Pengantin baru itu baru saja tiba di sebuah resort, mata Naila sudah memandang kagum semua ornament yang saat ini tertangkap oleh mata indahnya.
“Wah, indah sekali.” Gumamnya.
“Jangan jauh-jauh, nanti hilang siapa yang mau cari.”
Dengan wajah cemberut Naila menghampiri suaminya,” ya tentu saja suamiku, kalau dia mau cari juga sih.”
Sindiran halus itu masih mampu di dengar, membuat Toni segera berbalik dan mengeratkan jemarinya dengan jemari istrinya.
“Aku disini untuk berbulan madu, bukan untuk main drama penculikan.”
Hal itu membuat Naila mendengus kesal, namun ia juga tak menolak genggaman tangan dari laki-laki yang kini sudah sah menjadi suaminya itu.
Tanpa disadarinya, ia melengkuhkan sebauh senyuman ketika menatap jemarinya yang saling bertaut.
Matanya menatap tak percaya apa yang sekarang ada di hadapannya. Tak pernah sekalipun ia membayangkan menikahi laki-laki yang selalu
Pengantin baru itu baru saja tiba di sebuah resort, mata Naila sudah memandang kagum semua ornament yang saat ini tertangkap oleh mata indahnya.“Wah, indah sekali.” Gumamnya.“Jangan jauh-jauh, nanti hilang siapa yang mau cari.”Dengan wajah cemberut Naila menghampiri suaminya,” ya tentu saja suamiku, kalau dia mau cari juga sih.”Sindiran halus itu masih mampu di dengar, membuat Toni segera berbalik dan mengeratkan jemarinya dengan jemari istrinya.“Aku disini untuk berbulan madu, bukan untuk main drama penculikan.”Hal itu membuat Naila mendengus kesal, namun ia juga tak menolak genggaman tangan dari laki-laki yang kini sudah sah menjadi suaminya itu.Tanpa disadarinya, ia melengkuhkan sebauh senyuman ketika menatap jemarinya yang saling bertaut.Matanya menatap tak percaya apa yang sekarang ada di hadapannya. Tak pernah sekalipun ia membayangkan menikahi laki-laki yang selalu
Ikhsan menjadi pendiam setelah pesta pernikahannya usai. Hanya akad nikah, tak ada pesta meriah seperti pada umumnya.Namun itu adalah salah satu syarat yang diajukan Iksan kepada orang tuanya, bukan tak ingin mengadakan pernikahan mewah namun ia hanya merasa enggan.Ayu menatap sendu suaminya, ingin rasanya ia melangkah mendekat dan memeluknya layaknya pasangan halal lainnya.“Apa sesakit itu yang kamu rasakan, Gus. Sampai-sampai kamu menjadi sangat berbeda.” Batin Ayu.Keduanya menerima hadiah pernikahan yang sudah disiapkan, Toni, dengan mengatas namakan Naila. Ia ingin secara tidak langsung Ikhsan tahu jika Naila kini sudah menjadi miliknya.Dan disinilah pengantin baru itu, Bali.Tempat yang disediakan Toni tak main-main, vila dengan view laut memanjakan mata mereka ketika membuka jendela kamar.Tak sedikit uang yang harus dikeluarkan, namun itu tak sebanding dengan rasa puas yang akan di rasakan Toni.
Lea termenung di sudut ruang dimana Lisa kakaknya berada, tubuhnya yang lemas membuatnya tak lagi mampu untuk sekedar melangkah.Matanya sudah sangat merah dan sembab, belum lagi kondisi tubuhnya yang tak begitu baik.Suara deru langkah terdengar begitu memekakan telinga, mata merah itu mulai terpejam mengharapkan seseorang datang memeluknya.“Sayang.”Hancur hati Lio saat melihat kondisi istrinya.Duduk diatas dinginnya lantai dengan mata sembab, terlebih ia hanya seorang diri di dalam ruang jenazah itu.“Maaf aku terlambat.”Lio mendekap erat tubuh istrinya, ia ingin hawa panas segera menyalur pada tubuh dingin sang istri dalam dekapannya.Lea yang enggan menangis hanya bisa menikmati pelukan itu tanpa ingin membalasnya.Tak mendapat balasan, Lio segera mengurai pelukan. Tangannya merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantik Lea dengan begitu lembut dan telaten.“Orang-orang aku sudah mengurusnya, dia akan dimakamkan hari ini juga dekat dengan ibunya.”Lea menganggukkan kepalany
Antonio sudah sangat jengah menunggu putranya keluar, sedang sejak tadi ponselnya terus berdering penuh dengan informasi.“Dasar bocah busuk.”Jika tak mengingat Lisa, ia tak akan pernah mau menunggu putranya yang lama itu.Namun demi Lisa, yang juga adalah menantu walau tak diingininya Antonio bertahan menunggu kedatangan Lius.“Daddy.”Mendengar sapaan itu, Antonio menghela nafas. Ia memejamkan mata mengatur emosi yang akan timbul tiap kali bersitatap dengan putra keduanya itu.“Apa cucuku sudah diasingkan?”“Sudah tuan besar, tuan muda bersama kakeknya ada ditempat yang aman. Begitu juga nona, Rania.”Lius memicingkan mata, menatap curiga pada ayahnya yang berbisik dengan salah satu anak buahnya.“Ada apa ini?”Antonio menatap kesal pada Lius yang kini memilih duduk dihadapannya. Menatap tajam sang putra, Antonio berusaha merangkai kata agar tak menyen
Sepanjang proses pemakaman Lisa, langit terlihat begitu gelap tak bersahabat. Entah ikut merasakan kesedihan atau malah sebaliknya, kita taka da yang tahu.Angin berhembus dengan begitu kencang, membawa dedaunan berguguran berserakan di atas tanah.Lius masih terdiam di pusaran Lisa, ia sama sekali tak membiarkan Lea untuk mendekat walau hanya sekedar tabur bunga.Lea bersedih, ia hanya ingin menabur bunga pada peristirahatan kakaknya namun Lius terus saja menolak kehadirannya.“Jangan keterlaluan, Lius.” Geram Lio saat melihat istrinya terus saja di dorong menjauh.“Bawa istri sialanmu ini pergi!”“Kau yang sialan!”Antonio berusaha menahan bahu putranya, hanya tersisa mereka saat ini dan itu membuat Antonio sedikit bernafas lega.Sekar menatap sendu putra keduanya, ada rasa sakit saat melihat betapa kacaunya putranya itu saat ini. Tidak mudah memang kehilangan orang yang dicintainya, dan bagaimanapun juga Lius mencintai istrinya terlepas dengan apa yang pernah di lakukannya.“Besok s
Semua orang tercengang dengan apa yang saat ini telah terjadi, Toni dengan sigap segera melerai pertikaian itu.Leo yang melihat adikanya tak sadarkan diri segera menghampirinya dan membawa Lea dalam dekapannya. “Adik, bangun. Ini kakak, dek.”“Tuan Leo,” cicit Naila.“Tuan, tuan Leo.”Hingga tiga kali panggilan barulah Leo merespon Naila, dan pandangannya pun mengikuti arah pandang Naila.“Darah, tuan.”Semua orang terkejut, semua panik seketika. Darah segar mengalir dari sela kaki LeaSekar menatap panik menantunya, ia tahu darah apa itu dan berteriak pada semua orang disana.“Cepat bawa ke rumah sakit!” hal itu membuyarkan lamunan Lio yang sempat syok.Dengan cepat Lio mengikuti kemana Leo membawa tubuh istrinya.Wilman ikut bersama putranya begitupun dengan Toni yang ikut serta membawa sang istri guna untuk diobat.Dan tersisa hanya keluarga Antonio disana.Plak!“Apa yang sudah kamu lakukan! Lihat perbuatanmu ini!” amuk Sekar. Mengingat wajah Lea membuat Sekar diliputi amarah.“I
Seorang pria dengan aura dingin berjalan melewati setiap karyawan di perusahaannya, mata elang itu dengan cepat menyihir setiap kaum hawa yang dilewatinya.Tak banyak bicara, namun sudah banyak kaum hawa yang tergila-gila dengannya. Namun laki-laki itu terlalu dingin untuk sekedar bertegur sapa.“Tuan, semuanya sudah siap.”“Ekm.” Singkatnya.Brian, sosok generasi muda yang sedang di elu-elu kan sebagai eksekutif muda yang berhasil mengembangkan namanya.Balita yang dulu begitu menggemaskan kini sudah menjelma menjadi pemuda yang begitu gagah seperti papanya.Langkah kaki yang begitu berderap membuat jantung tiap orang ikut berdetak tak karuan. Hanya derap langkah namun mampu membuat beberapa orang panas dingin.Kritt. [suara pintu dibuka]Jonathan, membuka pintu dan mempersilahkan tuan mudanya untuk melangkah masuk terlebih dahulu.Laki-laki yang biasa di sapa Jo itu dengan wajah dinginnya menata
Hari ini Lio nampak begitu bersemangat, sejak pagi ia sudah mempersiapkan diri dengan penampilan yang sangat menawan. Yah, walaupun setiap harinya Lio masih nampak tampan dengan usia matangnya.Walau sudah berumur namun Lio masih menjaga tubuh dan penampilannya, tak jarang ia nampak bak adik kakak ketika bersandingan dengan Brian yang adalah putra pertamanya.Sedikit cerita, Brian sudah mengetahui tentang siapa ayah kandungnya. Singkat cerita, hal itu bermula dari Lius yang mulai berani mengirim pesan pribadi ke ponsel Brian.Karena merasa tak diperhatikan putranya, Lius yang geram segera membuka jati dirinya pada sang putra. Hal itu sempat membuat keluarganya panik lantaran Brian yang berubah sangat dingin pada sekitarnya.Back to now,Brian menatap ayahnya dengan tatapan kekaguman. Sejak kecil, Lio selalu menjadi pahlawan juga panutan baginya.Brian tersenyum menatap pantulan ayahnya dari kaca, ia menggelengkan kepala merasa lucu dengan ti