Lea tiba-tiba merasa bimbang, ketika semua sudah siap ia malah merasa ragu dengan itu. Hatinya begitu berat meninggalkan semuanya, terutama meninggalkan Lio yang rasanya sudah masuk ke dalam hatinya.
“Kakak sudah di depan, segeralah keluar sebelum ada yang datang.” Isi pesannya.
Lea begitu bimbang, kenangan-kenangan bersama Lio bagaikan sebuah film. Terus berpuar mengingatkannya akan kenangan manis keduanya.
Lea tak sanggup menahan itu semua, ingin ia menangis dan berteriak. Ingin rasanya ia berlari kedalam pelukan Lio.
“Maafkan aku, maafkan aku Lio.” Lirih Lea membekap bibirnya.
Mobil itu melaju, meninggalkan rumah penuh kenangan dengan membawa Lea ikut bersamanya.
Keputusan sudah di ambil, Lea memilih kembali ke pelukan keluarga kandungnya. Lea tak ingin ancaman Lius jadi kenyataan, jika sampai itu terjadi maka keluarga Sekar akan dalam masalah besar.
“Skandal suadara ipar keluarga Dharmendra,” li
Sebuah pesawat mendarat dengan aman, semua penumpang mulai turun satu persatu.Seorang laki-laki berseragam datang dengan membawa sebuah kursi roda.“Duduklah, kau pasti lelah.” Ujar Leo pada adiknya.Dengan begitu patuh Lea duduk di atas kursi roda. Tak ia pungkiri jika dirinya memang begitu lelah, bukan hanya karean perjalanannya namun juga semua masalah yang ada di pundaknya.“Aku sudah merindukan kalian semua, “ batin Lea.Sebuah mobil membawanya melaju menjauhi bandara, Lea menatap pemandangan sepanjang perjalanannya.Mobil memasuki kawasan yang begitu asri, banyak pepohonan yang tumbuh subur dan menjulang tinggi di setiap jalan. Disekitarnya juga ada banyak tumbuhan bunga dengan bermacam jenis.“Kita sudah sampai.” Ucap Leo.Rumah berlantai satu, namun begitu luas dan sangatlah asri.Didepan rumah ada seorang laki-laki paruh baya duduk di atas kursi rodanya.“Itu aya
Selama tiga tahun ini, Leo benar-benar melatih adiknya menjadi wanita tangguh. Lea yang dulu lemah kini menjelma menjadi wanita tangguh yang disegani anak buahnya.Menjalankan bisnis bersama dengan kakaknya membuat Lea mengerti tentang apa yang selama ini dirasakan Lio sebagai pebisnis, lelah namun harus tetap bekerja.“Sudah tiga tahun, tapi tak sekalipun aku bisa melupakannya.” Batin Lea.Seseorang mengetuk pintu ruangan Lea, “Permisi nona, tuan Wilson memanggil anda.”“Ehm.”Wilson duduk dengan wajah nampak cemas, ia menunggu putrinya datang. Entah apa masalahnya, namun Wilson nampak begitu tak seperti biasanya.Wajah tenangnya kini berubah menjadi begitu cemas, bahkan guratan ketakutan begitu jelas menghiasi wajah tampan termakan usia.“Ayah, kau mencariku?”“Putriku, duduklah. Ayah ingin bicara denganmu.”Lea sudah bisa menebak apa yang ingin disampaikan ay
Rania merasa kecewa dengan pesan yang dikirimkan Toni padanya, walau ia sendiri sudah tahu hal ini akan terjadi. Namun rasa kecewa tak bisa ia tutupi, dihari besarnya ini ia ingin seluruh keluarganya datang dan menghadiri pernikahan.Ini adalah pernikahan setelah dirinya terpuruk karena Leo yang memutuskannya secara sepihak, entah apa alasan dibalik itu semua namun Rania berusaha menerimanya.“Apa pernikahanku ini tidak penting untukmu, Lio? Aku masih kakakmu, sedang Lea masih orang luar untuk kita.” Gumamnya.Rania begitu sedih, ia ingin sekali menangis. Setelah kejadian perginya Lea, keluarganya benar-benar tak lagi sama. Semua seakan kini sibuk dengan dunianya masing-masing.Ia tahu keluarganya merindukan Lea, begitu pun juga dirinya. Ia juga merasa bersalah atas apa yang sudah Lius perbuat pada mantan istrinya itu, namun Rania juga tak bisa berbuat apa-apa.“Kalau kau ada disini, semua ini akan berbeda rasanya. Tidak akan sedi
“Apa yang anda lakukan di depan rumah saya?” seorang wanita menelisik penampilan Lio dari atas hingga bawah.Ada gurat kekecewaan dari wajah Lio, ia begitu yakin jika itu adalah cintanya. Namun saat kenyataan menyadarkannya, semua seakan meruntuhkan dirinya.“Oh, maaf. Saya kira ini rumah teman saya.”Setelah mengatakan itu, Lio buru-buru masuk kembali ke dalam mobil dan meninggalkan jalan tersebut. Ia memukul kemudinya secara bertubi-tubi.“Bodoh kau Lio, bagaimana bisa salah mengenali orang.”Saat mobil Lio melintas, Lea tertarik untuk melihatnya.“Ada apa? Kau mengenal orang itu?” tanya Leo.“Mana mungkin, “ sahut Lea.Ketiganya kembali bersenda gurau kembali, saling melempar canda hingga saling tertawa.Lea nampak begitu bahagia, walau Leo tahu jika adiknya itu menyimpan rindu yang teramat besar.“Sudah sore, kalian lekas bersihkan diri.”
Hari ini adalah hari ketiga Lio mencari Lea, namun hingga saat ini tak ada petunjuk apapun tentang itu. Sempat frustasi, namun Lio meyakinkan dirinya untuk bisa kembali bertemu dengan dunianya.Pagi ini ia memilih untuk berlari mengelilingi kawasan rumahnya, Lio ingin sejenak melupakan rasa putus asanya.Bersamaan dengan itu, nampak Lea juga tengah bersiap untuk lari pagi dengan anaknya. Hari ini Leo tak ikut serta, kesehatan ayahnya kurang bagus dan itu membuat Leo cemas.“Kak, kau benar tidak ikut?”Leo ingin memberitahu keadaan ayahnya, namun Wilson menahan putranya.“Tidak, aku mengantuk. Aku ingin tidur dengan ayah.”“Dasar anak ayah,” teriak Lea membalas.Ada raut sedih ketika Lea mengatakan itu dengan tawanya, ia tak bisa membayangkan wajah itu dengan raut sedihnya lagi. Leo tak bisa menerima itu semua, baginya sudah cukup tiga tahun kebelakang adiknya menelan kesedihan.Lea keluar den
Ini adalah hari kedua setelah pertemuannya dengan Brian, Lio terus memandangi foto keduanya dengan begitu takjub.Lio terus dibuat tak asing dengan paras tampan Brian, baginya wajah itu sangat tak asing di matanya.“Kenapa rasanya aku begitu nyaman dengan anak ini?” membelai foto Brian.Sedang senang-senangnya menatap potret tampan Brian, tiba-tiba panggilan dari Toni masuk. Membuat Lio mengumpati asistennya itu.“Apa kau selalu senang menggangguku?” teriaknya.Disebrang sana Toni hanya diam, ia tak tahu jika panggilannya akan mengganggu kesenangan tuannya, dan kesenangan macam apa yang ada dalam pikiran tuannya.“Katakan, kalau sampai ini sesuatu yang tak penting maka bersiaplah kau pindah ke Afrika.”“Maaf sudah mengganggu kesenangan, Tuan. Walau saya tidak tahu, jenis kesenangan apa yang ada dalam konteks ini.”“Toni,” geramnya.“Saya hanya ingin melapo
Lasmi merasa kesakitan di setiap pergelangan tangannya, semua begitu gelap ketika ia membuka mata. Berusaha meronta, namun ia hanya menyakiti dirinya.Lasmi menangsi dalam diam, bukan hanya tak bisa melihat namun ia juga tak bisa bersuara.“Apa yang terjadi denganku, kenapa aku tak bisa mengeluarkan suara?” batinnya.Lasmi terus berusaha mengeluarkan suaranya, hingga air matany menetes pun ia masih tak bisa bersuara.“Ada apa denganku, “ tangisnya dalam hening.Pintu terbuka, derap langkah seseorang semakin mendekat membuat Lasmi ketakutan. Namun ia merasa tak asing dengan aroma yang menusuk hidungnya.“Lius?”“Buka.” Perintahnya.Matanya mengerjab berkali-kali, menyesuaikan dengan cahaya yang begitu silau menusuk matanya.Lasmi terkejut, matanya kini melihat Lius duduk tak jauh dari hadapannya dalam diam.“Akfhjdnynyruesjnfuskrmhufs,” berusaha mengeluark
Rania begitu menyemangati dirinya untuk tetap kuat dengan keadaan ini semua, tak lagi ada kemewahan seperti yang selalu ia terima. Matanya menyisir seisi gudang, mencari barang yang bisa di jadikannya bantal atau sekedar selimut.Ia kembali pada kardus berisikan kain bekas, disana ada beberapa kain yang tersimpan rapi dalam plastic vakum.“Akhirnya aku menemukan selimut juga,” senangnya.Namun saat ia mengangkat semua tumpukan kain itu, matanya menatap bingkai dengan gambar yang taka sing.“Lea?”Tangannya terulur, meraih dan membersihkan pigura dengan gambar wajah Lea.“Benar, ini Lea. Apa hubungan Zaky dengan Lea?”Buru-buru Rania menyembunyikan piguran itu dibawah kain diatas kasurnya.Tak terasa hari sudah berlalu dengan cepat, malam pun tiba menyapa para penghuni bumi.Rania hanya bisa meringis di atas ranjang, menekan perut yang sedari tadi meminta makanan juga minuman.Se