“Berhentilah membawa-bawa Putraku. Aku tahu apa yang sedang aku lakukan sekarang!” ujar Rex Milan kesal. Padahal ia baru saja mengalami kesenangan usai berhubungan dengan Daniella. Sekarang kekasih gelapnya itu malah membicarakan hal yang sangat mengganggunya.“Apa yang kamu lakukan? Kamu menikah dengan wanita kaya itu karena ingin balas dendam atau merebut kembali harta keluargamu?” tukas Daniella ikut emosi. Rex Milan bangun dari posisi berbaring dan duduk. Jejak keringatnya belum selesai tapi ia sudah harus berdebat lagi dengan Daniella.“Dan, aku mencari ketenangan dengan datang kemari. Kenapa kamu terus menerus membuat aku marah? Apa kamu senang jika hubungan kita terus memburuk?” sahut Rex Milan dengan nada tinggi.“Aku ...” Rex Milan tak peduli dan berbalik. Ia memungut celananya lalu mengenakannya. Rex Milan berdiri sambil mengancingkan celananya ke depan balkon kamar.Daniella pun seketika merasa bersalah dengan apa yang terjadi. Ia ikut memungut pakaian tidurnya lalu berjala
Waktu istirahat mulai datang. Steven mempersiapkan selimut untuk Venus agar ia makin nyaman. Steven sudah melepaskan jasnya dan jauh lebih santai. Masalahnya ia tidak bisa melepaskan topengnya seharian ini. Rasanya memang tidak nyaman tapi Steven sudah biasa.“Kemarilah, Steve,” ajak Venus menarik tangan Steven. Steven tersenyum dan ikut naik ke ranjang milik Venus dan duduk bersandar. Venus lalu mendekat dan Steven pun membuka lengannya untuk memeluk. Sebuah kecupan diberikan oleh Stevan untuk Venus agar ia semakin tenang.“Aku selalu merasa tenang jika bersamamu. Apa kamu tahu alasannya?” ujar Venus lalu menaikkan pandangannya pada Steven. Steven tersenyum tak menjawab.“Itu karena kamu adalah pria yang memperlakukanku dengan sangat baik, Steve. Jika aku bertemu denganmu lebih dulu, maka aku pasti lebih mau pacaran denganmu saja.” Venus kembali memeluk Steven yang mengeratkan rangkulannya.Steven menyandarkan sisi kepalanya pada Venus. Mereka separuh berbaring bersama.“Sejujurnya a
Dugaan Steven alias Dion jika Sebastian memiliki niat lain pada Rex Milan akhirnya terbukti. Sebastian memang sedang menjebak Sebastian sebagai pecandu. Sebagai Steven, Dion bisa lebih mudah memata-matai Sebastian yang sedang membuat laporan palsu tentang hasil tes darah milik Rex Milan.“Jika ketahuan, maka karierku akan habis. Ini akan sangat berbahaya─”“Apa ini adalah hasil tes darah Rex Milan dahulu?” Dokter itu mengangguk dengan perasaan cemas. Ia menoleh ke semua arah takut ketahuan.“Tenang saja. Ini juga bisa─”“Tapi ini tetap palsu. Ini bukan hasil tes yang sesungguhnya saat ini!” Dokter itu bersikeras.“Kamu punya hutang budi pada keluarga Arson, jangan lupa itu. Aku akan hubungi kamu lagi nanti. Sampai jumpa.”Sebastian memasukkan dokumen tersebut ke dalam jasnya dan pergi meninggalkan dokter yang sudah membantunya. Steven menyusupkan dirinya agar tidak ketahuan oleh Sebastian. Begitu pula dengan Cindy yang ikut mendengar rencana jahat Sebastian.Setelah aman, barulah kedu
Rei datang dan memergoki Venus memeluk pengawalnya Steven dengan penuh kemesraan. Pelukan itu bukanlah pelukan hangatnya persahabatan melainkan pelukan cinta. Terlebih setelahnya Venus malah meminta agar Rei membelikannya apartemen baru.“Apa kamu yakin mau bercerai? Maksudku berpisah?” tanya Rei pada Venus setelah mereka duduk bersama. Venus tersenyum lalu mengangguk.“Aku sudah memutuskannya.” Mata Rei lalu melirik pada Steven yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka.“Lalu dia? Apa kamu pacaran dengan dia?” pungkas Rei dengan nada sedikit menyudutkan. Venus sempat menoleh pada Steven lalu kembali pada Rei.“Aku sayang pada Steven─”“Apa kamu berpisah dari Rex Milan karena dia?” Rei kembali memotong.“Bukan. Aku berpisah dari Rex Milan bukan karena siapa pun, Kak. Aku tidak merasakan hal yang seharusnya aku rasakan jika dia memang kekasih atau suamiku,” jawab Venus mengungkapkan perasaannya.“Apa Rex Milan menyakiti kamu selama ini? Apa dia memukul atau melakukan kekerasan?” Venus
“Sekarang kamu punya alasan untuk memecat Steven dan Emerson kan? Mereka sudah membawa lari Istriku!” tukas Rex Milan menunjuk wajah NLE Black. NLE hanya diam dengan rahang mengeras. Ia benar-benar tidak menyangka jika kini dua anak buahnya berbalik mengkhianatinya.“Aku akan bicara pada mereka─”“Kau ini bodoh atau apa, hah? Aku sudah mengatakan padamu untuk memecat si muka parut itu tapi kau malah mempertahankannya. Sekarang pengawal lain jadi ikut-ikutan melakukan hal seperti ini dan kau masih mau bicara!” hardik Rex Milan makin emosi. NLE membuang wajahnya sekilas mendengus.“Aku yakin ada yang sudah terjadi!”“Yang terjadi adalah si muka parut itu membawa lari istriku!”“Nyonya Venus belum tentu hilang, Tuan. Bisa saja dia ke rumah orang tuanya,” sahut NLE Black.“Aku tidak akan pernah datang lagi ke rumah Harristian. Kali ini Arjoona Harristian tidak akan melepaskanku jika dia tahu yang terjadi pada Venus.”“Tapi jika dia di sana, apa setidaknya orang tuanya mungkin menghubungim
Rei Harristian membawa adiknya, Venus kembali ke apartemen lamanya di Manhattan dari rumah sakit. Sesuai dengan permintaan, Rei akan menyediakan tempat tinggal sementara Venus mengurus perceraiannya dengan Rex Milan. Steven ikut masuk ke dalam apartemen yang dulunya memberikan banyak kenangan manis dan pahit pada hubungannya dan Venus.“Ini apartemenku dulu?” tanya Venus seperti meragukan. Rei tersenyum kecil lalu mengangguk.“Apa kamu ingat? Kamu tinggal di sini sebelum kamu menikah. Ya sekarang, interiornya sedikit berubah kurasa,” ujar Rei ikut melihat ke sekitar.Venus berjalan masuk ke dalam lalu menyentuh semua perabotan dari kursi, sofa sampai ujung penutup lampu. Keningnya mengernyit setelahnya lalu ia berbalik pada Rei.“Ke mana semua furniturnya? Bukan ini kursinya─” Venus menunjuk pada salah satu sofa.Rei dan Steven saling menoleh berpandangan lalu kembali menatap Venus. Apa Venus bisa mengingat sedikit dari kenangannya soal apartemen lamanya?“Apa kamu ingat seperti apa a
Venus merasakan kesedihan yang tidak ia mengerti kala melihat balkon kamarnya. Seakan seperti ada yang menariknya, Venus pun berjalan perlahan. Ia menoleh dan melihat dirinya sedang menangis hebat.“Apa yang terjadi?” gumam Venus pelan. Ia mengikuti bayangannya menuju balkon tersebut. Venus berjalan sampai pembatas balkon dan menatap ke depan. Angin yang membelai rambut panjang Venus yang tergerai.“Apa yang kulakukan di sana?” ujar Venus mendekat. Ingatannya perlahan kembali saat dirinya kemudian berbalik dan masuk ke kamar mandi. Venus menyalakan shower air dingin dan menyirami dirinya.Dalam tangisnya, ia meringkuk di bawah kucuran shower sekian lama, kedinginan dan terluka.Pintu kamar Venus kemudian berhasil dirusak oleh Rei sebelum asisten Venus berhasil menemukan kunci cadangannya. Begitu terbuka, Rei langsung menerobos masuk tanpa peduli apa pun. Ia memanggil adiknya dan langsung berlari ke arah balkon kamar.Tirai balkon melayang dihembus angin karena pintunya yang terbuka. R
“Venus?” Steven memegang kedua sisi lengan Venus yang membuatnya tersentak kaget. Venus menoleh pada Steven yang menatapnya cemas lalu berbalik dan langsung memeluknya.“Ada apa, Venus? Apa kamu baik-baik saja?” tanya Steven mengusap punggung Venus yang memeluknya erat. Angin sepoi dari balkon di sore hari menjelang mata hari tenggelam memberikan kesan hangat dan romantis bagi keduanya.Perlahan Steven melepaskan Venus dari pelukannya lalu ia menoleh menatap Venus yang memegang sebelah pipinya.“Aku melihat lagi masa laluku, Steve.” Mata Steven membesar lagi. Ia kembali memeluk Venus yang juga mengeratkan pelukannya.Apartemen mewah itu pernah menjadi tempat yang membuat Steven alias Dion ditinggalkan oleh Venus karena Gareth kembali membuat masalah. Akankah tempat yang dihindari oleh Dion tersebut bisa menjadi titik balik hubungan keduanya dan bahkan menjadi tempat Venus mengingat semuanya?Venus kembali mendapatkan semangatnya lagi. Awalnya ia pesimis dengan kembali ke apartemen lam