Home / Romansa / Istri Super Jorok / Belatung di Westafel

Share

Istri Super Jorok
Istri Super Jorok
Author: Gleoriud

Belatung di Westafel

Author: Gleoriud
last update Last Updated: 2022-06-04 09:54:19

"Mar, aku mau makan, satu pun tak ada piring bersih."

"Iya, belum dicuci," sahutnya, dia muncul dari arah dapur, dengan daster bergelimang tepung. Ya, ampun, apa di rumah ini tidak ada lap tangan? Sampai-sampai dia menjadikan dasternya sebagai lap?

Aku mendecakkan lidah, dua Minggu kerja di luar kota, pas pulang, mendapatkan kejutan, rumah seperti kapal pecah, panci sudah berada di ruang tamu, kain berserakan di sana sini, dan ... Aku langsung mual. Saat kulihat, westafel dengan piring kotor, dikerumuni binatang menjijikkan. Belatung.

"Huweeek."

Aku berlari ke kamar mandi, perut kosong, tapi masih memuntahkan air.

"Mas, kamu kenapa? Sakit?" tanya dia tak bersalah. Aku memandangnya kesal.

"Itu, piring sudah berapa lama tak dicuci?"

"Hehehe." Dia tersenyum bodoh, memuakkan. "Kerannya rusak."

"Kan, bisa diangkat ke kamar mandi, bisa cuci di sana. Ya ampun." Aku berlalu, berusaha menahan mataku agar tak melihat ke westafel.

Entah apa saja kerjanya di rumah, kami masih terhitung sebagai penganten baru, baru tiga bulan menikah. Aku bekerja di luar kota di perusahaan tambang minyak. Gajiku lebih dari dua puluh lima juta sebulan dan dua puluh jutanya kukasih ke dia. Lalu apa ini? 

Bukannya bisa melepas lelah saat di rumah, aku malah tidak betah. Rasa lapar langsung hilang, berganti dengan rasa aneh di perutku, apalagi terbayang binatang menjijikkan yang sudah berpesta pora di westafel.

"Sampai kapan kamu mau begini, Marni? Setidaknya, bersihkan rumah, cuci piring dan bersihkan dirimu, apa kau nyaman dengan kamar seperti ini?" tanyaku, mataku menangkap selimut masih bergulung dan alas kasur yang sudah tanggal dari tempatnya.

"Maaf, Mas." Dia menunduk.

Aku menghela nafas, jangan salahkan aku yang tak pernah menyentuhnya, baru mendekat, aku sudah kehilangan selera. Saat mencium bau yang tidak sedap dari tubuh istriku, yang bernama Marni.

***

"Ayo, bergerak, Marni! Aku tak bisa melihat rumah begini." Aku mengacak rambutku kasar. Marni masih bingung sambil memilin ujung dasternya.

"Donatnya, belum jadi."

"Siapa yang mau donat?" tanyaku kesal.

"Mas, kan?"

"Aku sudah nggak selera. Sekarang, tugasmu, mencuci piring, pastikan tak ada satu pun binatang itu tertinggal, angkat piringnya ke kamar mandi. Ya ampun, aku sudah percayakan semua padamu, karena aku jarang di rumah."

Aku mengambil sapu, bingung mau memulai dari mana, bahkan, satu sampah yang kulihat dua Minggu yang lalu, masih tergeletak di tempatnya. Artinya, sudah dua Minggu juga Marni tidak menyapu rumah.

"Marniiii," panggilku.

"Ya, Mas," sahutnya berlari ke ruang tamu, tangannya masih dipenuhi busa.

"Ini, bersih apa kotor?" Aku menunjuk tumpukan pakaian yang teronggok di sofa. Ada juga pakaian di kursi meja makan.

"Ada yang bersih, ada yang kotor."

"Kita anggap kotor semua," kataku mengangkat tumpukan kain itu, memasukkannya ke mesin cuci. Bahkan satu pakaian dalam yang digunakan dua Minggu lalu, masih terdapat di mesin cuci. 

Sabar, sabar, itulah pesan ayahku, jika menghadapi istri. Akan tetapi, sampai kapan aku bersabar? Walau jengkel, dengan cekatan aku melipat pakaian yang masih berada di jemuran di belakang ruman, kain dua Minggu lalu.

Pakaian yang kulipat, kuletakkan di lemari, tak sengaja aku menyenggol kotak plastik yang diletakkan oleh Marni secara asal.

Tumpukan uang, berhamburan jatuh ke lantai. Banyak sekali, semuanya pecahan seratus ribu. Aku sampai terkejut bukan main.

***

Namaku Anto, umur tiga puluh enam tahun, cukup terlambat untuk menikah. Aku tak punya waktu untuk mengenal perempuan di dalam hidupku. Sibuk bekerja di luar kota dan hanya bisa libur sekali dua Minggu. 

Masih ingat percakapan dengan ayah, sebelum aku menikahi Marni.

"Anto, sudah bertemu jodoh?"

"Belum, Yah. Saya, kan, sudah percayakan sama Ayah," sahutku sungguh-sungguh. "Kalau menurut ayah baik, pasti dia baik."

"Baiklah, ada seorang gadis, dia baik, sopan dan ramah."

"Benarkah, Yah?"

"Benar, Ayah pikir, jika kamu menikah dengannya, kamu juga bisa membantu hidupnya, dia gadis yatim piatu dengan enam orang adik."

"Siapa dia?"

"Marni."

Aku mengerutkan kening, belum pernah mendengar namanya. Atau mungkin karena aku jarang bergaul.

"Adik-adiknya di mana?"

"Di sebuah rumah peninggalan orang tua mereka."

"Saya percaya, pilihan Ayah tidak akan salah."

Begitulah percakapan kami waktu itu, Ayah tidak salah mengatakan bahwa Marni adalah wanita yang sopan dan lembut bicaranya, dia sama sekali tak pernah meninggikan suara, saat diajak bicara pun, dia lebih banyak menunduk dari pada menatap mataku secara langsung. Akan tetapi sifat pemalas dan joroknya tak bisa kutoleransi. Aku mengira, bahwa wanita itu akan betah dengan rumah yang bersih, pakaian yang rapi atau suka berdandan. Akan tetapi, Marni berbeda. Dia lebih suka memakai daster kumal yang itu itu saja, rambutnya diikat asal, wajahnya tak pernah dipoles bedak. Sebenarnya Marni cantik, hanya saja ... jorok. 

Memang, di awal menikah saat malam pengantin kami, Marni nyaman langsung tidur dengan dempulan tebal di wajahnya, tanpa membuka bulu mata palsu, bahkan tanpa menggosok gigi. 

Kami yang hanya bertemu sekali, tentu belum sedekat itu untuk saling berkomunikasi. Aku juga sungkan menyuruhnya untuk membersihkan diri malam itu, takut dia tersinggung.

Marni baik, tapi apakah baik saja cukup untuk pernikahan kami? Berulangkali aku menasehatinya, sampai saat ini, dia belum berubah.

Related chapters

  • Istri Super Jorok   Gulungan Rambut di Dalam Sop

    "Mar, nanti sore ibu datang," kataku pada Marni. Dia terlihat kelelahan, padahal tugasnya hanya mencuci piring. Aku baru saja beristirahat setelah tiga jam membersihkan rumah tanpa henti. Banyak benda ajaib yang kutemukan, salah satunya celana dalam bekas pakai milik istriku yang bernama Marni. Rasanya ingin marah, tapi aku ingat nasehat ayah, sabar.Marni panik. Dia memang agak takut dengan ibuku, ibuku bukan pemarah, tapi tegas. Dia akan mengatakan sesuatu sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya. Satu lagi, ibuku memiliki kebiasaan yang bertentangan dengan Marni, ibu pecinta kebersihan, untung saja kami tinggal terpisah, kalau tidak, entah apa yang terjadi."Ibu? Wah, kita masak apa?" Dia langsung bangkit. Sedikit panik, terlihat dari gesture tubuhnya yang meremas jarinya satu sama lain."Sebelum masak, kamu mandi dulu, aku tak mau kamu pakai baju yang ini lagi, rambut kamu yang panjang, kalau cuma bikin ribet, dipotong saja, dari pada digulung-gulung begitu." Aku berharap, tak ad

    Last Updated : 2022-06-04
  • Istri Super Jorok   Rumah untuk Adik

    "Apa itu tadi? Rambut di dalam sop." Aku mengusap wajah kasar. Mungkin aku bisa memahami Marni, tapi ibu, ibu bukan orang yang pemaaf. Dia bisa jera, bahkan takkan lagi memakan masakan Marni seumur hidup."Maaf, aku ... Aku ... Aku hanya menggunakan panci yang ada di bawah kolong ... Itu ... Itu ...." Marni tergagap, dia hampir menangis."Kau sudah memastikan benda itu bersih?""Dulu, dulu sudah dicuci, pasti bersih.""Dulu? Kapan? Jadi kau gunakan panci yang sudah lama tidak dipakai tanpa mencucinya, aku tak tau kau seceroboh itu, Marni.""Maaf," katanya menangis."Kau selalu mengatakan maaf, tapi tak pernah berubah. Haruskah semua pekerjaan itu diarahkan dulu? Apa kau tak punya inisiatif? Keran yang rusak, bukankah kau punya kaki dan punya uang untuk mencari tukang service, kenapa menungguku yang jelas-jelas tak di rumah? Apalagi yang kurang, Marni. Aku tak menuntutmu bekerja, aku memberikan uang yang cukup, apakah aku juga yang harus mengarahkan ke mana uang itu harus digunakan? Bu

    Last Updated : 2022-06-04
  • Istri Super Jorok   Namaku Marni

    Pov MarniAku Marni, kakak dengen enam orang adik. Adikku tiga laki-laki dan tiga perempuan. Ayah telah meninggal sepuluh tahun yang lalu, saat dia tak mampu bertahan karena penyakit paru-parunya. Sedangkan ibu, menyusul lima tahun kemudian. Setelah kematian ayah, ibu seperti kehilangan semangat, mereka tak pernah berpisah, ke ladang sama ke ladang, di rumah pun seperti teman akrab.Ibu yang awalnya sehat, mulai sakit-sakitan, badannya kurus dan susah makan. Hingga beberapa tahun kemudian ibu menyusul ayah.Tak ada yang istimewa denganku, hari-hari kuhabiskan di rumah, berkutat dengan dapur, aku terbiasa memasak dalam porsi yang banyak, karena banyak mulut yang akan makan di rumah kami. Kami punya ladang sawit, lumayan luas, hingga saat ayah ibu tiada pun, kami tak perlu memikirkan uang bulanan. Akan ada orang yang mengantar ke rumah uang hasil panen sawit kami.Sejak kecil, ibu dan ayah tak pernah mengarahkan apa pun, semua terjadi secara alami. Beliau pergi pagi pulang petang. Yang

    Last Updated : 2022-06-04
  • Istri Super Jorok   Mertua

    Pov Marni***Mas Anto telah pergi dua jam yang lalu, meninggalkan aku sendiri yang mulai merasa mengantuk. Bagiku, tempat tidur adalah tempat paling nyaman, bahkan jika diajak untuk jalan-jalan, aku lebih memilih tidur seharian.Sebelum pergi, Mas Anto menyetrika bajunya sendiri, dia tak mempercayakan pekerjaan itu padaku. Bahkan setelah aku mencuci bajunya, dia mengulang lagi mencucinya.Mas Anto yang aneh. Walau bagaimana pun dia adalah suamiku. Aku menutup pintu dengan semangat, lalu masuk ke dalam kamar, apa lagi kalau bukan kegiatan yang paling menyenangkan. Tidur.***Tiga hari sudah Mas Anto pergi, kami tak pernah saling telpon, karena lokasi penambangan minyak bumi dan gas Mas Anto tak memiliki sinyal. Aku tak masalah, asalkan dia pulang dua kali sebulan.Tiba-tiba pintu diketuk, seiring dengan berhentinya deru mobil.Kusibakkan gorden jendela. Mataku membulat sempurna. Ibu mertua. Kenapa beliau datang?Biasanya beliau datang jika Mas Anto pulang.Ibu mertuaku sudah sampai d

    Last Updated : 2022-06-04
  • Istri Super Jorok   Ditertawakan

    Pov MarniKukira, ibu mertua akan datang di hari itu saja, nyatanya tidak. Ia datang lagi ke esokan harinya. Padahal aku berharap, dia tidak usah terlalu sering ke rumah, aku takut padanya.Aku menyiapkan hati dan telinga. Ibu mertua yang suka bicara apa adanya, walaupun ucapannya keluar menyakitkan. Aku tak biasa diperlakukan kasar. Bagiku, kesopanan berbicara adalah nomor satu.Aku ingin, setelah ibu tiada, jika mendapatkan mertua, bisa dijadikan sebagai ibu layaknya ibu kandung. Akan tetapi, ibu Mas Anto dan ibuku bagaikan bumi dan langit.Ibuku selalu tersenyum, suaranya pelan dan ramah, dia tak pernah mencaci atau pun memaki, dia selalu bertutur kata sopan dan santun. Bagaimana caranya aku bisa menganggap ibu Mas Anto bagaikan ibuku sendiri? Saat ini, bahkan ketika baru saja aku membukakan pintu rumah, wajah sinisnya kembali menyapa."Kau sudah menyapu rumah?" tanya dia tanpa basa-basi."Sudah, Bu.""Tapi tidak bersih, pasir masih terasa di telapak kakiku. Apa kau sudah memegang

    Last Updated : 2022-06-04
  • Istri Super Jorok   Syarat Mertua

    Pov AntoMeninggalkan Marni untuk sesaat, mungkin adalah pilihan yang tepat bagiku. Kejengkelan yang kurasakan karena Marni tak bisa mengerti dengan apa yang kusampaikan, jangan sampai menjadi amarah yang akan semakin menyakitinya.Aku tak tau, pernikahan apa yang tengah kami jalani, seharusnya di usia pernikahan kami, setidaknya kami telah mendapatkan kejutan, contoh punya anak misalnya. Bukankah kesempurnaan seorang laki-laki adalah melihat seorang anak yang mewarisi darahnya? Meneruskan nasabnya?Aku memang tak mencintai Marni, tapi berhubungan badan tak butuh cinta, perasaan naluriah itu adalah sebuah kebutuhan. Akan tetapi, seorang Marni berhasil mematahkan selera dan semangatku dengan badannya yang bau.Mobil sampai di pekarangan rumah ibu. Wanita yang berstatus ibuku itu, masih cantik bahkan di usianya yang hampir mendekati angka enam puluh lima. Dia tengah menggunting bunga, merapikan tanaman kesayangannya itu agar enak dipandang mata."Anto, ayo masuk! Ayah ada di dalam.""Ba

    Last Updated : 2022-06-04
  • Istri Super Jorok   Kejutan Dari Marni

    POV AntoAku memutuskan pulang setelah bicara panjang lebar dengan ibu. Apa yang dikatakan ibu ada benarnya juga, memberi Marni waktu tiga bulan untuk berubah adalah solusi dari semua masalah yang ada pada dirinya.Orang yang normal, tak ingin pernikahannya berakhir dengan perceraian. Pasti setiap orang menginginkan pernikahan yang sempurna, istri yang baik dan pintar mengurus dirinya, pintar mengurus rumah dan hebat mendidik anak. Jangankan mendidik anak, Marni saja tak bisa mengurus dirinya, bagaimana aku bisa berharap dia akan hebat mengurus anak?Anak dengan Marni? Apakah dia layak melahirkan anak-anakku? Setelah semua kejelekannya terasa begitu menganggu. Aku sangsi, dia bisa menjadi ibu yang baik.Sebelum masuk ke dalam rumah, kuhela nafas untuk melapangkan hati. Marni adalah wanita yang penuh kejutan. Setiap masuk rumah, pasti dia memberikan kejutan yang berbeda-beda. Sayangnya, kejutannya tak ada yang baik.Pintu terbuka sedikit, kudorong pelan. Marni terlihat asik duduk bers

    Last Updated : 2022-06-13
  • Istri Super Jorok   Dulu, Kukira Tak Seperti Itu

    POV AntoBagaimana aku bisa mengenal Marni? Kami tak sempat berkenalan, bahkan kami hanya bertemu di prosesi akad nikah, aku mempercayakan semuanya pada Ayah saat itu. Dalam pemikiranku saat itu, Marni seperti manusia normal pada umumnya, layaknya wanita biasa. Bukankah dia kakak dari enam orang adik dan yatim piatu pula, artinya dia bisa jadi teladan bagi adik-adiknya sendiri.Masih ingat waktu itu, saat pulang dari luar kota, Ayah memanggilku secara khusus. Ibu mendampingi Ayah dengan wajah kusut, dari awal pembicaraan sampai akhir, Ibu lebih memilih menutup mulutnya. Aku tau betul, wajah ibu menunjukkan dia tengah marah."Sudah berapa umurmu, Anto?" tanya Ayah, pertanyaan yang sering kudengar dari Ibu tapi kuabaikan. Kali ini tampaknya Ayah langsung turun tangan. Artinya ini sudah sangat serius dan mendesak."Beberapa bulan lagi tiga puluh enam." Aku berkata jujur, bahkan tak lama lagi sudah empat puluh. Sudah cukup tua untuk ukuran laki-laki yang masih melajang."Rudi itu temanmu,

    Last Updated : 2022-06-14

Latest chapter

  • Istri Super Jorok   Akhir yang Indah

    POV MarniTepat setelah empat puluh hari, Ibu Mas Anto pamit ingin pulang. Dia tak bisa meninggalkan rumah terlalu lama. Padahal Mas Anto berharap, sang Ibu bisa tinggal bersama kami. Walaupun kami sering berseberangan pemikiran dengan Ibu, namun pada hakikatnya kami saling menyayangi."Ingat pesan-pesan Ibu, ya, Marni. Walaupun telah empat puluh hari, jangan sesekali meringan-ringankan badan. Jangan mengangkat beban berat.""Ya, Bu," sahutku. Travel yang akan mengantar Ibu ke bandara telah sampai di depan rumah kami.Ibu mencium Rayhan berkali-kali. Dia terlihat berat berpisah dengan Rayhan karena siang malam sering bersamanya."Ibu berangkat," kata Ibu setelah kami menyalami beliau."Hati-hati di jalan, Bu," sahut Mas Anto.Ibu mengangguk, mengusap kembali kepala botak Rayhan."Nenek ke kampung dulu, ya, Rayhan. Jadi anak yang baik ya, tidak boleh begadang malam."Rasanya ingin menangis melihat wajah Ibu yang tak rela berpisah dengan Rayhan.Kami menatap travel yang telah membawa I

  • Istri Super Jorok   Mertua Sempurna

    POV Anto "Dia menangis terus," kataku pada Marni yang juga kehilangan akal mendiamkan Rayhan. Seperti biasa, Rayhan akan menghabiskan waktunya di siang hari untuk tidur, dan malamnya untuk begadang."Dia tidak mau menyusu," sahut Marni tak kalah panik.Keributan di kamar kami, memancing Ibu untuk bangun. Ibu masuk ke kamar yang memang sedikit terbuka."Ada apa?""Dia menangis terus," keluh Marni.Ibu mengambilnya, Rayhan terus saja menendang-nendang sehingga bedongnya terlepas."Kenapa tak dipakai kaus kakinya? AC kalian terlalu dingin, dia terbiasa di tempat hangat, jangan samakan bayi yang baru lahir dengan kita. Ini saja kalian tak faham."Ibu menggendong Rayhan, berjalan menuju box bayi yang terletak di samping ranjang. Marni belum pulih betul, ASI tersumbat sudah mulai keluar walaupun saat ini payudaranya masih bengkak."Popoknya juga basa," keluh Ibu. Dengan cekatan Ibu mengganti popok, memakaikan kaus kaki dan bedong baru. Tak lama setelah itu,bRayhan mulai tenang."Matikan AC

  • Istri Super Jorok   Ibu Baru

    POV MarniTernyata, menjadi Ibu tidaklah mudah. Hamil yang melelahkan, melahirkan yang menyakitkan, ternyata tak hanya sampai di sana.Selain harus buang air dengan cara berdiri karena bekas jahitan yang masih basah, aku juga serasa mau menangis setiap menyusui Rayhan anak kami. Setiap dia menghisap, aku merasakan sakit yang luar biasa pada perutku, sakit yang hampir mirip dengan kontraksi melahirkan. Setelah itu, darah berbingkah akan keluar setiap kali sakit itu mereda. "Itu biasa, semakin sakit, semakin cepat rahimmu menyusut," kata Ibu dengan petuah seperti biasa. Aku hanya meringis, selain perut yang amat sakit, aku juga merasakan nyeri luar biasa di puting payudaraku. Belum lagi perih di bagian jalan lahir, setiap aku bergerak sedikit, rasanya luar biasa."Berarti kau pemalas membersihkannya saat hamil, harusnya saat hamil, puting itu dibersihkan setiap habis mandi dengan minyak zaitun, dipencet agar yang menyumbat pintu ASI-nya keluar."Aku diam saja, mungkin maksud ibu baik,

  • Istri Super Jorok   Melawan Rasa Jijik

    Pov AntoTak mudah ternyata menjadi Ayah. Di tengah rasa yang membuncah Karena kedatangan anggota baru, aku harus menguji nyaliku melawan rasa jijik.Setelah anak kami di mandikan dan diazankan, perawat berpesan padaku untuk membawa kain kotor bergelimang darah milik Marni. Belum lagi ari-ari yang harus dibersihkan sebelum di kubur. Aku berulang kali menelepon teman kantorku, menanyakan bagaimana cara memperlakukan benda yang sebelumnya ada di rahim Marni itu.Berulang kali juga aku menahan mual. Ya Tuhan, aku tak terbiasa dengan sesuatu yang aneh dan menjijikkan. Anggap saja aku norak, akan tetapi semua ini harus dilakukan, bukan? Hanya ada kami berdua di sini, siapa yang akan kuharapkan. Akhirnya, benda kenyal yang selebar piring dan berbentuk aneh itu, selesai kubersihkan.Bunyi HP-ku terdengar dari dalam kamar. Ari-ari itu sudah bersih dan sudah kubungkus dengan kain dan di masukkan ke dalam periuk yang terbuat dari tanah liat. Ya, perjuangan melelahkan itu berakhir juga, tinggal

  • Istri Super Jorok   Mbak Lastri

    Alangkah lucunya baju-baju kecil ini, aku tersenyum, membayangkan akan punya bayi sendiri itu, sangat membahagiakan.Sesaat kurasakan perutku agak mulas, hanya sebentar. Tak sampai dua menit. Setelah kurasa agak reda, aku kembali mengusap baju bayi yang dipilihkan Mas Anto. Kata Dokter, anak kami laki-laki, hal itu membuat Mas Anto amat senang. Kebanyakan warna pakaian yang dibelikan Mas Anto bewarna biru.Bagiku, laki-laki dan perempuan sama saja. Yang penting sehat jasmani dan rohani.Setelah puas memperhatikan baju-baju lucu itu, aku berencana ingin merapikan kembali rak-rak yang berisi pot bunga, menata mereka dengan cantik.Satu jam setelah itu, aku kembali merasakan perutku mulas, lebih lama dan lebih sakit dari sebelumnya. Kupegang tiang rumah untuk mencari kekuatan, apakah ini tanda akan melahirkan? Tapi kata dokter masih tiga Minggu lagi.Mungkin karena terlalu banyak bergerak, seperti pesan Mas Anto, aku tak boleh melakukan hal berat. Baiklah, mungkin dengan tidur siang akan

  • Istri Super Jorok   Ciuman Kecil

    POV MarniSeiring berjalannya waktu, kandunganku sudah genap memasuki usia sembilan bulan. Tak ada kendala berarti selama kehamilan, bahkan Mas Anto memujiku cantik. Ah, sejak kami mengungkapkan perasaan saling mencintai, aku dan Mas Anto lebih terbuka dari sebelumnya. Kami tak lagi canggung untuk menunjukkan kemesraan kami. Seperti pujian Mas Anto yang membuat hatiku berbunga-bunga.Kami baru saja selesai jalan pagi. Sebuah kegiatan rutin yang kami lakukan setiap hari. Dimulai setelah salat subuh, kami mengitari area kompleks lalu kembali ke rumah."Kakiku pegal," kataku sambil menaikkan kedua kakiku berselonjor di atas sofa. Tanpa diminta, Mas Anto dengan cekatan memijitnya. Rasanya nyaman sekali. Kebiasaan memijit ini juga dilakukannya tiap hari setiap kami selesai jalan pagi."Semalam, aku mendengar suara gaduh di sebelah. Padahal sudah tengah malam. Lama-lama, terganggu juga punya tetangga yang selalu ribut dengan suaminya.""Iya, mereka dari dulu memang begitu. Tapi, orang di se

  • Istri Super Jorok   Mas Ganteng

    Aku tersentak. Di tengah kepalaku yang sakit, aku membuka mataku dan bertemu dengan tatapan Mas Anto yang kelihatan bingung. Kemudian, telingaku berdenging kembali, diikuti oleh semua bayangan yang diputar seperti kaset rusak, terakhir, jeritanku saat mendorong Mas Anto menjauhi pohon yang akan mengenainya."Marni, kau tak apa-apa?" Mas Anto menangkapku yang hampir merosot ke lantai."Mas?" tanyaku dengan suara serak. Dia menatapku bingung.Dengan semua rasa membuncah, kupeluk erat dirinya. Ingatan itu kembali utuh dalam waktu sekejap, begitu cintanya aku padanya dulu, sampai mengorbankan nyawaku demi menyelamatkan nyawanya."Maaas!" Hampir seperti rengekan. Aku memeluknya makin erat, ternyata kami telah melewati banyak hal, Mas Anto telah memberikan begitu banyak waktu untukku mengingat bagaimana bergantungnya aku padanya dulu."Ada apa? Aku cemas, apa yang kau ingat?" Suara Mas Anto bergetar."Semuanya, aku sudah mengingat semuanya. Ya Tuhan, aku sudah mengingat semuanya." Keberi ja

  • Istri Super Jorok   Kilasan itu

    POV MarniKami sampai di rumah adik-adikku jam enam sore. Aku dan Mas Anto sengaja ke rumah sebelum kembali ke Jawa Timur besok pagi. Setidaknya, malam ini bisa lepas kangen dengan adik-adikku. Kesempatan ini tak selalu ada, setelah sempat merasa asing dengan wujud mereka yang berubah, aku bertekad akan mendekatkan diri kembali pada mereka.Suasana rumah telah berbeda dari yang kuingat, lebih bersih dan catnya pun sudah ditukar, beberapa perabot lama sudah tak tampak lagi. Walaupun belum begitu akrab dengan wujud baru adik-adikku yang sudah besar, namun hati seorang Kakak tak bisa dibohongi, aku menyayangi mereka, sebagai seorang Kakak tertua yang dihormati dan pengganti Ibu bagi mereka."Kakak mau mandi atau makan dulu?" tanya Leni, sepertinya Leni habis berkutat di dapur, ada tiga menu sederhana yang sudah tersaji di meja makan, ikan asin digoreng dengan petai pakai cabe merah, gulai ayam dan sayur kates, menu yang sangat menggugah selera, mungkin sejak kutinggal menikah, Leni suda

  • Istri Super Jorok   Anak-anak?

    POV Marni"Kakak!" Leni bergegas memelukku, diikuti oleh adik-adikku yang lain. "Ayo, duduk!" Kubimbing tangan Leni untuk duduk di karpet merah, kami duduk melingkar. Agak terpisah dengan pelayat lain."Maaf, Kak. Kami baru sampai, sulit mencari carteran mobil ke sini. Tapi untungnya, mobil bak punya Pak Tasman ada, sehingga kami sampai juga di sini.""Tak apa, bagaimana kabar kalian? Kalian sehat, kan?" "Kami sehat, Kak. Turut berduka cita, ya, Kak. Ayah Bang Anto orang yang sangat baik, bahkan saat kakak di Jawa pun, beliau sesekali datang ke rumah mengantar beras dan uang."Aku terenyuh mendengarnya. Ayah Mas Anto memang baik."Mas Anto pasti terpukul. Kita sudah merasakan bagaimana rasanya kehilangan Ayah ...." Leni mengambil napas panjang. Matanya berkaca-kaca. Walaupun memoriku belum kembali secara utuh, tapi sepanjang ingatanku yang tersisa, Ayah kami adalah sosok yang baik."Kapan kita berziarah?" tanyaku pada Leni. Ada kerinduan yang menyesakkan di dalam dadaku."Kita tungg

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status