat ia duduk."Benar begitu Hena?" lontar Sarah yang penasaran setelah mendengar perkataan sang keponakan.Hena yang tidak bisa mengelak hanya bisa menundukkan kepalanya saja. Di bawah sana ia meremas jari jemarinya sendiri, dengan keringat dingin yang mulai keluar dari tubuhnya."Sial! Gue harus gimana? Pasti bu Sarah marah besar dan pecat gue," batin Hena yang ketakutan."Kalo ditanya itu jawab dong! Jangan diam aja!" seru Viona yang kesal melihat kediaman dari Hena."I-iya bu, maafkan saya," akhirnya Hena menjawabnya, namun masih dengan pandangan melantai.Sarah menyeringai, "Ohh, jadi benar kamu menyukai anak saya?""Maafkan saya bu Sarah, saya sudah lancang. Tapi saya nggak bisa untuk bohongin hati saya sendiri," jelas Hena."Oke ngga
"Dia udah sampe di bandara?" Tanya Sarah yang terlihat senang."Iya ma, dan sekarang aku harus jemput dia," jawab Viona, "Kak berhenti di depan aja, gue mau naik taksi!""Nggak mau kita anterin aja?" tawar Andra."Nggak usah kak, gue bisa jemput dia sendiri." Tolak Viona.Setelah mendengarkan penolakan tersebut, Andra segera menepikan mobilnya. Dan setelah mobil menepi, Viona pun bersiap untuk keluar."Nanti malam ajak Evan makan malam di rumah Vi, udah lama mama nggak ketemu sama dia," pinta Sarah sebelum sang anak membuka pintu mobil."Iya ma, nanti aku ajak dia ke rumah," jawab Viona dengan tersenyum."Yaudah, kamu hati-hati ya,""Pasti ma,""Kalo nggak ada taksi nanti lo telfon kita aja Vi, biar kita putar balik dan jemput pacar lo sama-sama," ujar Andra."Iya kak, lo tenang aja," jawab Viona seraya membuka pintu mobil."Oke."Akhirnya Viona pun turun dari dalam mobil tersebut, lalu setelah ia menutup pintunya Andra kembali melajukan mobil itu menuju ke tempat tujuan awal.Sedangk
"Mertua lo ngeselin banget sih Sen!" seru Dara ketika melihat Sena yang baru kembali dari luar.Sena menghentikan langkahnya tepat di depan meja kasir Dara. Ia menghela napasnya panjang, lalu membuangnya dengan kasar, "Nggak ngeselin sama sekali kok, lo aja yang belum kenal sama dia," jawabnya dengan tersenyum."Ck! Gue nggak tuli Sena! Dari tadi gue bisa dengar semua perkataan yang keluar dari mulutnya!" Dara terlihat tidak terima."Sttt... Udah Dar, nggak enak didengerin pelanggan. Lo fokus aja sama pekerjaan lo, lupakan kejadian tadi,""Oke deh oke! Tapi kalo lo diapa-apain dia bilang gue aja! Biar gue yang urus!""Hahaha lo terlalu lebay Dar, mama Sarah nggak seperti apa yang lo pikirin," Sena masih berusaha untuk menutupi perlakuan sang mertua."Emangnya lo tau apa yang gue pikiran sekarang?""Kita sahabatan udah lama Dara, jadi gue tau persis apa yang ada di otak lo. Pasti lo anggap mama Sarah orang yang jahat dan kejam kan? Padahal aslinya nggak," ucap Sena panjang lebar."Inga
Flashback.Di sebuah rumah minimalis dan terlihat sederhana, itulah tempat tinggal keluarga Sena. Sebuah keluarga yang sederhana, dan kedua orang tuanya hanyalah seorang buruh pabrik saja.Saat tengah malam, lebih tepatnya pukul 22.45, ketika semua orang sudah tertidur lelap tiba-tiba saja terjadi kebakaran di rumah itu. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah karena korsleting listrik."Uhuk... Uhuk..."Ibu Sena yang merasakan sedikit sesak napas mencoba untuk membuka matanya. Ia kebingungan, karena tidak memiliki riwayat asma, namun tiba-tiba saja napasnya menjadi sesak.Ketika matanya sudah terbuka, ia melihat ke arah pintu kamar yang tertutup. Di balik pintu tersebut terlihat cahaya yang begitu terang. Sampai pada akhirnya ia menyadari apa yang telah terjadi di rumahnya itu."Pak ada api pak!" seru ibu Sena yang bernama Dira.Dira terus mengguncang tubuh sang suami yang sedang tertidur lelap di sampingnya.Bagas, suami Dira yang merasakan guncangan dari sang istri pun langsung t
"Tumben banget Sen suami lo udah sampe, kemarin aja lo pulang dia belum ada di sini," cetus Dara yang berdiri tepat di depan pintu butik."Udah jangan diomongin lagi," jawab Sena yang baru saja selesai mengunci pintu butiknya, "Kenan udah jemput lo atau belum?""Belum, paling sebentar lagi juga udah sampe," jawab Dara."Mau gue temenin sampe dia datang?" tawar Sena."Nggak usah deh Sen, lo langsung pulang aja. Takut suami lo marah," Dara sedikit berbisik, karena takut Bima mendengarnya, padahal jarak mereka saja cukup jauh."Beneran nih nggak papa?" tanya Sena memastikan."Iya Sen!""Yaudah deh, kalo gitu gue duluan ya,""Iya Sen hati-hati."Sena pun berjalan menghampiri mobil Bima yang sudah terparkir di tepi jalan. Ia sedikit mempercepat langkahnya, karena takut laki-laki tersebut akan memarahinya."Maaf ya aku lama," ucap Sena setelah masuk ke dalam mobil."Hmm..." seperti biasanya, Bima hanya berdeham saja, lalu ia segera melajukan mobilnya menuju ke rumahnya."Kamu udah lama samp
"Sena?!" seru Evan ketika melihat wanita yang duduk sendirian adalah seseorang yang ia kenal.Sena yang tadinya menundukkan kepalanya pun langsung mengangkatnya, lalu menatap ke arah seseorang yang memanggilnya, "Evan?!" ucapnya dengan tersenyum manis.Sena dan Evan memanglah teman lama, dan mereka sudah tidak bertemu sejak lulus sekolah menengah atas. Kini keduanya tidak menyangka jika akan bertemu lagi di sini."Lo apa kabar Sen? Kenapa lo ada di sini?" lontar Evan yang terlihat antusias."Gue-,"Belum sempat menjawab, Bima yang memang dalam keadaan marah langsung memotong pembicaraan sang istri, "Kalo mau ngobrol silakan keluar! Di sini tempat untuk makan!"Seketika itu juga, semua orang yang duduk di sana langsung terdiam, dan tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun."Kok Evan bisa akrab sama si miskin itu sih?! Bikin gue bete aja," batin Viona yang semakin membenci Sena."Ada hubungan apa mereka berdua? Bisa kenal dari mana?" Sarah bertanya kepada dirinya sendiri di dalam hati
"Dasar menantu nggak tau diri! Udah siang gini baru bangun. Mau kamu kasih makan apa suamimu?!"Sarah Angelina atau biasa dipanggil Sarah, ia begitu tak bisa menjaga perkataannya, ketika melihat sang menantu yang baru saja masuk ke dalam ruang makan."Maaf ma, aku kecapean karena acara semalam." Jawab seorang wanita cantik dengan tubuh tidak terlalu tinggi, berkulit putih, rambut panjang berwarna hitam, dan memiliki mata coklat yang indah, dengan menundukkan kepalanya.Dialah Sena Felicia, atau biasa dipanggil Sena. Istri dari Bima Alister yang berstatus sebagai seorang CEO di perusahaan Alister Group."Ck! Alasan saja, bilang aja kalo kamu orang yang malas!" ketus Sarah."Bener tuh ma! Kasihan banget kak Bima, dapat istri pemalas kek dia." Sahut seorang gadis cantik, berkulit putih dan berambut pendek yang bernama Viona Alister. Dialah adik dari Bima.Sena menghela napasnya dalam, "Aku beneran capek ma, Vi,""Nggak usah banyak alasan kamu! Kamu itu harus sadar diri, dan sadar posisi.
"Ide kamu bagus juga," ucap Sarah sembari menyeringai."Tunggu apa lagi ma? Cepat hubungi kak Andra!" seru Viona yang terlihat tidak sabar lagi."Iya mama akan hubungi dia."Sarah segera mengambil ponselnya yang berada di atas meja tepat di hadapannya, lalu dia bergegas membukanya dan langsung menghubungi sang keponakan yang bernama Andra.Tuttt... Tuttt... Tuttt...Tak membutuhkan waktu lama lagi, Andra langsung mengangkat panggilan yang masuk dari tantenya itu."Halo tan, ada apa? Tumben banget telepon aku," lontar Andra dari seberang telepon."An, gimana kalo mulai saat ini kamu tinggal di sini saja? Daripada kamu tinggal di sana sendirian kan?" tawar Sarah yang tidak mau menyampaikan tujuannya yang sesungguhnya."Nggak ah tan, nanti Bima marah lagi sama aku. Aku kan hanya pengangguran saja,""Udah kamu tenang aja, nanti biar tante yang urus dia,""Beneran nih tan? Nggak masalah kalo aku tinggal di sana?" tanya Andra yang masih ragu."Iya beneran. Lebih baik sekarang kamu siap-siap